webnovel

My Mafia Boy

“Tugas aku untuk melindungi kamu sudah selesai, jalanilah hidup yang indah tuan putri kecilku.” --- Cella dipertemukan kembali dengan teman masa kecilnya, Reyga. Seorang laki-laki yang mengisi hatinya selama ini. Namun sebuah peristiwa membuat Cella dekat dengan Alfian, teman satu sekolahnya. Ia menjadi bimbang dengan perasaannya sendiri. Sejak saat itu muncul banyak masalah yang menghampiri Cella. Ia menyadari bahwa ada seseorang yang sangat membencinya. Di setiap masalah yang ia hadapi, selalu ada Reyga dan Alfian yang menolongnya. Sehingga akhirnya terungkap bahwa semua masalah yang dialami Cella disebabkan oleh dendam dari Mr. L, dan tak ada yang tahu apa sebenarnya hubungan Mr. L dengan Cella. Hingga orang tua Cella memberitahukan kebenaran yang membuat Cella terkejut.

adhistawp · Teen
Not enough ratings
326 Chs

MMB [09]

"Nih kunci mobil lo tadi ketinggalan," ucap Alfian dan menyerahkan kunci mobil Cella.

"Oh iya? Gue nggak sadar, thanks ya Al," ucap Cella dan dibalas anggukkan kepala oleh Alfian. Setelah itu, Alfian pun lagi berjalan pergi.

"Cel lo pake pelet apa kok tiba-tiba dideketin Alfian?" tanya Luna.

"Apaan sih Lun lebay banget," ucap Cella menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Eh bentar kok kunci mobil lo bisa di Alfian?" tanya Luna curiga.

"Ada deh gue nggak mau ngasih tau lo," ucap Cella menjulurkan lidahnya ke Luna.

"Jangan-jangan lo sama Alfian udah itu ya?" ucap Luna membuat Cella menghela napas sejenak.

"Nggak usah mikir aneh aneh deh," ucap Cella dan segera menyelesaikan makanannya.

Sepulang sekolah.

"Gue duluan ya Cel," ucap Luna saat berjalan keluar kelas.

"Iya hati-hati Lun," ucap Cella dan dibalas dengan acungan jempol dari Luna.

Cella pun berjalan menuju perpustakaan, ya jangan lupa bahwa hukumannya belum berakhir.

Sesampainya di perpustakaan, kosong tidak ada siapa pun bahlan Alfian pun belum datang. Cella hanya mengendikkan bahunya acuh dan mulai menata buku-buku di perpustakaan.

"Awas aja kalau sampe si Alfian itu kabur," ucap Cella yang masih belum melihat Alfian datang.

Cella berinisiatif ingin membersihkan bagian atas rak buku, namun itu terlalu tinggi dan Cella tidak sampai.

"Anjir ini rak buku apa monas? Tinggi amat," ucap Cella memperhatikan rak buku yang ada di depannya itu.

Namun akhirnya Cella memiliki ide, ia menggeser meja perpustakaan yang terlihat kecil lalu ia naik di atas meja tersebut.

"Nah gini kan enak," ucap Cella yang sudah berdiri di atas meja tersebut.

Cella mulai membersihkan rak buku tersebut dengan hati-hati, dikarenakan mejanya yang kecil jadi Cella harus sangat berhati-hati.

Tiba-tiba ada sebuah panggilan masuk membuat Cella terkejut. Namun saat Cella bergerak, meja yang ia jadikan tempat berpijak itu menjadi tidak seimbang.

"Ini mejanya kenapa gerak-gerak sendiri sih. Kalau kayak gini gimana gue bisa turun," ucap Cella merengek kesal.

Sementara itu, telponnya masih saja berbunyi dengan nyaring.

"Ah bodoamat lah," ucap Cella dan bersiap untuk melompat dari atas meja.

Namun tiba-tiba ada seekor cicak yang jatuh di bahunya. Sontak Cella pun langsung terkejut dan berteriak.

"AAAA," teriak Cella dan langsung menggerak-gerakkan bahunya agar cicak tersebut pergi.

"Cicak awas ya lo, gue tandain lo," ucap Cella memaki cicak yang entah sudah pergi atau belum.

Secara tak sadar Cella pun sudah tidak berpijak di atas meja karena panik tadi. Cella pun menutup matanya ketakutan.

Namun ia tidak merasa sakit sama sekali, Cella merasa tubuhnya tidak mengenai lantai.

Cella pun membuka matanya sedikit, dan ternyata ia sudah ditangkap oleh Alfian.

"Alfian?" ucap Cella menatap Alfian.

"Bukan. Setan," ucap Alfian asal dan menurunkan Cella.

"Lo kenapa bisa sampe jatuh sih?" tanya Alfian membuat Cella teringat bahwa tadi ada cicak jatuh di bahunya.

"Tadi ada cicak jatuh di pundak gue," ucap Cella sembari merengek. Ia menutup matanya merinding.

Sementara Alfian mengusap wajahnya frustasi, apa gadis ini takut pada semua binatang?

"Sumpah gue takut banget sama cicak ngelenihin kecoak," ucap Cella menggosok kedua bahunya sendiri.

"Udah nggak ada udah," ucap Alfian sembari menepuk kedua bahu Cella pelan.

"Oh ya lo dari tadi dari mana aja. Dari tadi gue bersihin sendirian tau," ucap Cella kesal.

"Harusnya gue nggak usah dateng ya? Biar lo aja yang bersihin," ucap Alfian langsung mendapat pukulan dari Cella.

"Enak aja gue aduin ntar lo," ucap Cella menunjuk Alfian.

"Udah ah lo aja yang lanjutin ya. Gue capek," ucap Cella dan duduk di sebuah kursi tak jauh dari Alfian.

Bahkan sekarang Cella lupa bahwa tadi ada yang menelponnya.

"Oh ya Al," ucap Cella kepada Alfian yang sedang menata buku.

"Kenapa?" tanya Alfian tanpa menatap ke arah Cella.

"Lo kenapa tadi ngasih kunci rooftop ke gue?" tanya Cella bingung.

Pasalnya tadi, sewaktu Cella hendak pergi ke kelas Alfian memberikan kunci rooftop kepadanya.

"Biar kalau lo telat bisa ke sana aja," jawab Alfian membuat Cella mendengus kesal.

"Dih gue mah anak rajin ya. Nggak kayak lo," ucap Cella dan hanya dibalas deheman singkat oleh Alfian.

Beberapa menit kemudian, Alfian sudah menyelesaikan pekerjaannya. Ia mengedarkan pandangannya dan melihat Cella tengah membaca sebuah novel dengan wajah yang serius.

"Cel," panggil Alfian.

"Bentar satu halaman lagi," ucap Cella membuat Alfian diam.

Tanpa disadari, Alfian duduk di depan Cella. Ia memperhatikan wajah fokus Cella membaca novel.

"Lo baca satu halaman apa satu bab?" tanya Alfian yang melihat Cella telah membalik beberapa halaman.

"Eh iya keterusan," ucap Cella terkekeh kecil. Ia pun menutup buku tersebut dan meletakkan kembali ke rak buku.

"Kenapa nggak lo bawa pulang aja?" tanya Alfian mengernyit bingung.

"Gue males baca kalau di rumah," jawab Cella.

"Katanya rajin," balas Alfian.

"Rajin rebahan maksud gue," ucap Cella tertawa kecil dan menggendong tasnya.

Alfian hanya tersenyum melihat tingkah Cella dan berjalan di belakang Cella menuju parkiran sekolah.

"Bye bye Alfian sampe besok. Satu minggu kita masih ada empat hari lagi!"

---

Saat Cella sampai di rumahnya, ia melihat ada mobil Reyga. Dan benar saja, ada Reyga yang tengah duduk di kursi teras rumahnya.

"Kenapa baru pulang?" tanya Reyga yang melihat Cella menghampirinya.

"Ada urusan," jawab Cella cuek membuat Reyga mengusap wajahnya.

"Kamu masih marah ya sama aku?" tanya Reyga berdiri mendekati Cella.

"Iya emang aku marah sama kamu. Mau apa hah? Udah kemarin nggak ngabarin sama sekali lagi. Mau bikin aku galau seharian hah?" ucap Cella dalam hatinya.

"Enggak," ucap Cella yang sangat berbeda dengan hatinya.

"Ayo ikut aku," ucap Reyga dan menarik tangan Cella.

"Eh mau kemana? Aku baru aja pulang," ucap Cella terkejut.

"Gapapa bentar doang," ucap Reyga dan membawa Cella masuk ke dalam mobilnya.

"Aku belum mandi," ucap Cella membuat Reyga memajukan wajahnya ke Cella.

"Masih wangi gapapa," ucap Reyga dan mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.

Cella menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Menebak-nebak kemana Reyga akan membawanya, padahal hari sudah gelap.

"Kemarin aku ada kerjaan jadi nggak bisa ngabarin kamu," ucap Reyga membuka suara.

"Aku nggak nanya," ucap Cella.

"Harusnya ngabarin dulu kan bisa," ucap Cella dalam hatinya.

"Kamu kemarin minum kopi sepahit itu ngapain? Nggak kasihan sama lambung kamu?" tanya Reyga membuat Cella terkejut, dari mana Reyga bisa tau kalau kemarin ia minum kopi?

"Pahitan juga kamu!"

to be continued...