webnovel

Ingatan masa lalu

Dean sedang duduk di tepi ranjang dalam kamar yang sudah disediakan oleh Raymond. Ruangan itu cukup luas terdiri atas ranjang dengan ukuran medium size berwarna silver polos, terdapat meja dan dua lemari, ada kamar mandi dan satu sofa dan meja di samping ranjang.

Dean duduk sembari membaca aturan dan tugas selama bekerja menjadi bodyguard Bryana. Dia mengerutkan keningnya saat melihat ada pernyataan:

___Tidak ada libur untuk bodyguard ___

Pernyataan itu tentu membuat Dean gundah. Karena dia sudah berjanji pada Sofia untuk pulang setiap minggu. Pria itu beranjak dari ranjang dan berjalan menuju keluar kamar sembari membaca aturan lainnya.

Saat di depan pintu, tiba-tiba Dean menabrak Bryana yang memang akan memasuki kamarnya.

Brughhh ....

Dean masih berdiri tegap sedangkan Bryana terjengkang ke lantai. Dia segera menolong majikannya itu dengan menunduk mengulurkan tangannya sembari minta maaf.

"Maafkan, Nyonya. Saya tidak sengaja."

Bryana meraih uluran tangan Dean dan beranjak berdiri. Dia menepuk pantatnya yang terasa panas karena terjatuh tadi dengan wajah yang meringis kesakitan.

"Kamu tidak sepenuhnya salah. Saya juga salah karena nyelonong masuk tanpa permisi," ucap Bryana.

Dean mengangguk paham dengan tatapan datarnya. Sesekali dia melirik Byrana yang terlihat lebih cantik dari tadi. Janda muda itu mengenakan celana jenis tailored cut berwarna silver, dipadu dengan blus berwarna putih dengan pita di bagian lengannya. Rambutnya yang agak blonde di jepit sebagian ke belakang. Calon majikannya itu sungguh mempesona.

Bryana memperhatikan Dean yang masih memegang dokumen.

"Memangnya kamu mau ke mana?" tanya Bryana.

"Saya ingin menemui anda, Nyonya," jawab Dean dengan tatapan datar dan bahasanya yang sangat formal.

Bryana mengangguk paham lalu kembali bertanya, "ada perlu apa menemui saya?"

"Saya ingin mengajukan libur setiap minggu. Jika tidak bisa, mungkin saya akan mengundurkan diri," jawab Dean dengan penuh keyakinan. Karena jika full time tanpa ada hari libur, dia akan merasa rindu pada puterinya. 

"Kenapa? Apa kamu ada kepentingan di hari minggu?" tanya Bryana dengan menaikkan alisnya. Diam-diam dia memperhatikan Dean yang tampan dan kurang cocok menjadi seorang bodyguard.  Justru pria itu lebih cocok dengan pŕofesi sebagai aktor, atlet atau model majalah pria perkasa. Karena tubuhnya kekar dan gagah dengan style rambut pompade yang cocok dengan bentuk wajahnya.

"Saya harus menemui putri saya setiap minggu, Nyonya," jawab Dean.

Bryana bergeming sejenak dengan menatap kagum Dean. Dia kagum karena pria di hadapannya itu meminta libur demi menemui putrinya..

'Istrimu pasti beruntung memiliki suami yang penyayang sepertimu,' batinnya sembari mengingat Alex yang jarang memperhatikan Calvin.

Bryana malah beranggapan bahwa, Dean mempunyai istri. Karena jika punya putri, pasti punya istri.

"Nyonya."

Dean memanggil karena Bryana malah melamun menatapnya.

Sontak Bryana langsing tersadar dari lamunannya dan berkata, "saya akan beri libur jika itu memang harus."

"Terima kasih, Nyonya." ucap Dean dengan tersenyum tipis.

Bryana membalas senyum Dean dan berbalik akan pergi. Namun, dia berbalik lagi dan memanggil Dean.

"Dean."

Merasa namanya dipanggil, Dean yang akan ke kamarnya berbalik menatap Bryana  dan bertanya,

"Ada apa, Nyonya?"

"Jangan memanggilku seperti itu dan jangan terlalu formal padaku. Karena aku tidak suka," jawab Bryana."

"Tapi anda majikan saya."

"Turuti saja, mungkin kita bisa jadi teman selain untuk urusan kerja," seru Bryana dengan santai. Dia malas mendengar penolakan Dean, memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

___

Dean menghela napas menatap punggung Bryana yang semakin menjauh dan tidak terlihat karena sudah naik ke tangga menuju kamarnya yang berada di lantai atas.

Dean kembali ke kamar dan istirahat. Karena hari ini mungkin belum mulai bekerja karena Bryana masih di rumah untuk menjaga Calvin sembari menunggu Raymond berangkat ke London.

"Clarissa, dia sangat mirip denganmu. Bahkan terlihat tidak sombong meski bergelimang harta. Aku jadi takut terbawa perasaan jika dekat dengannya. Menurutmu, bagaimana aku harus menyingkap semua ini?" 

Dean berbicara sembari menatap sebuah foto kecil yang diambilnya dari dalam dompet. Itu adalah potret Clarissa saat masih hidup. Pria itu masih terus menganggap seakan sang istri masih hidup dan sering berbicara dengan foto nya untuk melepas rindu.

____

Bryana kembali ke kamar Calvin untuk menemaninya tidur. Jarang-jarang dia ada waktu untuk putranya itu karena kesibukannya sebagai direktur utama di perusahaan peninggalan ayah nya di jakarta.

Drett ... drettt ....

Ponsel Bryana yang terletak di atas meja samping ranjang Calvin berdering dengan nada lagu milik Ellie goulding yang berjudul flux. Dia segera mengambil ponsel itu dan melihat siapa yang menelpon.

Bryana langsung mengembalikan ponsel itu ke meja tanpa mengangkat panggilan yang masuk terus menerus. Dia memilih untuk tetap diam sembari merangkul Calvin yang tengah terlelap.

"Kamu sudah berkhianat dan berusaha membunuhku. Bahkan sekarang kamu ingin mengambil Calvin dariku. Padahal, sudah jelas hak asuh jatuh padaku. Tapi kamu selalu saja mengusikku dan Calvin."

Bryana membayangkan saat Alex ketahuan berkhianat dan hanya memanfaatkan dirinya untuk menambah pundi-pundi kekayaannya dengan menggelapkan dana perusahaan yang dia kelola. Bahkan mantan suaminya itu berusaha menghabisi nya dengan keji. Beruntung Raymond segera membantunya hingga selamat dari maut dan kebangkrutan.

Flashback on

Bryana bermaksud mengantar makan siang untuk Alex di kantòr. Kebetulan saat itu dirinya sedang cuti karena sedang ngidam di kehamilannya yang kedua. Saat itu Calvin baru berusia dua tahun lebih dan dia lupa tidak meminum pil menunda kehamilan ataupun melakukan suntik menunda kehamilan hingga dia hamil lagi. Mau tidak mau wanita cantik dengan tinggi 177 cm itu menerima nasibnya.

Bryana berjalan menyusuri koridor gedung perkantoran milik Alex yang megah tetapi tidak lebih megah dari perusahaannya. Dia berjalan dengan langkah santai memasuki lift menuju lantai 10 tempat ruangan suaminya berada.

"Setiap hamil, Aku tidak bisa bejauh-jauh darimu, Alex. Semoga kamu suka dengan kesayangan ku dan makanan ini," gumam Bryana sembari menenteng paper bag berisi makanan yang sengaja dia masak untuk Alex.

Saat pintu lift terbuka, Bryana segera keluar dan berjalan menuju ruangan Alex yang jaraknya hanya sekitar 25 meter dari lift. Beberapa karyawan menyapanya dengan tersenyum ramah karena mereka tahu bahwa Bryana adalah istri dari bos mereka.

Bryana membuka pintu ruangan Alex dan akan melangkah masuk. Namun langkahnya terhenti saat melihat punggung suaminya yang tak berpakaian mengukung di sebuah sofa bergerak dengan cepat dan terdengar suara desahan seorang wanita di bawahnya.

Bryana menyadari apa yang sedang dilakukan suaminya itu. Tidak terasa matanya berkaca-kaca dan perlahan bulir-bulir bening terlolos dari kelopak matanya. Dengan geram dia melempar paper bag yang sejak tadi di bawanya ke arah tubuh Alex yang masih tidak menyadari kehadirannya.

"Bryana!"

Alex meringis kesakitan atas hantaman paper bag yang berisi bekal makanan untuknya. Dia menatap Bryana yang langsung berlalu meninggalkannya. Pria itu menghentikan aktifitasnya dan memakai pakaiannya kembali.

"Ada apa? Kenapa berhenti?" tanya Bella, selingkuhan Alex.

"Bryana datang dan melihat apa yang kita lakukan," jawab Alex sembari mengancingkan kemejanya dengan terburu-buru. "Aku harus segera mengejarnya," lanjutnya sembari berjalan dengan langkah cepat.

____

Bryana berlari menuju lift dan menekan tombol menuju lantai dasar. Saat lift akan tertutup, Alex malah masuk. Dia langsung menampar suamiñya itu dan membiarkan pintu tertutup.

"Kamu tega, Lex! Apa salahku sampai kamu tega berkhianat? Apa aku kurang cantik? Aku bahkan sedang mengandung anak kedua kita tapi kamu malah menanam benih untuk wanita lain. Kamu benar-benar menjijikan!"

"Bryana, maafkan aku. Aku tidak bisa menolak karena dia terus merayu sedangkan aku memang butuh. Karena kamu tidak pernah melayaniku semenjak hamil anak kedua." Alex membela diri dengan dalih Bryana tidak melayaninya. Seharusnya dia menyadari itu terjadi karena istrinya sedang tidak sehat.

"Jangan banyak alasan, Lex. Aku begitu karena sedang mual terus menerus. Aku bahkan menyempatkan untuk membawakanmu makan siang supaya kamu senang, tapi malah kamu menyuguhiku dengan adegan menjijikan itu. Kamu penghiana!"

Pintu lift terbuka. Brýana berjalan dengan langkah cepat keluar dari gedung perkantoran itu sedangkan Alex terus mengejarnya.

Karena terburu-buru dan dalam keadaan kalut, Bryana terjatuh saat melintasi tangga pendek menuju halaman. Benturan yang keras membuatnya kesakitan dan langsung mengalami pendarahan karena kandungannya masih sangat muda.

Alex segera menolong Bryana dan membopongnya menuju mobil, lalu segera mengemudikannya menuju rumah sakti.

"Aku benci kamu. Jika ada hal buruk yang menimpa calon anakku, aku tidak akan pernah memaafkanmu," ucap Bryana sembari meringis kesakitan dan memegangi perutnya.

"Anakmu juga anakku, Bry. Kamu yang teledor hingga jatuh." Alex malah menyalahkan Bryana.

"Aku jatuh karena menghindarimu. Aku bahkan jijik melihatmu. Kamu sudah menyentuh wanita lain!"

"Jaga ucapan mu! Aku baru melakukan ini sekali karena tergoda rayuannya," ucap Alex dengan nada tinggi sembari fokus mengemudi.

"Arghh... apa aku harus memaklumi tindakan mu itu, Lex? Alangkah egois dan serakah. Aku tidak sudi menerima suami yang sudah menodai tangannya dengan menyentuh wanita lain!" Di sela-sela rasa sakit yang melanda, Bryana terus menunjukkan kebencian dan kekecewaannya pada Alex.

Drett ... drett ....

Ponsel Bryana yang berada di dalam tas kecil berdering. Dia segera mengambil ponsel itu dan melihat panggilan masuk dari Raymond. Wanita itu segera mengangkatnya meski sedang kesakitan.

"Hallo, kak."

"Kamu di mana, Jill? Aku sudah tiba di rumahmu malah kamu tidak ada." tanya Raymond terdengar kecewa.

"Aku sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit, Kak," jawab Bryana.

Alex melirik Bryana dengan rasa kesal dan muak karena malah memberitahu Raymond tentang kondisinya saat ini. Dia yakin istrinya itu akan mengadu pada kakaknya dan dia akan dihajar.

"Kamu kenapa, Jill?" tanya Raymond terdengar panik.

"Aku jatuh dan pendarahan, Kak." Jawab Bryana. "Ini semua karena ...."

Belum selesai Bryana berkata, Alex langsung mengambil ponsel itu dan melemparnya keluar dari mobil.

"Berhenti mengadu! Jangan bicarakan hal yang kami lihat pada kakakmu itu. Karena ini aib dari rumah tangga kita," ucap Alex dengan nada tinggi. Dia menghentikan mobilnya ke tepi jalan yang sangat sepi, lalu menatap Bryana yang sedang meringis kesakitan.

"Kenapa berhenti? Apa kamu tidak melihat aku sedang kesakitan dan butuh pertolongan medis."

Alex tersenyum tipis dan menjambak rambut Bryana hingga wajahnya mendongak dan semakin kesakitan. "Asal kamu tahu, Bry. Aku tidak sepenuhnya mencintaimu! Lebih baik kamu mati daripada menyusahkan aku. Dan aku akan mengambil hartamu."

Bryana semakin kesakitan dan tidak dapat menahan tangisnya karena fakta yang Alex katakan. Dia merasa telah dibodohi oleh pria yang dicintainya selama ini.

"Lepaskan aku, Lex!" seru Bryana.

Alex mendekatkan wajahnya ke wajah Bryana dan mencium bibirnya sejenak. Dia mengeluarkan pisau yang tersimpan di mobilnya, lalu mengarahkannya ke arah perut istrinya.

"Aku harus mengakhirimu sekarang juga, Sayang. Kamu hanya wanita bodoh yang tidak akan pernah mendapat cintaku!"

"Jangan, Lex! Kamu bisa membunuh calon anak kita." Bryana menatap ngeri pisau yang sudah mendekati perutnya. Dia meronta tetapi tidak kuat karena kesakitan.

"Justru aku akan membuatnya mati bersamamu. Kamu tidak perlu khawatir pada Calvin. Dia akan memiliki ibu baru saat kamu sudah mati." Alex semakin mengeratkan cengkraman nya pada rambut Bryana.

"Aww ... lepaskan aku, Lex. Kamu akan dipenjara jika melakukan hal itu padaku!'

"Hahaha ... kamu pikir aku bodoh. Tidak akan ada yang tahu kalau aku yang melakukan ini. Selamat tinggal.'"

Alex menggunakan pisau tajamnya ke perut Bryana. Seketika mata istrinya itu terbelalak merasakan sakit di perutnya karena pisau itu telah menancap sempurna.

"Arrghh ... Kamu JAHAT."

Hanya itu kata yang sempat Bryana lontarkan di sela-sela rasa sakitnya. Rasa sakit itu semakin bertambah saat pisau yang menancap di perutnya kembali di cabut oleh Alex.

Sebelum darah akan menodai mobilnya, Alex melihat sekeliling untuk memastikan keadaan benar-benar sepi. Dia segera membuka pintu mobil dan mendorong  Bryana begitu saja hingga terjatuh ke aspal. Setelahnya dia menutup kembali mobil itu dan segera mengemudikannya pulang ke rumah untuk melakukan sandiwara supaya tidak ketahuan bahwa dialah yang membunuh Bryana.

Flashback off

Next chapter