webnovel

My playboy boyfriend

bab 30 ke atas banyak unsur dewasa dan kekerasan.. 17++ Cerita pertama masih butuh revisian, harap sabar silahkan lanjut ke cerita kedua.. mohon bijak membacanya ya.. hanya karangan belaka!!! Menjalin hubungan palsu dengan pria yang dibenci untuk balas dendam! Putus cinta dan membenci lelaki! bertemu si brengsek dan semakin membenci kata cinta!! Cinta pertama Chi adalah Marco, mereka bertemu di panti asuhan, keduanya terpisah karena di adopsi keluarga berbeda. Cinta bersemi lagi saat mereka bertemu kembali secara tak sengaja.. Chi bekerja sebagai asisten seorang pria tampan yang cacat. Bernama Abraham. Pria kaya raya yang egois dan seenaknya. Si sombong yang ternyata petualang cinta di masanya. Marco memiliki adik angkat bernama Lyn yang hamil di luar nikah. Marco harus menikahi adik nya dan meninggalkan Chi. Mampukah Chi bertahan pada sikap Abraham? Siapa ayah dari anak Lyn? Apakah Marco dan Chi akan bersatu? Apakah Marco akan mencintai Lyn?

Ayun_8947 · Urban
Not enough ratings
170 Chs

Ciuman itu bukanlah apa apa.

Chi menghela nafas dan menutup wajahnya yang seperti udang rebus. Dia tak bisa kompromi dengan degup jantungnya yang tak berhenti bergendang hebat.

"Ish.. kak Marco bisa-bisanya sih.." lirihnya masih terus salah tingkah. dia mengipas-ngipas si wajah dengan telapak tangan. Rasanya ruangan ini mendadak jadi panas.

bagaimanapun itu adalah ciuman pertama untuk dan bisa-bisanya Marco dengan santai melakukan itu. Konyol sekali kan!

Chi tidak akan bisa menikmati hidangan pagi mereka dengan tenang setelah kejadian ini. Dia terus berpikir sambil menggigit bibir. Bagaimana nanti saat mereka harus bertemu dan duduk satu meja. Membayangkan itu semua membuat menghentakkan kakinya ke lantai berkali-kali. Menghentak berkali-kali. Berharap tingkahnya itu bisa mengurangi ketegangan dalam dadanya.

Tak berselang lama, Marco keluar dari kamar mandi. dia dengan handuk melilit di pinggang. Rambut basah yang meneteskan bulir-bulir pada ujung rambutnya yang hitam itu. Chi tak akan bisa menghadapi wajah Marco setelah ciuman kecil tadi. Tapi ternyata salah! Dia ternganga dengan penampakan tubuh macho Marco, yaitu mengejutkannya. Sehingga secara tak sadar mata Chi melotot menatap tubuh setengah telanjang teman kecilnya itu. Gila! Tubuh berotot yang menggoda.

"Aish.. hapus iler mu tuh! "Ujar Marco tersenyum menggoda sambil menunjuk sudut bibir Chi. Chi sadar dan mengalihkan pandangannya dengan segera.

Apa-apaan barusan? Batin Chi bertambah tak tenang. Bisa-bisanya ka Marco keluar kamar mandi tanpa pakaian? Chi menggelengkan kepala. Rasanya kepalanya jadi senat senut seketika.

Marco mengambil tas backpack yang dibawa kemarin, masih di atas meja belajar di ruang depan. Chi menautkan alis dengan wajah cemberut jengkel.

"aku mengambil pakaianku.. "ujar Marco mengangkat kaos di tangannya. Chi bertambah cemberut membuat Marco semakin ingin menggodanya.

"Kenapa dengan wajahmu itu?" Tanya Marco meledek.

"memangnya kenapa dengan wajahku?" balas Chi dengan wajah jutek. "Wajahku cantik, dan baik-baik saja!" Lirihnya mengikuti Bagaimana Marco yang selalu percaya diri. Ucapan Chi membuat bibir Marco tertawa kecil.

"hahaha.. wajahmu itu kaku sekali! Apa karena Bekas iler tadi!"

Sial! Umpat Chi dalam hati. Dia membuang wajah.

"Tau ah. Kakak ngeselin! Kakak itu ngeselin ya nggak pernah berubah ya! " Desis Chi dengan wajah merajuk. Marco menarik kursi, mendaratkan bokong. Dia memilih duduk di dekat Chi. Tapi Gadis itu menolak, dia menjauhkan wajahnya membuat Marco membulatkan mata.

"duh, adik kecilku sedang marah ya.." goda Marco masih saja belum puas. Tangannya mulai mengambil piring dan mengisi makanan untuk Chi.

"kenapa? masa kau marah padaku karena aku goda seperti tadi? Aku kan cuma bercanda. Kau tahu itu kan.." Chi tak membalas kalimat Marco. Dia masih saja wajah meski piring yang aku serahkan dia terima dengan senang hati, bukan, bukan berarti dia sudah tidak merajuk lagi hanya saja dia sayang melewatkan makan pagi yang cukup mewah ini.

"Ini sendok mu!" Chi menggambar sendok dari tangan Marco dengan cepat. Membuat pria itu tertawa geli. Adiknya itu biasa bertingkah menggemaskan seperti ini, tapi tak sekalipun Chi benar-benar marah pada tingkah jahil Marco, hanya saja kali ini bukankah dia sedikit keterlaluan ya..

"Kakak.. aku tahu kakak suka bercanda dan genit!"

"tunggu, genit!" Marco sepertinya keberatan Dan kata genit barusan. Chi angguk, tak ada yang salah dengan ucapannya tuh! Melihat anggukan polos Chi membuat Marco membuka mulutnya, dia takjub dengan tuduhan barusan.

"Kenapa? memangnya kakak tidak merasa kalau kakak itu genit?"

"Oh my god! Kok bahkan mengatakannya lebih dari sekali!" Protes Marco tak terima.

"Aku ini bukan Chi yang berusia 4 tahun, yang bau bacin itu! Aku sekarang sudah menjadi seorang gadis, tapi kakak.. "

"Tapi apa?" Sambar Marco penasaran melihat wajah Chi yang bisa meneruskan ucapannya.

"Tapi kakak.." lirih Chi seperti berbisik. Dia meraih makanannya dan bersiap menyodok suapan pertama dengan wajah murung.

"Tunggu, tunggu dulu!" Marco menjeda suapan Chi. "kita tak bisa sarapan dengan wajahmu yang seperti itu. Ada apa? Katakanlah kepadaku tanda tanya apa ada yang mengganggumu.."

Kau yang menggangguku! Batin Chi kesal sendiri mendengar perhatian Marco padanya.

Marco menurunkan kepalanya mencari wajah Chi yang tertekuk dia mengelus punggung tangan Chi dengan lembut

"Ada apa Chi?" Suaranya yang berat dibuat seringan dan selembut mungkin, membuat bulu Roma Chi berdiri kompak dibuatnya. Memang ya marah Aku punya 1001 cara untuk meluluhkan hati Chi. Akhirnya Gadis itu mengangkat wajah juga.

".. kakak tidak bisa mencium seorang gadis begitu saja! Mungkin bagi kakak itu hal kecil tapi bagiku.." Oh, jadi itu yang mengganggu pikirannya.

"Kenapa ?" Pertanyaan singkat Marco membuat Chi Di ambang batas kesabaran dirinya. Gadis itu segera berdiri dengan kedua tangan menepuk meja. Marco terkejut dia memperhatikan telapak tangan Chi.

"Apa itu sakit?" Ck! Chi berdesis jengkel. Bukan waktunya mencemaskan telapak tangannya anda mereka sedang membahas hal penting saat ini. Chi menarik telapak tangannya yang baru saja diperiksa oleh Marco.

"Kak, kau dengarkan aku tidak sih! " Chi setengah berteriak.

"Aku dengar kok!" Balas Marco dengan wajah tenang.

"kak!" Chi sedikit mendorong lengan Marco agar mendapatkan perhatian dari pria tampan yang punya senyum dengan gigi taring yang menggemaskan ini. Yang menggemaskan! Rasanya Chi akan meraup wajahnya dengan kesal, karena ucapannya dianggap seperti main-main saja.

"kak! Kau sudah mencuri ciuman pertamaku! "Suara Chi berteriak. Dengan mata tertutup, wajahnya merah padam. Marco tercengang -lagi- pria itu mengerutkan dahi.

Chi membuka sedikit matanya. Mengintip ekspresi Marco, pria itu hanya melongo.

Kenapa dia malah bengong! Batin Chi malu sendiri.

"Hahaha!!" Tawa Marco pecah. "Jadi… hahahha… jadii.. hahaha.. aduh, perutku sakit!!" Marco tertawa geli, bahkan dia kesulitan menghentikan tawanya. Dan sekarang giliran Chi yang dibuat bengong.

apanya yang lucu! Memangnya kehilangan ciuman pertama itu konyol yang buat para lelaki?

Melihat wajah tegang Chi membuat Marco mencoba menghentikan tawanya, meski dia masih saja geli sendiri. Marco menatap wajah marah Chi. Gadis itu bahkan sudah bertolak pinggang sekarang.

"Ehm.." Marco mengatur suaranya, dia harus menjelaskan agar tak ada wajah marah seperti ini di menu meja makan mereka..

"Chi.. sebelumnya aku minta maaf.." lirih Marco dengan suara dibuat menyesal, sebetulnya tak ada penyesalan sama sekali di dalam dadanya.

"Lalu.." sambar Chi masih belum puas. Dia masih menginginkan hal lain untuk dijelaskan.

"Aku minta maaf sudah mencuri ciuman pertamamu, jujur aku sangat menyesal.."

"Oh ya?" Tanya Chi tak percaya, Marco segera mengangguk meyakinkan. Chi memicingkan mata memperhatikan ekspresi Marco yang terlihat memohon dan menyesal. Tapi itu palsu kok!

"Baiklah.. mau bagaimana lagi.." lirih Chi pasrah. dia kembali duduk di kursi dan bersiap sarapan. Sayang kan kalau di sia-siakan, menu hari ini terlihat wow dan menggugah selera.

"Oh iya.. satu lagi! " Ujar Chi sambil mengunyah sendok kan pertamanya. Marco menyimak dengan seksama.

"jangan jalan di depanku dengan bertelanjang seperti tadi!"

"Ap-- uhuk!!" Marco tersedak suapan pertamanya. Dia tercekat dengan memegang tenggorokan. Chi mengambilkan air dan membantu Marco minum.

"Kakak tidak apa-apa?" Tanya Chi cemas.

"Kapan aku telanjang? Memangnya aku sudah gila apa!" Protes Marco.

"Tadi.."

"Ya ampun Chi.. itu sih biasa.. kau saja yang pikirannya ngeres.." ujar Marco mendorong dahi Chi dengan perlahan.

"Kakak tuh yang ngeres.." Chi tak terima.

"Ck! Kau ini. Bahkan ciuman tadi juga! Itu bukan ciuman pertama. Kita pernah melakukan hal lebih sebelumnya!"

"HAH!!" Chi melotot tak percaya.

TUK!!

Sendok di tangannya jatuh menyentuh permukaan meja.