webnovel

Penolakan

Tara bukannya merasa dibantu, dia malah merasa didorong ke jurang yang paling dalam, di mana dia tak bisa menyelamatkan diri dan berakhir di sana selama-lamanya.

"Lo gak pake otak atau gimana?" tanya Tara, dia menunjuk wajah Bimo dengan telunjuknya, Bimo segera meneis telunjuk itu agar tidak mengarah kepadanya.

Kali ini mereka ada di taman belakang rumah Tara, semua warga bersama Pak RT sudah pulang. Mereka bukan hanya kaget, tetapi juga tak percaya kenapa ada kejadian aneh ini mereka saksikan dengan mata kepalanya sendiri.

Bimo menenggak soda yang dia ambil langsung dari kulka, semua benda yang ada di sini miliknya juga, itu yang diberitahu Nina ketika dia mendengar pengakuan dan janji dari Bimo.

Setelah merasa lehernya terasa terbakar dengan soda tersebut, Bimo kepalanya mendadak dingin.

"Ini demi kebaikan lo, gue gak tahu hal apa yang mau gue lakuin ke Beni, mungkin aja gue bisa ngelenyapin dia. Tapi buat lo, Tar. Gue gak mau lo sampai dimaki sama semua orang. Lo udah jadi korban, dan gue tahu itu. Terus saat semua orang gak ada yang percaya sama lo, kenapa sekarang lo nentang gue?" Bimo menyuarakan isi hatinya, dia sudah lelah menjelaskan apa yang dia mau katakan ke Tara, karena wanita itu berkeras hati menolak.

Tara memegang keningnya dan dia menatap langit yang mendung. Menyadari hidupnya yang sudah kehilangan cahaya. Padahal rencana awanya dia akan pergi ke luar kota atau negara sekalian untuk menuntut ilmu, tetapi sekarang semua kandas hanya karena omongan sok pahlawan dari Bimo yang dia utarakan tanpa diskusi semua orang, padahal pernikahan ini tercipta bukan hanya dia, tetapi menyatukan dua kepala dan dua keluarga.

"Tapi lo bisa tanya gue dulu, minta persetujuan gue, kan? Kalau kayak gini, yang untung cuma lo, gue enggak?" tanya Tara, dia mengambil duduk di samping Bimo. Hanya ada satu kursi di taman kecil ini.

Mereka tak sadar kalau keempat orang tua sedang memperhatikan mereka ssedang bercengkerama. Di benak masing-masing memang masih mempertanyaan apakah keputusan Bimo ini adalah kebenaran.

Akan tetapi, berkaca dengan penjelasan kompak yang dikatakan kedua anaknya tersebut dalam ruangan berbeda, mereka tahu ini bukaan kebohongan. Tara dan Bimo benar-beanar dijeebak, dan sekarang para sepupu, serta saudara-saudara Tara dan Bimo mencari keberadaan Beni yang mendadak seperti di telan bumi.

Lagi-lagi pria yang hidupya mirip belut itu bisa melarikan diri tanpa jejak. Semua dia lakukan kaarena sudah membaca apa yang terjadi, berkat pengalamannya semnjak dulu mengganggu Tara siapa saja yang akan turun bahkan keluarganya pun dibaca bisa apa saja yang akan mengejarnya, semua latar belakangnya sudah dia pelajrai, dan sekarang peerhitungannya pas, dia bisa kabur setelah memberi guncangan besar di keluarga dua musuh bebuyutan tersebut.

"Udah, jangan kita banyak mikir, yang penting maslah ini selesai dan lo gak perlu ngerasa sedih lagi hanya kaarena cowok kurang ajar kayak Beni."

Bimo bangkit dan dia bergerak secara tiba-tiba, hal itu meembuat para orang tua gelagapan dan mereka berpura-pura tidak melihat, atau sibuk melakukan hal lain yang sangat bisa Bimo baca bahwa semua itu hanya gerakkan palsu.

Bimo menahan napasnya, mengeluarkannya perlahan dan dia mendapat ide baik.

Tara segera menyusul Bimo, bahkan dia berani sekali memgang lengan bau pria iitu agar tak terus berjalan. Bimo menutup mulut tara dengan telunjuknya. Moment itu meyakinkan kedua orang tua agar mereka bisa setuju dengan keputusan Bimo.

"Tapi?" Tara masih berusaha, mau menggagalkan rencana Bimo yang merupakan bencana besar baginya.

"Udah kita fiks nikah!"

Tara tak bisa bergerak dan dia hanya bisa mematng menatap kepergian Bimo.

"Ancur masa dean gue yang tinggal dikit!" ucap Tara sembari menepuk kepalanya sendriri, mengakui kebodohannya yang bisa mengalami masalah hanya karena dua pria yang sedang berseteru.

***

Bimo sendiri tidak paham perasaannya, dia malas memikirkan aapa yang terjadi ke depan, meskipun haru menikahi Tara setidaknya dia sudah mengenal calon istrinya sendiri secara luar dalam, dibanding harus menikahi mantan pacarnya yang ternyata doyan sekali selingkuh.

Bimo pamit pulang, dia mau beristiraat karena bukan hanya fisiknya yang sedang tak sehat, tetapi isi kepalanya perlu dia segarkan kembali agar bisa berpikir lebih realistis, dan segala keraguannya menghilang.

Akan tetapi, sepertinya dia tak akan bisa beristirahat dengan tenang ketika mau masuk ke dalam rumahnya tapi semua teman-temannya yang kebetulan akrab dari SMA yang sama, datang. Mereka sepertinya sudah lama ada di depan.

Lima orang pria dengan tampang yang sama seklai jauh dari kata tampan, menunggu Bimo dengan sabar semenjak pria itu diadili tiga jam yang lalu.

Tadinya ada yang mau masuk ke sana dan melihat apa yang sedang terjadi, tetapi ada yang berbaik hati dengan merekam kejadian tersebut dan menyebarnya ke group sekolah. Tidak tahu siapa yang datang dan menyelinap hanya untuk mencari beritam tetapi mereka semua sangat bahagia.

"Parah, nikah, lho. Sama si Tara tomboy itu juga?" tanya pria yang menggunakan kaus oblong, dengan seirus dia menatap ke Bimo, beerharap pria itu tertawa dan bilang kalau ini adalah sandiwara seperti biasa ketika selesai menjahili Tara di masa lalu.

Sedetik, dua detik, hingga semenit dia dan lainnya tunggu, respons Bimo tak bisa dipercaya, dia dengan entengnya berkata, "Gue serius, gue mau nikahin dia dan gak akan ngelepasin dia lagi. Jadi lo semua gak usah kaget, malah harusnya kasih gue selamat."

Semua orang saling pandang tak percaya, mereka sudah jauh-jauh datang berharap kalau kejadian ini hanya akal-akalan Bimo demi menjahili Tara, ternyata salah. Mereka rugi dengan biaya sampai kesini dan mencari tau apa yang menyebabkan Bimo membuat kekacauan ini.

"Jadi benar kalau kejadian di hotel itu bukan rekayasa lo, tapi si Beni?" tanya pria yang masih dduduk di atas motornya, dia mengenakan lagi helm-nya dan bersiap pergi dari sini.

"Iyalah, lo tahu dia itu jago kandang dan hanya bisa cuci tangan jika ada masalah besar yang dia sebabin. Tapi tenang aja, dia udah jadi DPO sekarang."

Punggung Bimo diteepuk oleh pria yang sterlihat tersenyum sejak tadi dia mengetahui sahabatnya akan menikah dengan orang seperti Tara.

Bimo sedikit kaget ada salah satu dari mereka yang tersenyum kepadanya dengan tulus. Bimo jadi ikut tersenyum mesti terlihat kaku.

"Gue yakin lo akan dapat banyak pengalaman setelah nanti membina rumah tangga bersama Tara, Doa gue selalu nyertain lo dan Tara gak bertengkar selalu, ya?"

Bimo tertawa kecil, dia hanya bisa memberi respons yang umum saja, taak gampang meyakinkan Tara.

Next chapter