1 Episode 1 Fan Yin Mei

Haish,,,pukul berapa sih emangnya sekarang? Berisik banget!" dengan keadaan mata tertutup gadis berusia 16 tahun mengumpat tidak jelas sambil berusaha meraih alarm yang ada di sebelahnya.

"Apaa? Pukul 06.45" melompat dari atas kasur dan langsung berlari kekamar mandi dengan terbirit-birit.

Hai namaku Fang Yin Mei, sekarang aku memasuki usia yang ke-16 tahun. Aku di lahirkan di kota Lijiang Old Town yang dimana merupakan salah satu kota kuno yang paling terkenal di China dengan segala keindahan yang kental pada masa dulu. Namun pada saat aku berusia 13 tahun, aku dipindah tempat tinggalkan dari kota Lijiang Old Town ke Shanghai hanya untuk menempuh sekolah menengah pertama.

Walaupun tidak ada kerabat dekat di Shanghai, aku sangat beruntung sekali karena satu-satunya paman yang sangat aku sayangi mau menemaniku tinggal di Shanghai dan mengontrak rumah yang cukup murah untuk kami tempati.

Pasti kalian bertanya-tanya kenapa tidak ayah atau ibu yang menemaniku di Shanghai? Ayahku meninggal pada saat aku berusia 10 tahun dan ibuku meninggalkan aku begitu saja pada saat dia bertemu dengan pria kaya yang katanya dapat mengubah hidupnya dari serba kekurangan.

Hingga menjelang hari pernikahan, ibuku dengan begitu tega menyuruhku untuk berdiam diri didalam kamar. Padahal aku sudah bersiap-siap menyambut kebahagian mereka untuk ikut serta dalam foto keluarga.

Mungkin ibuku malu dengan gayaku yang norak dan terlihat sangat kampungan kala itu. Apalagi disana sangat banyak sekali awak media yang menyoroti acara pernikahan mereka yang sangat megah.

Apalagi ketika mengingat anak dari pria yang menikahi ibuku saat itu. Dengan begitu gamblangnya dia menghina dan mengancamku agar tidak berkeliaran di pesta pernikahan. Dia bilang bahwa aku tidak dapat bergabung bersama keluarganya karena sampai kapan pun stye kampunganku tidak akan pernah hilang walaupun jika nanti aku bergabung bersama keluarganya yang konon 17 keturunan pun tidak akan bisa menghabiskan hartanya. Sekalipun cucu anak mereka hanya berdiam diri dirumah.

Pada saat ibuku memohon agar aku tetap tinggal dikamarnya. Aku dapat memaklumi itu semua. Namun, tidak dengan hinaan dan ocehan yang diberikan calon anak tirinya yang langsung membuatku pergi dan tidak pernah lagi menampakkan diriku disana.

Ya, walaupun memang aku sama sekali tidak pernah di cari sekalipun pergi menghilang ditelan bumi.

Ahh,,,sudahlah itu sudah berlalu 5 tahun yang lalu anggap saja aku sudah melupakan itu dan anggap saja mereka tidak pernah ada didalam kehidupanku dan anggap saja aku hanya dilahirkan oleh ayahku wkwkwk.

Aku merupakan anak gadis yang cukup pintar, walaupun sedikit ceroboh. Namaku memiliki arti yang sangat berlebihan yaitu anggun, manis dan beruntung. Saking berlebihannya ingin sekali aku melempar orang yang memberikan nama tersebut dengan sarang tawon ataupun lebah biar dia tau bagaimana penderitaanku dimasa lalu hingga membuat aku berfikir untuk bunuh diri di umur yang terbilang belia.

Walaupun aku sangat pintar, aku tidak memiliki keahlian lebih seperti gadis pada umumnya yang pandai dalam berdandan memasak, dan lain sebagainya. Tapi menurutku aku adalah gadis yang paling cantik dimuka bumi ini mengalahkan artis korea seperti lisa, jenny, rose, dan jiso blackpink walaupun kenyataannya orang akan tertawa mengejekku karena terlalu banyak mengkhayal.

Selama tinggal di Shanghai aku cukup memiliki banyak teman. Iya benar cukup, cukup untuk mengisi setiap hariku dengan segala keonoran yang kami perbuat. Dari mencuri mangga tetangga, menjual peliharaan kesayangan tetangga, sampai malak anak orang hingga orang tua mereka minta ganti rugi dengan uang yang berlipat ganda.

Aku cukup kasian dan merasa bersalah terhadap paman kala itu. Dia dengan tidak pamrihnya kerja siang dan malam hanya untuk mengganti semua kerugian yang telah aku perbuat. Apalagi jika mengingat dia yang tidak pernah berniat untuk memarahi atau menghukumku sekalipun apa yang aku perbuat telah melampaui batas normal kenakalan pada umur seusiku.

Dia hanya menasehati agar aku tidak mengulanginya lagi dan apa yang dia lakukan cukup berhasil untuk membuat aku sadar dan tidak bertingkah buruk hingga hari ini dalam kata lain preman cilik telah pensiun.

Hingga aku berusia 16 tahun, berkat kesabaran paman dalam mendidik. Sekarang aku telah tumbuh menjadi gadis yang sedikit lebih baik.

Sampai-sampai sekarang aku dapat memasuki sekolah menengah atas yang terbilang sangat elit di Shanghai. Apalagi dengan mendapatkan beasiswa full hingga aku lulus nantinya. Hal tersebut tidak akan mudah aku jalani selama 3 tahun kedepan karena bersaing dan berhadapan langsung dengan anak-anak para pengusaha yang kaya raya sedangkan aku,,,kalian pasti tau kehidupanku yang malang inikan.

Namun, aku tetap bersyukur dapat bergabung dengan mereka karena bisa dikatakan orang dibawah standar sepertiku tidak dapat memasuki sekolah tersebut dengan mudah karena biaya yang sangat begitu mahal, cukup untuk makan 2-3 bulan.

Dan hari ini adalah hari pertamaku memasuki sekolah. Berlari terbirit-birit kesana kemari mempersiapkan segalanya, inilah akibat dari tidur terlalu larut malam karena nonton liga sepak bola.

Rambut di kucir dua dan digulung layaknya tanduk sapi itulah gaya rambut yang menurutku sedang keren pada saat ini. WALAUPUN FAKTANYA GAYA RAMBUT TERSEBUT SANGAT ANEH.

"Yin Mei, cepat keluar sarapan!" teriak paman Yin Mei yang sekarang berada di dapur dan dengan manis menunggu keponakan kesayangannya itu.

"Oke paman,,," dengan tergesa-gesa mengenakan sepatu.

Selesai berkemas, Yin Mei segera turun untuk menemui pamannya yang sudah sedari tadi menunggunya untuk memulai sarapan bersama.

"Haduh, bener-bener telat aku nih" umpatan-umpatan kecil ketika melihat jam yang melingkar dilengannya.

"Selamat pagi Yin Mei kecil, ayo kita s-sar,,," belum sempat paman Yin Mei menyelesaikan ucapannya, Yin Mei sudah terlebih dahulu memotong.

"P-paman, Yin Mei akan mengambil sepotong roti, dan meminum segelas susu," ucap Yin Mei tergesa-gesa sambil mengunyah dan meminum segelas susunya.

"Huah,,,Yin Mei berangkat sekarang ya Paman" selesai meneguk susunya Yin Mei segera pamit mencium tangan pamannya dan dengan tiba-tiba langkahnya terhenti ketika hampir beranjak pergi.

"P-paman minta uang jajan" Yin Mei menyodorkan telapak tangannya yang langsung dibalas dengan sodoran uang dari sang paman. Setelah mendapatkan apa yang ia perlukan Yin Mei langsung berangkat pergi kesekolah.

"Ternyata Yin Mei kecil sudah besar sekarang. Hingga untuk menemaniku sarapan saja dia tidak punya waktu," ucap paman Yin Mei menggeleng-gelengkan kepala heran dengan tingkah lucu dan menggemaskan keponakannya itu.

"Tapi,,,bukankan aku yang akan mengantar Yin Mei pergi kesekolah. Jika dia pergi sendiri artinya" menghentikan niatnya untuk memulai sarapan dan langsung berlari dengan tergesa-gesa menuju garasi dan ternyata,,,

"Fan Yin Meiiiiiiiiiiiiiiiiii dasar anak nakal" teriak paman mengetahui bahwa Fan Yin Mei telah membawa kabur motor butut satu-satunya itu untuk pergi kesekolah yang dimana setiap hari ia kendarai untuk pergi berangkat kerja.

Sedangkan Fan Yin Mei, saat ini sedang ugal-ugalan mengendarai sepeda motor agar dapat segera tiba disekolah karena bagaimanapun juga dia tidak ingin meninggalkan kesan buruknya di hari pertamanya ini.

Dengan kecepatan 80Km/jam, Yin Mei berharap dia tidak akan telat hari ini. Tapi ketika dia menyadari 10 menit lagi kelas akan dimulai membuat Yin Mei menambah kecepatannya menjadi 100Km/jam.

Hingga,,,Brukk dengan tidak sengaja Yin Mei menyenggol kaca spion mobil berwarna merah yang terhenti dipinggir jalan hingga kaca mobil tersebut retak. Hal ini terjadi karena Yin Mei berusaha menghindari gerobak yang tiba-tiba melewat didepannya.

"Ya ampun, apa yang udah aku lakuin sih" menghentikan motor bututnya dan langsung menoleh kebelakang.

Tak lama setelah itu, sang penghuni didalam mobil mulai membuka pintu, kaki jenjangnya mulai terlihat membuat jantung Yin Mei tidak henti-hentinya berdegub didampingi dengan keringat dingin yang telah membasahi dahinya.

Namun, baru setengah badan pemilik mobil tersebut keluar, Yin Mei sudah terlebih dahulu mengegas kencang motornya.

Dia melihat dengan jelas logo yang tertempel dijas pria tersebut yang menandakan bahwa mereka berdua berada dalam satu sekolah karena takut dimintai ganti rugi jadi Yin Mei memilih untuk kabur tanpa meninggalkan sedikitpun identitas.

"Woi jangan kabur! Cih,,,sial. Parah banget lagi retaknya. Awas aja kalau lo sampai ketengkep" sumpah pria bertubuh tinggi tersebut yang masih sibuk memeriksa keadaan mobilnya.

Bersambung...

Bantu like, rate, dan vote sebanyak-banyaknya yah reader. Agar Author selalu semangat buat ngelanjutinnya😘Terima Kasih.

Author : WinaAtlyn

avataravatar
Next chapter