webnovel

Chapter 10

Apa yang menunggu kami di dalam gua merupakan kejutan besar.

Bagian pintu masuk gua ini tercatat adanya sarang monster gua yang menghuni bagian terdalam. Namun, beberapa tumbuhan hidup berdampingan di kondisi yang aneh ini.

Aku sangat mengenali tumbuhan itu, sebuah tumbuhan langka yang menjadi bahan penting untuk percampuran potion. Dengan satu tetes sari tumbuhan itu, bisa dipastikan potion itu memiliki kualitas yang diluar logika.

Aku ingat pernah membeli sebotol potion penyebuh yang mengandung sari-sari tumbuhan itu untuk menumbuhkan kembali organ-organ yang terputus. Saat itu, aku tidak sengaja memotong jari kelingking ku yang selalu tersandung kursi. Karena saat itu aku sedang emosi jadi kupotong saja kelingking kaki ku.

Masalah satu selesai, namun agak aneh ketika luka semu yang kembali menyerang. Bayangkan saja, jari kelingking ku hilang namun masih terasa gatal. Aku ingin menggaruknya tetapi jari itu sudah tiada.

"Jadi, laporan yang Mercedes berikan itu benar-benar terjadi."

"Tentu saja, Karl. Kau pikir naga-naga yang kita temui sebelumnya itu apa?"

"Ah, tidak-tidak.. aku hanya berpikir gua ini terlalu berharga untuk di jadikan sarang naga."

"Sepertinya kau memiliki rencana lain, apa yang kau pikirkan?"

"Tidak banyak, ngomong-ngomong.. apakah gua ini bisa di jadikan properti pribadi?"

"Secara hukum.. gua ini berada di dalam wilayah kita. Jadi, bisa saja kita memiliki sepenuhnya."

"Untunglah.. kalau begitu.. mari kita lanjutkan penjelajahan gua ini."

Ayah ku memacu kendaraan ini perlahan-lahan. Dengan lampu terang yang menyinari perjalanan dan pemandangan bebatuan gua nampak biasa di mata ku.

"Rasanya agak membosankan melihat pemandangan seperti ini."

"Ya, apa yang kau harapkan dari sebuah gua yang jarang di jelajahi, Karl?"

"Ada kemungkinan bagian dalamnya masih belum sepenuhnya di jelajahi kan? Aku berharap kita menemukan bahan mentah atau semacamnya."

"Kau terlalu berharap untuk gua sekecil ini."

"Gua ini kecil? Tapi kenapa radar kita menunjukkan sebaliknya?"

"Apa maksud mu?"

"Ayah tahu kan radar kita selalu mendeteksi wilayah sekitar? Nah, sekarang lihat ini."

Ayah ku memperhatikan titik-titik kecil yang muncul di radar.

"Aku masih tidak mengerti bagaimana cara membaca radar ini."

"Nah, pahami saja saat sedang digunakan. Oh, ngomong-ngomong bagaimana kita memeriksa titik yang besar ini?"

"Boleh juga, sepertinya itu monster yang besar."

"Mungkin korban iseng Mercedes dan Chiyuki."

"Ah.. mereka.. kenapa adik mu jadi seperti itu sih?"

"Apa maksudnya?"

"Kau tahu kan seberapa manis Chiyuki?"

"Tentu saja, dia adik manis ku. Apa salahnya?"

"Tapi kenapa dia jadi mengerikan seperti itu sekarang?"

"Hah?" aku sedikit kebingungan dengan perkataan Ayah ku.

"Kemarin dia pulang setelah membasmi naga dan bandit!"

"Lah.. kalau itu aku terlibat juga kan?"

"Karl, kau itu tipe orang yang melakukan kegiatan kriminal tanpa di sadari sedangkan Chiyuki itu berbeda.. dia menikmati setiap kegiatan kriminal yang dilakukan! Bukan berarti aku melarang cara kalian tapi!! Ajaklah Ayah mu ini sesekali!"

"Mana mungkin kami ngajak-ngajak! Kejadiannya saja tidak terduga. Siapa yang menyangka akan ada bandit yang menghalangi jalan di depan. Lagipula jika Ayah ada di posisi kami, apa yang akan Ayah lakukan?"

"Tentu saja menabrak mereka hingga mati, kereta kuda kita bukanlah kuda biasa! Tendangan kaki mereka cukup membuat tulang rusuk bergeser dari tempatnya."

"Oh..! aku baru tahu itu!"

"Fufufu.. perbanyak belajarlah dari Ayah mu ini!"

Apa ini?

Kenapa aku seperti berkonsultasi dengan pelaku kriminal profesional?

Perbincangan kami yang receh ini membuat kami tiba di sisi terdalam gua.

[...]

Seorang pengelana pernah mengatakan ini, "Aku mencari perunggu tapi malah menemukan emas."

Ucapan itu menggambarkan apa yang ada di hadapan kami. Titik besar yang kami temui adalah seekor naga besar seperti kastil yang masih bernafas dengan tubuh penuh luka. Sepertinya dia selamat dari serangan Chiyuki dan Mercedes.

Holy Sh*t!

Naga sebesar itu saja masih bisa selamat melawan duo mengerikan itu? sedangkan mereka hanya kelelahan tanpa luka sama sekali? Apa sih yang mereka lakukan? Pembulian terhadap naga sangat susah loh! Dan sepertinya mereka melakukan pembulian itu dengan perasaan gembira.

Sekali lagi aku menyadari bahwa adik ku tidak lah normal.

"Kau lihat ini, Ayah?" tanya ku.

Posisi kami saat ini sedang berdiam di dalam kendaraan dan mengamati naga yang terluka itu dari jauh. Beberapa naga kecil melindungi naga itu. Yep, dia adalah pemimpin kawanan naga ini. Sumber utama dimana kelangkaan makanan sedang terjadi akhir-akhir ini.

"Ukuran sebesar itu dan sisiknya yang tampak tebal.. Karl.. apa kita bisa mengalahkannya?"

"Ya Ndak Tau, Kok Tanya Saya."

"..."

"Serius sediki, Karl!" ucap Ayah ku dengan nada tegas.

"Dengan senjata saat ini, kurasa kita bisa mengalahkannya. Lihat saja luka-luka di tubuhnya."

"Luka sebanyak itu dan dia masih belum mati? Apa dia memiliki sembilan nyawa?"

"..."

"Serius sedikit, Ayah! Nyawa kita dalam bahaya di sini!" sekarang giliran ku membalasnya dengan nada marah.

"Oh.. oke.. oke.. apa rencananya?"

"Simpel! Pertama-tama kita negosiasi dulu. Sekarang bawa kendaraan ini ke depan dia dan biarkan aku bernegosiasi."

"Terserah dirimu, Karl."

Kendaraan kami perlahan bergerak menuju naga yang terbaring itu. Lampu sorot yang ada di kendaraan kami perlahan menarik perhatian naga-naga kecil di sekitarnya. Mereka lalu bergerak aktif untuk melindungi naga besar yang penuh luka itu.

Kami berhenti tepat di depan naga-naga kecil itu.

Aku lalu mengeluarkan pengeras suara yang terpasang dan mencoba bernegosiasi dengan naga itu. Well, walaupun ini termasuk tindakan nekad karena tidak semua naga memahami bahasa manusia namun seharusnya naga sebesar ini memiliki kemampuan berbahasa yang cukup.

"Ekhem.. tes.. tes.. satu.. dua.. oke pas.. untuk naga di sana apa kau bisa mendengar suara ku?"

Bukan hanya jawaban yang ku dengar melainkan eraman mencekam yang diarahkan pada kami.

"Hey, jawab aku jika kau paham dengan ucapan ku."

"Oy!!"

"Hey!!"

"Halo, kadal buntung? Ekor mu sehat?"

"Dih, sombong sekali diri mu."

Aku sudah mencoba memprovokasi mereka namun tidak ada jawaban yang kuterima. Hanya eragan yang tidak bersahabat terdengar. Itu artinya.. mereka memohon untuk mati bersama ketua mereka bukan?

"Bagaimana ini, Ayah? Mereka tidak menjawabnya."

"Tentu saja lah! Mana mungkin naga bisa menjawab!"

"..."

"CIH, MANUSIA! APA YANG KALIAN LAKUKAN DI WILAYAH KU!"

Ayah ku sangat terkejut ketika mendengar suara bergemuruh di atas kendaraan yang kita tumpangi, "Dia bisa berbicara!"

Aku bisa melihat kekaguman Ayah ku yang mendapati fakta bahwa naga bisa berbicara.

"Ekhem, Hey kau kadal! Kami kemari memberi mu dua pilihan. Mati perlahan atau mati cepat?" tawar ku.

Tanpa basa-basi aku memberinya dua pilihan.

"KUHAHAHA!! SETELAH KALIAN BERHASIL MELUKAI KU SEKARANG KALIAN YAKIN BISA MENGALAHKAN KU? JANGAN BERMIMPI KALIAN!!"

Baiklah! Tantangan diterima! Terimakasih telah menjadi bahan hidup uji coba kami.

Terimakasih, naga bodoh!

Pengorbanan mu akan ku kenang selalu!

Langsung saja aku mengaktifkan senjata spesial ku. Sebuah tabir asap namun mengandung fosfor putih di dalamnya, dimana fosfor putih itu bersifat membakar apa saja yang disentuhnya jika terkena udara dan efek lainnya seperti iritasi mata, ganguan pernafasan berat, bahkan membuat luka bakar.

Yep, senjata yang satu ini tidak manusia namun lawan kita naga.

Jadi, boleh dong?

Tanpa basa-basi lagi, tabir asap fosfor putih ini menyebar. Suara desiran fosfor yang terbakar masuk ke telinga kami.

Perlahan namun pasti, erangan nafas terakhir mereka terdengar dan titik-titik kecil di radar perlahan menghilang.

"Dan.. inilah.. tata cara melakukan genosida naga dengan benar!"

"Hah?" sahut Ayah ku.

Persetan dengan aturan perang dan kemanusiaan!

Di dunia ini tidak ada aturan itu!

[...]