8 Kecupan kecil.

Marco bersemangat sekali menyiapkan santapan pagi. Rasanya dia bisa membuatkan menu istimewa kali ini. Kalau dulu hanya mie instan yang ditambah lagi garam agar kuahnya banyak. Tapi tidak kali ini. Marco mempersiapkan banyak bahan makanan untuk dia olah.

"Ah, aku lupa sesuatu. Mungkin bibi ada." Ujarnya bicara sendiri. Dia segera keluar rumahnya menuju ruang lain yang berjarak kurang lebih lima meter. Dapur kotor yang terpisah.

Marco masuk dengan wajah sumringah. Tapi senyum itu mendadak kaku melihat bibo sudah rapi dan bersiap pergi.

"Bibi mau kemana?" Tanya Marco heran.

Ternyata suara Marco juga mengejutkan bibi penjaga kosan.

"Ah, Aden sudah di sini lagi. Apa kabar den?"

"Baik bi. Bibi mau kemana?"

"Mau ke rumah ibu den. Kasihan ibu sendirian." Marco sedikit berpikir lalu mengangguk setuju.

"Titip mama ya bi."

"Iya den. Yang cepat ya kuliahnya, biar bisa kerja dan cari uang. Biar bisa bahagiain ibu den." Marco mengangguk dan menggaris senyum lagi. "Ngomong ngomong Aden mau apa?" Tanya bibi curiga dengan kedatangan Marco ke dapur umum.

"Mmm.. biar aku cari sendiri bi. Bibi cepat pergi, takut mama nungguin!"

"Yaudah, bibi titip ya den!"

"Iya bi.." ujar Marco memberi hormat. Pria itu menyimpan senyuman getir. Tapi itu tak berlangsung lama. Berhubung dia sedang senang jadi dia melupakan sebentar getir kehidupan dalam keluarganya.

"Ah, aku harus mencari sesuatu nih! Dimana ya bibi menyimpan.." ujar Marco sambil membuka buka lemari dapur.

***

Chi biasanya hanya menghabiskan waktu dalam hitungan lima menit untuk membersihkan diri. Tapi tidak kali ini. Rasanya lulur satu tub juga kurang, mau apalagi yang harus di gosok, kulitnya sudah sebening embun pagi yang masih minim polusi.

Setelah menghabiskan waktu setengah jam ah hampir sejam sih tepatnya. Akhirnya Chi menyudahi ritual mandinya yang langkah ini. Dia keluar dari kamar mandi melangkah perlahan. Wangi semerbak khas perawan menyeruak memenuhi ruangan.

Dengan handuk melilit di dada dan sehelai lagi di lilit di rambut. Chi memilah Milah pakaian di lemari.

"Ah, aku hanya membawa pakaian biasa lagi!" Keluhnya kesal sendiri. Dia memperhatikan gantungan pakaiannya yang dimonopoli warna basic dan model sederhana. Kemeja dan span hitam. Itu kebanyakan isinya.

"Aish.. aku memikirkan apa sih saat meringkas pakaian!" Ujar Chi jengkel sendiri. Dia tak mungkin memakai kaos ukuran jumbo yang membuat tubuhnya tenggelam. Itu adalah pakaian favoritnya. Ditambah celana legging yang membuat kaki jenjangnya terlihat bertambah panjang.

"Ah, aku tidak mau memakai kaos ini ah!" Jengkel Chi. Entah darimana ide aneh muncul di kepalanya. Dia ingat betul bagaimana pakaian cantik dan wah milik Suzu. Tapi..

"Masa aku pakai tanpa izin sih!" Ujar Chi tak enak hati. Dia mondar mandir tak jelas. Dia tak mau berpakaian biasa. Tapi dia juga gak mungkin main pakai baju sizu sembarangan.

Triing..

Suzu : Chi kau sedang apa? Sudah bangun belum? Sudah sarapan belum? Aku pesankan makanan sebagai permohonan maaf ya sayang..

Ah.. tepat sekali! Saat Chi memikkrkan temannya itu tiba tiba pesan singkat masuk dari Suzuki. Chi masih ragu ragu. Dia belum bisa membalas pesan Suzu. Masih berpikir.

Tiba tiba panggilan masuk dari suzu.

"Hallo.." lirih Chi dengan shara ragu.

"Lu kenapa Chi?" Sambar Suzu cemas.

"Aku? Aku baik ko.."

"Serius. Lu Uda bangun, ko ga balas chat gue sih. Kan gue cemas sama lu!" suzu main nyerovos aja.

"Mm.."

"Kenapa sih! Kayaknya ada yang aneh. Kenapa sih. Chi lu baik baik aja kan?"

Chi mengerutkan dahi. "Aku baik kok. Cuma.."

"Cuma apa!" Suara Suzu kian penasaran.

"Suzu.. aku boleh pinjam pakaian mu ga?"

"Hah!" Setelah terdengar hah terkejut, Chi menutup telinga begitu tawa Suzu pecah di seberang sana. Apa yang lucu sih.

"Apaan banget sih Chi. Lu masih aja kaku. Yaudah pakai aja!"

"Kau serius?"

"Sepuluh rius! Kalau ada yang kau suka ambil aja! Setelah di bawa kesana aku juga tak berniat membawa pakaian itu pulang ke rumah ku!"

"Serius.."

"Iyaa!! Pakai aja!"

Ha… Chi tak percaya mendengar jawaban santai Suzu.

"Oiya lu Uda makan belum? Gue pesenin ya!"

"Ah, e, enggak usah!" Ujar Chi sungkan.

"Kenapa!" Sambar Suzu bingung.

"Aku, aku udah beli! Iya aku udah beli makanan. Lagipula aku masih banyak stok makanan. Ngomong ngomong kau dimana?" Chi mengalihkan topik pembicaraan.

"Aah.. aku pagi di rumah orang tua. Ada urusan sedikit. Kakak ku ulang tahun"

"Ooh.. selamat ulang tahun buat kakak mu ya. Aku pinjam pakaian mu ya.."

"Iya.. pakai saja. Serius ni kau sudah makan?"

"Iya.."

"Yasudah kalau begitu.." Suzu menutup panggilan telepon. Chi melompat girang! Dia beralih pada lemari pakaian milik Suzuki. Begitu pintunya di tarik semriwing wangi segar parfum mahal.

"Ya ampun, anak ini gayanya sungguh luar biasa.." lirih Chi takjub dengan isi lemari pakaian Suzu.

"Aku sekarang malah tambah bingung. Bingung harus pilih yang mana, semuanya bagus bagus.." Chi tertarik pada dress dengan motif bunga kecil berwarna kuning. Pilihan yang tepat Chi, sangat cocok dengan kulitmu yang cerah.

Chi memulas makeup minimalis sebelum keluar dari kamarnya. Berbeda dengan dirinya yang wangi semerbak semprotan parfum. Dari pintu kamar yang terbuka lebar malah tercium wangi masakan pembangkit selera.

Chi melangkah perlahan dengan wajah malu malu.

Marco mengatur piring dan hidangan di meja. Dia segera menoleh begitu melihat bayangan Chi dari balik jendela. Pria itu segera bangkit dan menunggu di balik palang pintu.

Begitu kaki Chi melangkah, Marco mengejutkannya dengan menyodorkan sekuntum mawar merah.

"Kakak mengejutkan ku!" Ujar Chi terperanjat kaget. Marco melebarkan senyum hingga gigi taringnya terlihat menggemaskan.

"Untukmu!" Ujar Marco. Chi menyambar mawar dari tangan Marco. Wajah imut itu merona malu, gerakan tubuhnya jelas salah tingkah.

Marco memperhatikan pakaian Chi. Dia terlihat takjub.

"Wah siapa ini? Aku melihat artis Korea mengunjungi kamar kecil ku.."

"Apa sih kak!" Ujar Chi tambah malu dan salah tingkah.

"Aku bahkan belum pakai baju.." ujar Marco memamerkan ototnya. Chi memicingkan mata dan berdecak kecil.

"Kakak kebiasaan deh tidak pakai baju."

"Habisnya gerah kalau memasak pakai baju." Dia memberi alasan.

"Ah, sekarang kakak harus pakai baju dulu lalu kita makan bersama." Chi mendorong punggung Marco dengan sedikit memaksa.

"Ahh.. aku akan makan tanpa baju saja.."

"Jangan dong ka.."

"Lho kenapa! Kan cuma kita berdua saja!"

"Tidak boleh! Aku kan mau nikmatin makanan bukan body kakak!"

"Apa katamu gadis nakal. Menikmati body ku? Kau berpikir ingin menikmati tubuhku ya.." pria itu semakin jadi menggoda Chi.

"Sana pakai baju!" Ketus Chi dengan nada tinggi.

"Iya iya.. baik gadis ku yang bawel." Ujar Marco akhirnya menurut. Tapi tunggu. Pria itu menghentikan langkah. Dia mencuri ciuman kecil dari bibir Chi.

Gadis itu melotot dan mematung. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Dia kecolongan!

"Kak Marco!!" Teriak Chi di belakang punggung Marco yang kabur ke dalam kamar. Gadis itu menyentuh bibirnya perlahan. Dia menutup mata dan meringis tak jelas. Bukan karena sakit tapi..

Ah, kakak membuatku gila!! Batin Chi bergejolak panas.

avataravatar
Next chapter