1 Who are You?

Mencintai tidak perlu alasan. Itulah yang diyakini para manusia. Cinta suci, Hati yang tulus, kedua hal itu adalah dasar dari sebuah hubungan. Namun, bagi Gumiho hubungan cinta hanya sekedar memuaskan nafsu dan lapar. Berdekatan dengan manusia memberikan energi untuknya agar bisa menjadi manusia.

Ketika lidahnya bersentuhan dengan lidah mangsanya, saat itulah kontrak dibuat. Lidah mangsanya akan terukir nama dari si pemilik kontrak hingga gumiho mencabut kembali kontrak tersebut dengan melakukan hal yang sama, menempelkan lidahnya pada sang korban.

Han Jiwon adalah gumiho berusia 776 tahun. Kiprahnya dalam menjalin hubungan sangat terkenal di kalangan gumiho lainnya. Setiap wanita yang ada di dekatnya bahkan, radius sepuluh meter akan selalu terpesona terhadapnya.

Berbagai macam manusia sudah pernah ia temui. Peperangan, militer, bangsawan dan beberapa macam kehidupan telah ia lalui hingga sekarang. Dari semua hal itu, ada satu masa yang membuatnya terus mengingat setiap detail kehidupannya. Ketika seorang gadis mengutuknya dengan mengatakan bahwa dirinya akan merasakan cinta rumit suatu saat nanti. Jika tidak salah, kenangan itu terjadi saat usianya 100 tahun, . Gadis manis dan memiliki kepribadian baik itu merasa sakit hati terhadap perilakunya yang bermain wanita ketika menjalin hubungan dengannya. Hingga kematian gadis itu yang dikarenakan wabah, Han Jiwon tidak tau maksud ucapannya.

Setelahnya, di tahun-tahun berikutnya, Han Jiwon sengaja berhubungan dengan wanita berkepribadian buruk untuk mengisi energinya. Entah kenapa, ia akan merasa sangat bersalah jika menjalin hubungan dengan wanita baik-baik.

2021, Seoul.

Bunyi klakson terdengar dari segala penjuru. Lampu mulai dinyalakan saat matahari meninggalkan tempatnya menciptakan keindahan kota. Kehidupan malam berganti menjadi keramaian di beberapa tempat yang dipenuhi orang-orang pencari kenikmatan.

Dari pertigaan jalan gangnam, belok kiri, jalan lurus hingga 77 meter, di sebelah kiri ada sebuah pintu semacam kedai makanan. Di dalamnya ada restoran yang menjalankan rutinitas dengan normal tapi, jika memiliki tiket khusus pelanggan bisa masuk ke pintu belakang yang di depannya di jaga dua orang pria bertubuh kekar yang akan memeriksa tiket khusus tersebut.

Begitu membuka pintu kedua setelah melewati penjaga di luar sana, akan terdengar bunyi dentuman musik cukup keras. berbagai macam minuman telah tersusun rapi di belakang bartender. Permainan kartu dan judi sudah menjadi hal wajib ada di tempat bising itu.

"Han Jiwon!" panggil seorang pria yang melambaikan tangan di antara pelukan wanita.

pria tampan yang dipanggil itu berjalan mendekat, menghempaskan tubuhnya ke sofa lembut yang ada di sebelah sahabatnya.

"Kenapa datang terlambat?" pria itu mulai terganggu dengan para wanitanya yang terpesona dengan Han Jiwon. Sahabatnya itu memang pria tampan yang akan menggoda siapapun di dekatnya meski tidak berbuat banyak. Ia mengakui bahkan, di antara gumiho, Han Jiwon adalah pria paling memesona yang memiliki kekuatan sangat besar.

"Di mana Roan?" tanya Han Jiwon enggan menjawab pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya.

"Dia sedang pesan minuman. Kenapa wajahmu seperti itu? apa ada hal yang mengganggumu, kawan?" tanya pria itu penasaran, tak biasanya seorang Han Jiwon berpikir keras tentang kehidupan.

"Bukan apa-apa. Aku hanya sedikit bosan," jawabnya santai, menuangkan minuman dalam botol yang sudah habis setengahnya, meminumnya pelan. Cukup seksi jika dilihat dari sudut pandang manusia.

"Rian, siapa pria itu? apa dia temanmu?" tanya gadis berpakaian seksi mengelus dada bidang Rian dengan lembut, meningkatkan nafsunya.

"Kenapa? apa kau menginginkannya?" Rian balik bertanya, menantang. Tidak, ia tidak kesal dengan para wanita yang kemudian menyukai Han Jiwon. Dia punya harta melimpah yang tidak dimiliki sahabatnya itu. Tidak ada manusia yang tak menyukai uang. Mudah baginya menaklukkan atau membuang manusia di sekitarnya.

"Bolehkah?" tanya gadis seksi itu polos.

"Tentu saja kau boleh memilikinya," Rian bisa melihat mata gadis itu berbinar seolah menemukan mangsa baru.

Gadis itu berpindah tempat ke kursi Han Jiwon. Sebelumnya ia melirik ke empat temannya yang bersikap manja pada Rian. Memberikan sinyal kemenangan dari sorot matanya.

Tepat sebelum pantatnya mendarat di paha Han Jiwon, Rian berdiri mengambil sebuah kartu yang terselip di antara dua dadanya. "Kau harus mengembalikan ini jika sudah tak menginginkannya, bukan?"

Gadis itu cukup malu memandang teman-temannya yang terang-terangan mengejeknya. Ia tak banyak bicara. Tujuannya adalah menggoda pria bernama Han Jiwon, pria tampan selalu punya dompet tebal. Itulah pemikiran dangkal yang selama ini ia terapkan.

Han Jiwon merasa terganggu dengan gadis seksi yang duduk tanpa permisi di atas pahanya. Bergelayut manja seolah ia adalah kungkang yang menemukan tuannya. Bukan berarti ia tidak tertarik pada wanita. Ia hanya sedang tidak selera dan tak berniat mengambil sesuatu milik sahabatnya terlebih ketika 'barang' itu sudah 'dibuang'.

"Tuan bilang tadi bosan. Aku punya cara untuk mengusir kebosanan itu ji-"

"Menyingkir!" potong Han Jiwon sedikit kesal.

"Ap-apa?"

"Kubilang menyingkir!" Sorot mata seksi Han Jiwon berubah menjadi sorot mata menakutkan.

Gadis itu tetap pada tujuannya, ia tidak bisa mundur begitu saja setelah kehilangan black card Rian. Tangannya mulai mengelus sensual di kulit dada yang terekspos. Mengabaikan tatapan mengintimidasi Han Jiwon. Rian mulai waspada dengan aura di sekitarnya.

"Kuberi kau kesempatan sekali lagi. Menyingkirlah dalam waktu tiga detik sebelum kau menyesal nantinya." Han Jiwon mulai menghitung mundur. "Tiga..."

Gadis itu tidak mengerti, bisa-bisanya ada pria yang berlaku seperti ini padanya. Dia? yang seorang primadona?

"Dua..."

Seorang pria menarik paksa gadis yang ada di atas Han Jiwon.

"Satu..."

Han Jiwon menatap pria yang menarik gadis menyebalkan tadi.

"Kau cukup beruntung kali ini," ujar Han Jiwon kembali menikmati minumannya.

"Oh, Roan kau sudah kembali. Syukurlah kau menghentikan Han Jiwon."

Kata dan ekspresi Rian sungguh bertolak belakang. Mana ada orang lega yang ekspresinya terlihat kecewa? Roan menggelengkan kepala. Ratusan tahun hidup mengenal keduanya tetap saja mereka masih saja bertingkah seperti anak kecil.

Roan menyuruh gadis di belakangnya untuk pergi sebelum Han Jiwon membunuh gadis itu. Tentu saja Roan tidak benar-benar mengatakan Han Jiwon akan membunuhnya.

Roan duduk di sofa kosong di sebelah Han Jiwon. Memandang sahabatnya dengan tatapan heran. Sementara saudara kembarnya telah sibuk dengan mainannya.

"Kau sedang ada masalah?" tanya Roan khawatir. Diletakkannya dua botol minuman yang baru saja ia beli dari bartender.

Han Jiwon berdecak, mengibaskan tangan tanda bahwa ia baik-baik saja. "Kalian memang benar-benar saudara kembar. Bagaimana bisa kalian mengkhawatirkan hal sama pada 'manusia' sepertiku?" tanyanya sambil tertawa. "Aku hanya sedikit bosan saja, tidak ada hal lainnya. Sungguh."

Roan makin menyipitkan mata, berpikir keras tentang situasi ini. "Yaah, terserah kau saja. Tapi, aku harap kau tidak melampiaskan amarahmu seperti tadi. Terlalu banyak saksi mata." Roan tiba-tiba mendekat ke arah Han Jiwon. Membisikkan sesuatu mengenai barang yang sudah lama ia pesan. Barang kesukaan Han Jiwon.

***

Malam semakin larut, pesta justru semakin meriah. Banyak pengunjung datang sekedar mengisi waktu luang, ada juga yang datang karna itu adalah kewajiban mereka.

Pada dasarnya, gumiho memiliki jumlah toleransi terhadap alkohol jauh lebih banyak dari pada manusia biasa. Namun, entah kenapa seorang Han Jiwon justru paling payah, mungkin... di antara gumiho lainnya.

Tiba-tiba Han Jiwon berdiri, berjalan sempoyongan. Dengan cepat, Roan menarik tangan Han Jiwon berniat untuk mengantarnya ke kamar yang sudah biasa mereka pesan. Tapi, Han Jiwon menepis tangan dan tubuhnya kasar hingga menabrak meja pelanggan lain.

Roan meminta maaf kepada mereka dan kembali menarik tangan Han Jiwon dan berbisik di telinganya, "Ingat! kamar nomor 6, bukan yang lain!"

Rian hanya tertawa melihat pemandangan itu. Han Jiwon selalu lucu saat sedang mabuk. Tapi, mereka bukan kawan yang buruk yang akan meninggalkannya berada dalam masalah. Rian paham bahwa saudara kembarnya itu berusaha mencegah masalah lain yang mungkin ditimbulkan sahabat mereka itu. Mereka tidak ingin membereskan mayat malam ini.

Roan terus memperhatikan Han Jiwon yang menaiki tangga dan menghilang di tikungan yang mengarah ke kamar para pelanggan VIP. Dia menghitung mundur bersiap-siap untuk melesat saat itu juga jika mendengar teriakan pertama. Namun, tidak ada tanda-tanda Han Jiwon mengeluarkan kekuatannya atau teriakan korban karna sahabatnya salah masuk kamar. Setidaknya kali ini sahabatnya itu cukup menjadi pendengar yang baik.

***

Han Jiwon membuka pintu kamar VIP tempat biasanya mereka memesan kamar. Ia mengunci pintu untuk berjaga-jaga jika kedua sahabatnya mengganggu waktu istirahatnya. Dia hanya ingin tidur, sambil menikmati benda kesayangannya. Nikotin asal Maroko.

Dia duduk di pinggir tempat tidur, mengambil nikotin dari sakunya. Saat hendak menyalakan api, pemantiknya tidak berfungsi dengan baik. Akhirnya ia merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk. Sedikit terkejut ketika tangannya menyentuh gundukan lain di kasur privatnya itu.

Han Jiwon menoleh dan mendapati seseorang tengah tidur dengan wajah cantik, bulu matanya tidak terlalu panjang namun cukup indah seakan memang sudah sepatutnya menempel di sana, hidungnya yang mancung serta bibir plumnya yang terlihat seksi cukup menarik perhatian Han Jiwon. Kulitnya tidak putih tapi, terlihat indah di mata Han Jiwon.

Han Jiwon beralih duduk di atas tubuh orang itu lalu menyentuh pipinya yang lembut. Tangan yang lain menahan kedua tangan lawan mainnya malam itu. Detik berikutnya, orang itu mengerang. Pemilik mata lawannya terbuka. Mengerjap beberapa kali sebelum bertanya, "Siapa kau?"

*****

avataravatar
Next chapter