webnovel

Paket Aneh

Atika menahan ludah paksa. Setidaknya ada kebenaran di dalamnya melihat Axel mendekatinya. "Kamu tahu kalau aku adalah orangnya. Kenapa kamu tidak melaporkan kepada teman kamu itu?" tanya Axel menatap lurus ke arah Atika. Atika gelagapan.

Padahal seluruh rencana tinggal dilakukan. Entah kenapa perasaan Atika tidak bisa berubah. Karena hal inilah Atika tidak bisa bergerak di ujung koridor Rumah Sakit. Seluruh tubuhnya mendadak membeku. "Aku…Aku tidak bisa…"

Axel tertawa miring. Malahan memilih melemparkan peralatan medis kepada wanita yang diyakini fansnya sendiri. Bunyi sirine polisi membuat Axel tidak banyak waktu lagi. Guyuran air hujan di luar menambah kesan suasana mencekam. 

Tidak banyak pasien yang keluar akibat bunyi peringatan darurat dari pihak Rumah Sakit. Seakan-akan sudah menunggu penangkapan Axel malam ini juga. "Kamu akan menyesal menjebloskan aku ke Penjara. Bukannya menyakitkan kalau kamu mencintai aku daripada dia?"

Bibir Atika bergetar. Jika Axel tahu, kenapa pria itu selalu berpura-pura tiak mengerti? Tubuh Atika berusaha berdiri akibat hantaman dari Axel yang membabi buta pergerakanya. Tidak biasanya Axel melimpahkan emosinya yang tidak jelas kepada korbannya. Biasanya bermain rapi.

Atika paham. Mata Atika menatap balik lalu berkata, "Aku yakin kamu juga memiliki perasaan bukan? Jawab Axel!" kemudian Axel memukul kepala Atika dengan benda tumpul sehingga menyebabkan seluruh pandangan Atika mengabur. 

Kedua tangan Atika memegang dinding tapi dipatahkan lengan oleh Axel sekuat tenaga. "Sudah aku katakan jangan membahas itu. Dasar wanita murahan!" Atika ambruk. Tidak bisa berbuat apa-apa ketika panggilan familiar itu memanggil namanya sedangkan Axel menerjang semua serangan polisi tanpa ampun

***

Atika mengelap keringat. Sungguh, mimpi tadi bukanlah pertama kalinya bagi Atika. Zayn mengerapkan kedua matanya kebingungan. "Wow, kali ini kamu bangun lebih cepat, Atika Fithriya Tsabita! Aku kira kamu mendapatkan nominasi sleeping beauty."

Atike menoleh ke samping. Seorang pria sedang memegang spatula dan panci adalah sahabat Atika sejak kecil. "Zayn, kamu bukannya polisi ya? Kok bisa masuk keluar dari rumah aku?" tanya Atika pelan sembari memijit keningnya perlahan-lahan. 

Sebaiknya Atika menyudahi aksi perhatian lebih milk Zayn. Banyak yang mengira mereka berdua adalah pasangan yang sesuai kriteria tapi aslinya tidak sama sekali. Zayn mendekatkan wajah tegasnya lalu berbisik di telinga Atika yang tidak siap menerima kalimat tersebut.

"Kalau kamu terus begini, aku tidak segan membangunkan kamu seperti drama barat yang kamu tonton. Oh! Drakor romance dan adut juga memiliki ciri khas memberikan kecupan pagi. Argh!" Mau tidak mau Atika melemparkan bantal, mendorong Zayn untuk menjauh dan memberikan balasan singkat.

"Jangan samakan aku dengan pikiran aneh kamu, Zayn. Keluar!" teriak Atika memberikan ancaman berupa senjata kejutan listrik. Zayn terkekeh pelan. "Baik, silakan mandi Nona Atika. Aku akan memasakkan kamu sarapan yang spesial." Atika mlemparkan guling tapi melesat ke arah pintu.

Meski begitu, Zayn tetap kukuh tidak mau pergi dan berlari menuju dapur. Suara memotong bahan-bahan dan menghiduplan kompor terdengar jelas dari lantai dua. Atika beranjak dari tempat tidur. Kadang-kadang memiliki teman pria dari kecil saja memberikan kerepotan dan salah paham teus-menerus.

Bagi Atika, Zayn adalah Zayn. Tidak lebih dan kurang. Jendela dibuka lebar. Kota kecil kelahiran di depan mata Atika ini tidak bisa dibilang bagus. Kebanyakan masyarakat sibuk mengerjakan tugasnya dan kendaraan pribadi menjadikan jalanan aspal semakin padat.

Atika mengeluh sesaat. Jika ada jatah libur untuk kuliahnya maka Atia akan senang mengambilnya sekaligus memesan tiket ke kampung halaman. Apalagi sosok Zayn dikenal keluarganya agar dijaga baik-baik menambahkan kegundahan Atika sendiri.

Sudah menjadi wanita dewasa tetap saja dianggap anak kecil. "Hei! Turun, Wanita kpopers, kamu tidak mau ketinggalan menyetel lagu NCT bersama sarapan kamu. Tadi aku mendengar kabar ada idola yang mirip dengan salah satu member itu di kuliah kamu. Lucky ya?"kata Zayn mengomel bak wanita tua yang marah-marah.

Atika menahan amarah. Pagi harinya sudah diganggu Zayn. Akan tetapi informasi tadi sangat berguna demi semangat kuliahnya. "Benarkah? Kamu tidak salah dengar?" Zayn berpikir keras lalu meledek Atika dari kejauhan. Android tipis hologram itu menunjukkan informasi itu.

Atika berlari kencang dari tempatnya. Zayn menuntun Atika ke lantai satu. Di sana Zayn bisa menyetel lagu kesukaan Atika hanya tepukan jari. "Makanya jangan telat. Kamu sudah S2 tetap saja masih anak baru. Nih makan. Aku mau kerja dulu," ucap Zayn tidak mau menyerahkan hpnya kepada Atika.

Atik mendengus kesal. Sejak Zayn fokus ke pekerjaannya sebagai polisi bagian kriminal, semuanya mendadak berubah. Dari tinggi badan, sikap, aturan di apartemen dan jadwal Atika juga dicek demi memenuhi harapan keluarga besarnya Atika. Atika membuang muka.

"Fine. Aku makan. Jadwal aku padat hari ini. Sesekali aku mau pulang sendiri. Boleh?" Zayn menggelengkan kepala lalu menjitak kepala Atika penuh kasih sayang. Sang empu merasa kesakitan tapi tidak bisa memprotes saat Zayn tersenyum penuh arti.

"Doakan saja aku sibuk juga jadwalnya. Jadi kamu bisa pulang dengan tenang di jalanan. Bye Atika." Atika merinding disko. Salah satu emosi yang tidak bisa diprediksi Atika terhadap Zayn akhir-akhir ini membuat Atika berpikir tidak-tidak.

Putaran lagu NCT mengalun indah sekitar aparteman. Bukan itu saja, pekerjaan rumah selalu dipersiapkan Zayn. Bahkan Atika tidak membutuhkan pembantu jika Zayn menyelesaikan semuanya sesuai jadwal. Jadwal? Atika mengecek tas di sampingnya.

Terlihat isinya sudah dirapikan oleh Zayn. "Kebiasaan mengurus aku sejak kecil. Kenapa dia tidak memberikan perhatian ini kepada wanita yang dicintainya? Ini mubazir sekali." Lalu Atika membuka catatan kuliah dan notes berserakan. Jadwal sampai malam tertera di sana.

Tidak lama kemudian, ketukan pintu membuyarkan lamunan Atika. Setahunya tidak ada teman kuliah datang ke apartemen atau orang lain yang memintanya, Atika menjadi wasapada. "Paket! Ini paket Nona Atika, apakah benar ini apartemennya?" Atika tertegun.

Baru ingat ada jadwal paketnya hari ini datang. Lari terburu-buru menerima paket dari tukang kurir. Wajah Atika gembira melihat isi paketnya sudah di depan mata. Sekilas tahu isinya, tukang kurir meminta foto dan tanda tangan sebagai bukti pengiriman selesai.

"Nona, ini paketnya sudah dikirim ya. Oh ya, kenal namanya Zayn Aridho? Dia memili paket tanpa nama pengirim. Tolong konfirmasi ini jika benar." Atika memeluk paketnya langsung beralih ke paket kedua di tangan tukang kurir. Sisi lain wajah tukang kurir mendadak berubah.

Atika tidak habis pikir. Apakah tukang kurir ini diancam? Sama siapa? Atika mendekati tukang kurir lalu melihat sekitar lorong apartemen. Tidak ada orang yang mencurigakan ditemui. "Bapak yakin ini paket untuk Zayn?" Tukang kurir mengangguk kecil dan pergi tanpa mendengarkan kelanjutan Atika menanyakan keadaannya.

Bersambung