webnovel

Liburan Akhir Pekan 2

Keesokan harinya. Aku bersiap untuk pergi jalan-jalan. Aditya menggendong Clarisa dan sudah siap sedari tadi. Aku tersenyum berjalan menghampiri mereka. Clarisa begitu senang dengan tawanya melihatku datang ke arahnya.

"Mommy sudah cantik ya nak?" tanyaku pada Clarisa.

"Iya. Begitu cantik sampai bosan kita menunggu ya kan sayang?" ujar Aditya.

"He-he. Namanya juga perempuan. Clarisa juga nanti bersiap jika akan pergi pasti akan lama."

"Aku akan mendidiknya supaya tidak berlama-lama untuk berdandan nanti."

Aku tertawa kecil mendengarnya. Aku pun menggandeng lengan Aditya. Sampai di mobil, aku menyimpan tas keperluan Clarisa di bagian belakang. Aku mengambil Clarisa dari pangkuan Aditya. Ya, karena Aditya yang akan mengemudi. Aditya pun melajukan mobilnya.

"Kita akan ke mana, yang?" tanyaku.

"ke mana kamu mau sayang, tapi karena masih pagi kita jalan-jalan di taman dulu, tidak apa kan?" ujarnya.

"Baiklah. Aku tidak merasa keberatan selama itu bersamamu."

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu masih mau bersamaku setelah kejadian yang telah kita lalui?"

"Sebenarnya aku masih mencintaimu, dan juga sosokmu itu tidak bisa digantikan oleh yang lain. Terlebih kita sekarang sudah memiliki anak," kataku sambil mengajak main Clarisa.

"Oh jelas. Orang yang seperti diriku tidak akan ada di orang lain."

Aku menatapnya tajam. "Iya si paling unlimited," ujarku dengan nada mengejek.

Aditya pun tertawa mendengarnya, yang membuatku tertawa juga. Tidak lama kemudian, kami pun sampai di taman. Aditya mengambilkan strollernya. Lalu aku mendudukkan Clarisa di sana. Kami berjalan bersama, dengan tangan Aditya yang merangkul dan aku yang mendorong strollernya.

"Kay," panggil seseorang yang begitu familier.

Aku dan Aditya melihat ke arah belakang di mana suara itu berasal.

"Raka," gumamku.

"Sudah lama ya kita tidak bertemu," ujarnya. "Halo anak cantik, kamu tumbuh cepat ya?" kata Raka yang berjongkok menyejajarkan dirinya dengan Clarisa.

"Jangan gendong dia! Badanmu berkeringat," ujar Aditya.

Memang saat itu raka tengah berolah raga dengan mengitari taman itu dan juga baju Raka memang agak basah karena keringat. Dia kembali berdiri.

"Baiklah aku tidak menggendongnya kali ini," ujar Raka.

"Jangan menatap istriku dengan tatapan itu!" gertak Aditya.

"Banyak sekali yang kamu larang, aku heran kenapa kamu bisa bertahan sama dia Kay," ujar Raka.

Aku tidak bisa berkata apa pun, karena memang aku melihat tatapan penuh dengan kata rindu. Karena tatapan Aditya yang tidak suka pada Raka, akhirnya Raka pun memilih untuk pergi.

"Aku tidak suka dengan temanmu yang itu," ujar Aditya ketus.

"Kenapa memangnya?" tanyaku polos.

"Kok tanya kenapa? Jelas aku tidak suka karena dia menyukai wanita yang sudah menikah," katanya dengan rasa kesal.

Aku tersenyum lalu menggandengnya dengan bersandar pada lengannya. Aku melihat ada yang jual es krim. Aku mengajak Aditya untuk membelikannya untukku. Tiba-tiba, Clarisa menangis. Aku menggendongnya sambil mengambil kain untuk menutupiku saat menyusui. Aditya datang dengan dua es krim di tangannya. Dia memintaku untuk memegang es kirim satunya, dan dia membukakan es krim tersebut.

"Biar aku suapi saja," ujarnya.

"Ih, so sweet banget sih suami aku," kataku.

Sesekali Aditya iseng dengan mencolek es krimnya ke pipiku. Aku memukul pahanya.

"Aw, sakit," pekik Aditya.

"Suruh siapa kamu jahil seperti itu?" tanyaku ketus padanya.

Dengan ekspresi cemberut, tanganku yang hendak menghapus noda es krim di tahan oleh tangan Aditya. Dia menjilat pipiku untuk membersihkannya.

"Hey, lihat. Om itu menjilat pipi tante itu," pekik seorang anak perempuan pada teman laki-lakinya.

"Om, apa itu enak? Tidak akan sakit perut kalau menjilat pipi orang lain?" tanya anak laki-laki itu.

"Eh, tidak. Jangan ikuti om ini, itu tidak baik. Nanti kalian sakit perut," kataku.

"Tapi om itu sekarang tidak sakit perut dan masih duduk di sana," kata anak perempuan itu menunjuk dengan tangan mungilnya.

"Aku kita lakukan juga, seperti yang om itu lakukan," sahut anak laki-lakinya.

"Eh, kalian jangan ikut campur urusan orang dewasa, sana main. Jangan melakukan hal yang aneh-aneh," ujar Aditya.

"Lebih baik kita pergi saja, om itu galak," bisik anak perempuan yang masih bisa aku dengar suaranya.

"Iya. Kita main pasir di sana saja yuk," jawab anak laki-laki itu sambil menunjuk ke arah tempat bermain.

Mereka pun pergi. Aku dan Aditya saling bertukar pandang kemudian tertawa bersama.

"Kamu sih, begitu segala ini kan tempat umum," ujarku dengan memukul ringan pahanya.

"Aku tidak tahu kalau anak kecil yang tengah memperhatikan kita," kata Aditya.

Selesai menyusui, Aditya membantuku melepaskan kainnya lalu kami pun beranjak pergi. Kami kembali ke mobil. Aku meminta Aditya untuk pulang saja, karena aku lebih ingin menghabiskan waktu berdua bersamanya. Tetapi Aditya kembali mendatangi kediaman Kusuma.

"Kita ke sini? Apa ada hal mendesak? Atau apakah terjadi sesuatu pada ayah dan ibu?" tanyaku khawatir.

"Tidak. Ini hari weekend, kak Tyas juga masih ada di sini. Aku ingin menghabiskan waktu berdua bersamamu makanya aku datang ke sini untuk menitipkan Clarisa pada mereka. Semua barang Clarisa ada dalam tas itu kan?" tanya Aditya.

"Iya, aku sudah menyiapkan semuanya," jawabku.

"Baguslah."

Kami pun turun dari mobil. Semua begitu senang dengan kedatangan kami, terlebih saat aku menitipkan Clarisa. Aku agak ragu meninggalkannya karena takut Clarisa rewel nanti. Tapi mereka meyakinkan aku untuk merasa tenang dan menghabiskan waktu bersama Aditya.

Aditya yang sedari tadi mengutak-atik ponselnya berhenti dan memasukkan ponselnya pada tasku. Kami pun pamit pergi. Aditya tidak memberitahuku akan pergi ke mana, aku hanya terdiam dan menurut saja. Hingga sampai di hotel berbintang.

"Kenapa kita ke mari?" tanyaku yang masih merasa heran.

"Sudahlah ikut saja," ujarnya.

Dia menggandengku masuk. Aku agak terkejut ketika mendengarnya sudah reservasi kamar hotel. Resepsionis memberikan kuncinya.

"Kapan kamu memesannya?" tanyaku.

"Aku meminta Bayu untuk memesannya. Aku masih merasa kesal karena kemarin tidak jadi main," katanya.

Aku menahan tawa teringat kejadian itu. Tiba di depan kamar, Aditya membukanya. Dia langsung menutup dan mengecek kamarnya. Karena aku takut dengan kegelapan, aku tidak melepaskan tangannya dan mengikuti ke mana dia pergi. Sudah merasa aman, dia menyalakan lampu tidur dan memulai aksinya melampiaskan hasratnya.

Beberapa menit kemudian. Lelah main, Aditya memeluk tubuhku kemudian terlelap. Aku mengusap perlahan punggungnya lalu mengecup bibirnya. Aku bermain ponsel dan bertukar pesan dengan Rena menanyakan keadaan Clarisa. Aku merasa tenang setelah mendapat jawaban bahwa anakku tidak rewel. Merasa tidurnya Aditya sudah nyenyak, aku melepaskan tangannya kemudian pergi membersihkan diri. Tidurnya cukup lama sampai perutku merasa lapar. Sudah pukul satu siang. Akhirnya aku memesan makanan dan meminta untuk diantarkan ke kamar karena aku tidak bisa berkeliaran begitu saja tanpa izin dari suami.