66 Kemantapan Hati

'Mulai sekarang jangan pernah menyebut kalian adalah keponakan Benjamin Paxton. Sebisa mungkin jangan sampai ada yang tahu bahwa kalian memiliki hubungan darah dengan keluarga Paxton.'

Itulah pesan dari Benjamin ketika mampir ke Red Rosemary seminggu lalu. Catherine tidak tahu alasannya, namun mereka menuruti pesan pamannya. Sayangnya salah satu si kembar keceplosan mengucapkan 'Paman Ben' pada Vincent ketika dia jatuh pingsan di Green park beberapa hari lalu. Untungnya Vincent tidak merasa curiga kebohongan yang dibuat adik-adiknya. Jadi Vincent tidak akan tahu kalau mereka berempat adalah keponakan dari Benjamin Paxton.

"Apakah paman Ben yang pernah disebut adik-adikmu adalah Benjamin Paxton?"

Cathy menggigit bibirnya tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan ini. Dia tidak ingin berbohong, tapi juga tidak ingin siapapun tahu bahwa dia memiliki hubungan darah dengan Paxton. Dan lagi dia merasa dia bukanlah putri kandung ayahnya.

Hanya saja dia masih merasa bingung dengan identitasnya. Jika dia memang bukan putri kandung ayahnya, apakah berarti dia seharusnya memiliki nama keluarga lain? Apakah mungkin Paxton? Dia berharap tidak. Cathy sama sekali tidak bisa membayangkan harus menjadi anggota keluarga Paxton yang katanya sangat sombong, arogan dan maniak kekuasaan.

"Maaf. Aku tidak bermaksud menyembunyikannya darimu. Hanya saja, paman Ben melarang kami dengan keras untuk tidak memberitahu siapa-siapa." Cathy kembali mendongak kepalanya dengan ragu-ragu. "Apa kau marah?"

Vincent mendesah, "Aku sangat marah. Kenapa kau melukai bibirmu lagi?" sebelah tangan Vincent kini mengelus lembut bibir bawah Cathy.

"Aku.. aku..."

"Aku akan lebih marah lagi jika kau mengulanginya. Aku tidak suka kau menyakiti dirimu sendiri. Aku tidak bisa memaafkan siapapun yang menyakitimu, apalagi pelakunya adalah kau sendiri. Jangan lakukan lagi."

Cathy menjawabnya dengan menganggukkan kepalanya dengan lemah. Dia baru sadar Vincent tidak marah karena dia menyembunyikan kenyataan bahwa Benjamin adalah pamannya, tapi karena dia menggigit bibirnya hingga terluka.

"Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku janji."

Kemudian Cathy terpesona saat melihat senyuman khas menghiasi di wajah kekasihnya. "Akhirnya kau kembali." tanpa sadar Cathy menyuarakan isi hatinya. "Maksudku.. tadi kau terasa sangat jauh meski jarak kita sangat dekat. Aku takut kau akan pergi tanpa pamit padaku.. tapi kurasa aku tidak perlu mengkhawatirkannya." jelasnya saat melihat tatapan bingung dari Vincent.

"Soal itu... sepertinya aku tidak bisa menemuimu setelah ini. Usaha keluargaku mengalami masalah, aku harus membantu mereka mencarikan solusinya. Aku akan pergi ke luar kota besok."

"Ooo..." terlihat jelas sekali ekspresi kekecewaan pada Cathy, "Sampai kapan?"

"Aku juga tidak tahu. Jadi untuk sementara waktu aku tidak bisa menjemputmu atau mengantarmu kemanapun kau inginkan. Sebagai gantinya aku ingin kau memakai mobil dan supir pribadi yang sudah disiapkan Benjie untukmu."

"Aku tidak terbiasa menggunakannya."

"Mulai sekarang kau harus membiasakannya."

"Akan kucoba."

"Bukan mencoba Cathy, aku ingin kau berjanji." tidak biasanya Vincent memberinya nada perintah yang tidak ingin dibantah.

Cathy menghela napas dengan pasrah. "Baiklah, aku janji." kemudian Cathy menyadari sesuatu. Benjie? Kenapa Vincent menyebut pamannya dengan nama panggilan Benjie? Sepengetahuannya hanya orang terdekat yang memanggil pamannya dengan nama panggilan itu.

"Kau mengenal pamanku?"

"Lebih dari kenal." jawab Vincent dengan ekspresi yang tidak bisa dimengerti oleh Cathy.

Apakah Vincent dan Benjamin saling kenal baik? Sewaktu pertama kali bertemu di acara perjamuan makan malam tersebut, keduanya saling memperkenalkan diri? Iya kan?

Cathy menggelengkan kepalanya menyerah karena dia tidak mau memusingkan hal yang tidak perlu. Lagipula ada satu lagi yang ingin Cathy pastikan.

"Vincent, orang tadi yang mengaku kenalanmu, apakah dia memang kenalanmu?"

"..." sebenarnya Vincent tidak ingin menyinggung soal ini. Tapi mengingat sebentar lagi dia akan pergi dan orang ini sudah ditetapkan untuk melindungi Cathy, maka orang itu akan sering muncul dihadapan Cathy.

Meski dia tidak suka ada pria lain disisi Cathy selain dirinya, dia harus meyakinkan Cathy bahwa orang ini memang bisa dipercaya. Dengan begitu meski dia tidak berada di sisinya, Cathy bisa mengikuti dan membiarkan orang ini melindunginya.

"Iya, dia kenalanku. Dia bisa dipercaya. Karena itu, kau tidak perlu ragu saat dia menawarkan untuk mengantarmu pulang."

"Kau ingin aku pergi bersama dengan pria lain?" nada Cathy seperti sebuah tuduhan.

"Kenapa kau membuatnya terdengar seperti aku melemparkanmu pada pria lain?"

"Memangnya bukan?" kali ini nada Cathy menjadi sinis dan kedua tangannya sudah tidak lagi melingkari pinggangnya.

Apakah mereka harus bertengkar sekarang? Vincent tidak ingin pertemuan terakhir mereka diakhiri dengan pertengkaran atau salah paham. Tapi dia juga belum boleh memberitahukan yang sebenarnya pada kekasihnya yang sekarang sedang merajuk. Situasinya sungguh membuatnya dilema.

"Kau tahu benar bukan itu maksudku. Lupakan saja. Kau boleh mengusirnya kalau kau mau. Jangan menaiki mobilnya atau ikut dengannya. Kau harus menggunakan mobilmu sendiri dengan begitu kau memiliki alasan untuk menolak tawarannya. Dan jika dia mulai merayumu atau menggodamu katakan padanya, kau sudah memiliki kekasih yang jauh lebih tampan dan keren daripadanya."

Cathy tertawa geli mendengarnya. "Sepertinya seseorang sedang cemburu? Lagipula bagaimana kau bisa yakin kalau dia kalah tampan denganmu? Dia sangat tampan dan juga tinggi dan..." kalimatnya terpotong saat tubuhnya terdorong mendekat kearah tubuh Vincent. Celah apapun yang tadi terlihat kini tak terlihat. Tubuh keduanya sangat sangat dan sangat dekat.

Jantung Cathy berdetak dengan cepat saat secara perlahan wajah Vincent menunduk dan mendekat kearahnya. Vincent memiringkan kepalanya dan terus menuju ke targetnya.

Cathy menahan tubuh Vincent dengan kedua tangannya.

"Apa ini kejahilanmu yang lainnya?" tanyanya dengan gugup.

Vincent berhenti dan tersenyum dengan menggoda. "Bagaimana menurutmu?"

Cathy cemberut sambil berusaha menenangkan jantungnya yang sudah liar. Dia tidak akan sanggup lagi kalau harus menghadapi situasi yang sama seperti kemarin malam. Tunggu.. Apa yang dia harapkan? Pergi..pergi.. Cathy mengusir pikiran bahwa Vincent akan menciumnya. Benar. Orang usil ini pasti sedang menjahilinya, karena itu dia tidak terlalu mengharapkannya. Tidak. Dia memang tidak mengharapkan apapun. Jerit Cathy dalam pikirannya.

Vincent menahan senyum geli melihat ekspresi yang berubah-ubah pada wajah Cathy. Sepertinya gadis itu sudah tidak mengantisipasi gerakannya. Dia jadi tergoda ingin melihat reaksi gadis itu kalau dia benar-benar menciumnya. Dia benar-benar akan melakukannya kalau saja dia tidak merasakan aura permusuhan yang sedari tadi menusuk punggungnya.

Seseorang mengawasi mereka dan jelas sekali, aura kebencian ini ditujukan padanya dan bukan pada Cathy. Apakah mungkin ketua tim S sedang mengawasinya?

Catherine yang kini identitasnya merupakan penerus tahta Paxton merupakan orang yang paling berharga dan pasti dilindungi organisasi LS. Dia tahu itu, namun dia yakin... baginya Catherine jauh lebih berharga daripada apa yang dipikirkan LS. Mereka memandang Cathy sebagai ratu mereka, sebagai kunci pengaktifan Stealth kembali. Tapi bagi Vincent, Catherine lebih dari itu. Karena itu... dia tidak akan mengambil keuntungan sebelum mereka sah disatukan dalam pernikahan.

Biar dia disebut orang kuno karena itulah memang didikannya dari keluarga Regnz. Hanya saja... dia selalu saja tergoda lagi dan lagi tiap kali berada di dekat gadisnya. Tangannya seakan tidak pernah jauh dari kulit gadis tersebut. Dan juga.. bibir gadis itu.. sangat menggiurkan membuatnya ingin...

Vincent segera melepaskan kedua tangannya dari Cathy dan melangkah mundur menjauhinya. Vincent berdehem kembali berusaha menyingkirkan pikirannya untuk berbuat yang akan disesalinya.

"Sebaiknya kau masuk ke dalam." Vincent mendecak kesal mendengar suaranya yang lebih serak daripada biasanya. Dia bahkan mencubit tangannya sendiri untuk tidak kembali memeluk Cathy, terlebih melihat ekspresi sedih dan kecewa pada wajah gadis itu membuatnya ingin mendekap tubuhnya sekali lagi.

"Selama aku pergi, aku tidak bisa berjanji akan sering menghubungimu. Aku juga tidak bisa berjanji aku akan membalas pesanmu, tapi aku pasti akan membaca semua pesan yang kau kirim. Kau juga boleh datang ke galeri dan masuk ke kantorku. Aku akan memberitahu Frank agar dia langsung membawamu kesana." kali ini Vincent mengucapkannya dengan sangat lembut. "Masuk sana, sudah gelap. Aku tidak ingin kau masuk angin. Jangan lupa makan dan..."

"Baik, aku mengerti. Kau tidak mau masuk dulu?"

"Mungkin lain kali." entah pikiran apa yang akan memaksanya untuk melakukan sesuatu pada gadisnya jika dia masuk ke dalam rumahnya.

Lagipula setelah ini mereka tidak bertemu dalam jangka waktu yang panjang. Dan hubungan mereka belum tentu sama saat bertemu lagi. Dia takut akan lepas kendali jika terlalu lama bersama Cathy.

"Oo.." terdengar nada kecewa pada suara Cathy. "Baiklah aku masuk dulu." ujar Cathy berbalik untuk membuka pintu gerbang rumahnya. Setelah terbuka, Cathy tidak langsung masuk namun kembali berjalan ke arah Vincent yang masih berdiri di belakangnya.

Cathy melakukan sesuatu yang tak pernah diduganya membuat jantung Vincent berdetak cepat. Cathy berdiri didepannya, menjijit kemudian menarik kedua bahunya kearahnya lalu.... memberi kecupan singkat di pipinya.

"Jangan pergi terlalu lama, aku akan sangat merindukanmu." setelah mengucapkan kalimatnya, Cathy segera kembali dan menutup gerbangnya untuk menyembunyikan wajahnya.

Vincent masih terpaku pada tempatnya, kemudian tangannya bergerak ke arah pipi yang dicium kekasihnya. Apa dia sedang bermimpi? Kenapa gadis itu sangat menggemaskan? Senyuman puas dan bahagia terpasang pada wajahnya.

Sayangnya senyumannya lenyap secepat kedatangannya. Vincent melirik ke arah sumber aura kebencian dan melihat seseorang bermasker hitam berdiri disana. Kemudian orang itu pergi dengan sikap arogan dan tak acuh terhadap sekitarnya.

Vincent mendesah kemudian kembali menatap pintu gerbang kekasihnya. Kalau bisa dia juga berharap bisa segera bertemu lagi dengan Cathy. Tapi itu hanyalah angan-angan belaka. Dia tahu setelah ini dia tidak akan bisa bertemu dengannya setidaknya selama satu tahun. Dan saat mereka bertemu lagi, Cathy pasti sudah mengetahui kebenaran ibunya dan... akan membencinya.

Ironis sekali.. di hari mereka akan bertemu, disaat itu pula mereka akan berpisah.

Sekali lagi Vincent mendesah dan kembali menjalankan mobilnya. Hanya saja dia tidak langsung pulang melainkan melajukan mobilnya ke tempat Star Risen. Sepupunya berhutang penjelasan padanya. Kenapa dia sama sekali tidak tahu kalau sepupunya merawat anak perempuan Chloe selama ini?

Jika dia tahu lebih awal maka hari ini Martin tidak akan melihat Cathy, dia akan melakukan segala cara untuk menjauhkan Cathy dari cengkeraman pria tua licik itu.

Sementara itu di penthouse Star Risen, Benjamin sedang memikirkan sesuatu dengan serius. Semenjak dia menerima keempat anak perempuan West masuk ke dalam keluarganya, dia sangat berhati-hati agar tidak ada yang mengetahui bahwa dia memiliki empat keponakan Paxton.

Awalnya dia tidak peduli pada mereka berempat. Bagaimana bisa dia peduli dan timbul rasa sayang pada empat anak kecil yang ternyata merupakan putri dari kakak laki-lakinya yang tidak pernah ia tahu bahwa ia memiliki seorang kakak laki-laki.

Yang dia tahu Chloe tidak pernah bicara apapun mengenai adiknya dan ibunya juga sering mengingatkan dia bahwa dirinyalah putra satu-satunya dari Davone Paxton.

Begitu lulus dari kuliahnya dan kembali ke negeri ini, dia dihubungi oleh pemerintah bahwa saudaranya sakit jiwa sementara empat putrinya tidak memiliki keluarga untuk merawat mereka.

Karena sudah terbukti bahwa keempat anak itu memiliki darah Paxton, tentu saja Benjamin tidak bisa menelantarkan mereka begitu saja. Dia menempatkan empat anak itu di Red Rosemary yang memang diwariskan untuk Daniel Paxton. Entah bagaimana caranya ibunya merelakan Red Rosemary untuk diberikan pada Daniel, padahal ibunya sering berusaha merebut semua yang dimiliki Chloe secara tidak langsung; tapi beliau merelakan Red Rosemary begitu saja.

Waktu itu, saat Chloe meninggalkan dunia ini, ibunya menyusul dua tahun kemudian. Dia masih berkabung dan beradaptasi bahwa dia telah ditinggal sendirian. Tiba-tiba empat anak masuk kedalam kehidupannya membuatnya merasa aneh. Awalnya dia menerima mereka karena kasihan, namun perasaannya berubah saat melihat keponakan sulungnya beranjak dewasa. Wajah Catherine mengingatkannya pada kakak yang paling disayanginya.

Dia merasa bersalah pada Chloe karena ibunya membuat Chloe berpisah dengan adik kandungnya. Karena itu dia ingin menebusnya dengan menyerahkan semua harta Paxton pada putri sulung Daniel. Dengan begini, dia bisa memberitahu pada dunia bahwa sebenarnya dia tidak memiliki hubungan darah dengan Paxton. Dan dia bisa lepas dari keluarga Paxton dan menjalankan bisnis hotelnya sendiri.

Setidaknya, jika dia melihat Catherine dan adik-adiknya bisa meneruskan usaha Paxton, dia bisa bebas dan mengejar kebahagiannya. Menikah, memiliki beberapa anak kemudian menghabiskan sisa kehidupannya bersama keluarganya dengan damai.

Meski Martin dan James tidak akan pernah menyukai Catherine dan akan berusaha menyerangnya, dia yakin Cathy akan baik-baik saja. Karena Cathy bukanlah penerus tahta, jadi nyawanya tidak akan menjadi incaran mereka. Itulah awal rencananya. Rencana yang sudah disusunnya begitu rapi.

Tapi rencana itu rusak begitu saja saat dia mengetahui Catherine adalah penerus tahta yang selama ini dicari. Tanpa harus menyerahkan kembalipun, anak itu pasti bisa langsung merebut warisan Paxton tanpa harus berusaha. Hanya saja.. dia tidak ingin Catherine mengalami nasib yang sama seperti Chloe.

Tidak ada yang pernah memberitahunya kejadian sebenarnya yang menimpa Chloe malam itu. Jasad Chloe ditemukan di sebuah kamar hotel murahan, lalu tubuh Vincent yang ditemukan sekarat beberapa jam kemudian.

Benar. Vincent nyaris mati hari itu. Badannya penuh dengan bekas luka dan di bagian perutnya terdapat bekas luka yang baru. Luka akibat hunusan sebuah benda tajam. Di dada kirinya ditemukan sebuah peluru yang nyaris menggores jantungnya. Dan kepalanya ditemukan sobekan akibat hantaman yang keras.

Baik Benjamin maupun seluruh keluarga Regnz sama sekali tidak bisa membayangkan apa saja yang dihadapi Vincent hingga mendapatkan begitu banyak luka di tubuhnya. Tapi ada satu hal yang pasti. Vincent mendapatkan luka parah itu setelah mendapatkan panggilan dari Chloe. Setelah lebih dari setengah tahun tidak sadarkan diri, akhirnya Vincent terbangun dan mengalami amnesia. Dia sama sekali tidak ingat apa yang terjadi beberapa hari sebelum dia ditemukan.

Sejak itu seluruh keluarga Regnz membenci Chloe yang sudah tidak bernapas. Mereka bahkan tidak menghadiri acara pemakaman Chloe. Mereka juga menolak menemui Benjamin selama bertahun-tahun hingga akhirnya Vienna melunak dan mau terbuka terhadap dirinya kembali.

Namun Vienna beserta keluarganya tidak mau berurusan dengan Paxton. Hanya saja mereka harus menunjukkan keramahan mereka tiap kali bertemu untuk memperingati kematian Chloeny. Mereka tidak ingin Vincent merasa curiga dan terus bertanya-tanya mengenai kejadian malam itu.

Karena itu mereka bersandiwara layaknya teman biasa tiap kali mereka bertemu di Eastern Wallace, tapi mereka akan menghindar jika berpapasan dengan anggota Paxton di jalan.

Hanya Benjamin yang tahu ada perang tak kasat mata antara Paxton dan Regnz, tapi dia berpura-pura tidak mengetahuinya. Lagipula, sebentar lagi dia akan keluar dari nama Paxton, dia tidak perlu mengkhawatirkannya lagi.

Sayangnya... kini dia tidak bisa lepas. Dia tidak bisa begitu saja mengenalkan dunia bahwa Catherine yang akan mewarisi kekayaan Paxton. Dia juga tidak bisa mengejar kebahagiaannya.. dia bahkan harus melepasnya.

Sebelum identitas Catherine tersebar, dia berusaha mencari cara membuat Catherine pergi dari negeri ini tanpa diketahui anggota Paxton lainnya. Dia yakin Clarissa sudah pernah melihat wajah Cathy di Pina bulan lalu, entah apakah Martin akan mencari tahu atau tidak, dia tidak berani mengambil resiko.

Dia harus memastikan wajah Cathy tersembunyi dari kamera dan yakin bahwa para anggota Paxton tidak akan menghubungkan Catherine dengan Paxton.

"Kenapa kau menyembunyikan kenyataan kalau kau merawat anak perempuan Chloe?"

Benjamin sontan merasa terkejut mendengar suara adik sepupunya. Dia bahkan sama sekali tidak mendengar pintu kamarnya terbuka dan seseorang masuk ke dalam menghampirinya.

Tunggu.. bagaimana Vincent bisa mengetahui identitas Cathy?

~~~~~♡♡♡~~~~~

Semakin tegang. Apa karena terlalu tegang jadi yang kasih komen mulai berkurang banyak? Apa harus saya kasih teaser / spoiler di bab berikutnya? Kalau iya, mau kasih spoiler yang mana? Pertemuan VC lagi atau Kinsey yang mengaku kalau dia adalah kakaknya Cathy?

Semoga kalian tetap menyukai Rainbow of Life hingga akhir. Namanya aja juga rainbow. Jadi ada genre yang berbeda2. Manis, romantis, tegang, misteri dan menakutkan.

Saya usahakan ketegangan ini cepat berakhir dan segera tamat bulan depan.

Semogaaaa..

Happy reading!

avataravatar
Next chapter