webnovel

Chapter 3

Chapter 3.

"Claudio!"

Contessa menjerit histeris, kini kemarahannya tidak lagi bisa terbendung. Segenap kekuatan yang ada, Contessa berlari menuju Luciano, tanpa memikirkan keselamatannya.

"Kakak!" Dame Elina berteriak dari kejauhan. Namun, dia tidak mengambil tindakan apa pun. Sementara, Claudio berusaha untuk bangkit meski seluruh tenaganya telah habis.

Contessa membulatkan matanya, cahaya keunguan keluar dari tangan kanannya, bersamaan dengan itu sebuah pedang terbentuk dari cahaya tersebut.

"Oh, jadi kau ingin menggunakan kekerasan, tidak buruk." Luciano mengelus dagunya dan tersenyum tipis, tatapannya mengarah langsung pada Contessa yang jaraknya sekitar beberapa meter saja.

"Terima seranganku, Luciano!"

Contessa mengangkat pedangnya, dia mengalirkan seluruh tenaga yang ada pada pedang tersebut. Cahaya keunguan, sekarang berubah menjadi hitam pekat, bagaikan langit tanpa bintang.

Luciano mengangkat satu tangannya, sendirinya tidak beranjak satu langkah pun dari sana. Contessa telah siap. Dia mengayunkan pedangnya langsung pada Luciano. Kendati kekuatan yang dihasilkan begitu tinggi, Luciano berhasil menepisnya hanya dengan satu kali jentikan tangan, gelombang hitam yang semula ingin melukainya seketika menghilangkan.

Melebur menjadi angin dan seolah tidak terjadi apa-apa. Contessa membulatkan matanya, kekuatan yang seharusnya dapat melukai ratusan orang itu, nyatanya hanya seperti mainan bagi Luciano.

Pedang yang semula berselimut cahaya hitam tersebut, kini hanyalah pedang biasa. Kekuatannya telah hilang, bersama dengan tenaga Contessa yang tidak lagi tersisa.

Sekarang giliran Luciano yang mengambil tindakan. Tangan kanannya mengangkat ke atas, seketika itu juga tubuh Contessa terangkat, meski jarak keduanya berada beberapa meter, tetapi Luciano dapat mengendalikan Contessa.

"Sayang!" Claudio yang pertama kali bereaksi. Dia sudah tidak tahan melihat kekejaman dari Kakaknya tersebut. Hanya tersisa sedikit tenaga, dan Claudio akan memanfaatkan sisa tenaganya itu.

Tubuhnya seketika berubah menjadi seekor Serigala, yang memiliki bulu putih seputih salju, serta matanya berwarna biru.

Claudio mengeluarkan suara yang sangat keras hingga terdengar sampai ke luar istana. Contessa sudah tidak sadarkan diri, sementara Luciano tertawa lantang.

Dia melihat perubahan wujud dari Claudio, sementara itu tangisan Lars semakin kencang, tetapi Luciano tidak berniat untuk menghentikannya. Dengan menggunakan kekuatan Pengendali Benda, tubuh Contessa yang tidak sadarkan diri itu, dibiarkan melayang di udara, dan Luciano tertawa lepas untuk hal tersebut.

Dame Elina yang berada jauh dari mereka, tidak bisa melakukan sesuatu. Tubuhnya yang mungil terlalu takut untuk mengambil tindakan gila. Baginya, melawan Luciano sama saja mengantarkan nyawa pada pria itu.

Suara raungan yang keras dari Claudio, sama sekali tidak memecah konsentrasi Luciano. "Kemarilah, andai kau ingin Lars selamat!" Bahkan dia menantang Claudio untuk melawannya.

Claudio berlari kencang, cakar-cakar kakinya begitu tajam, sorot matanya juga begitu mematikan. Dia siap menerkam Luciano dan mencabik-cabik tubuhnya.

Pria itu pun mengambil jarak, melangkah mundur ketika dia berhadapan dengan Claudio yang sekarang berwujud serigala.

Dengan cakar-cakarnya yang tajam, Claudio berusaha melawan Luciano. Namun, pria itu dapat menghindari setiap serangan Claudio.

"Apa hanya ini saja kekuatan yang kau miliki, Adikku? Mana lagi kekuatan yang kau banggakan itu, yang membuat seluruh rakyat Cloud Armor bertekuk lutut? Hahaha …." 

Luciano berseru lantang. Dia tertawa begitu lantang, ketika menyadari bahwa saat ini dirinya sedang menghadapi lawan yang tak sebanding. Lebih tepatnya, musuh yang kekuatannya hanya untuk menakut-nakuti anak kecil saja.

Claudio tidak menyerah begitu saja. Bola matanya terus berputar, pusat perhatiannya adalah Lars yang saat ini berada di tangan Luciano. Claudio memikirkan bagaimana cara untuk merebut Lars tanpa perlu membuat anaknya itu terluka?

Memang sulit, terutama di sisa kekuatannya sekarang. Jika pun Claudio bertarung dalam kondisi prima sekalipun, dia tetap tidak akan menang dengan kekuatan Luciano yang sekarang.

"Mengapa kau diam saja, Adikku? Apa yang sedang kau pikirkan, Adikku? Mengaku kalah sajalah kau, serahkan Cloud Armor padaku dan aku akan mengembalikan Lars padamu, bagaimana? Penawaran yang menarik bukan? Ya, 'kan keponakanku?"

Satu kali lagi Luciano memandang Lars. Namun, bayi itu sama sekali tidak menunjukkan ketidaksukaannya. Claudio mengambil kesempatan itu untuk menyerang. Akan tetapi, cakar-cakar tajamnya tidak bisa menyentuh kulit Luciano.

Wish ….

Sebaliknya, Claudio terpental beberapa meter, sebelum akhirnya menghantar dinding tebal istana.

"Tuanku!" Seseorang berteriak dari kejauhan. Tubuhnya gagah dan memiliki tinggi hampir 190 cm. Rambutnya berwarna putih dan memakai Zirah besi emas.

Dia berseru lantang saat melihat Claudio menghantam tembok. Tidak berselang lama pria itu membuat dirinya menghilang, dengan kekuatan teleportasi yang dimilikinya, pria itu berusaha merebut Lars.

Untuk sesaat Luciano berhasil merasakan keberadaan pria itu. Namun, dia tidak bisa membaca pergerakan dari pria tersebut. Ketika konsentrasi Luciano terpecah, saat itu juga cahaya keemasan muncul di udara. 

Bruk ….

Pukulan tapak mendarat tepat di dada kiri Luciano, yang memaksa pria seribu tahun itu mundur beberapa langkah. Ketika itu juga, pria dengan Zirah besi emas muncul di hadapan Luciano secara tiba-tiba, dan tangannya langsung merebut Lars di waktu bersamaan.

Luciano berusaha untuk merebut Lars kembali. Namun, dirinya cukup lambat untuk mengalahkan kekuatan teleportasi dari pria itu.

"Sial, kau Baron Magnus! Tak akan aku biarkan dirimu membawa Lars!" 

Bola matanya membulat sempurna, tidak ada lagi main-main saat ini. Dirinya telah lengah karena membiarkan Lars tetap hidup, dan membuang waktunya demi meladeni Claudio.

"Tunggu pembalasanku, Baron Magnus. Kau tidak bisa pergi jauh. Lars akan tetap jadi milikku!"

Luciano mengepalkan tangannya dengan erat, seketika tubuh Contessa hancur berkeping-keping. Bukan hanya itu saja, Claudio yang sudah tidak bernapas itu pun, juga menjadi pelampiasan kemarahannya.

Saat ini Cloud Armor tidak lagi dipimpin Conte Claudio Di Nosferas. Pria itu telah tewas oleh kekejaman Luciano Di Nosferas, yang tidak lain adalah Kakaknya sendiri.

Sementara itu pria yang memakai Zirah besi emas, yang berhasil membawa Lars pergi dari istana Cloud Armor, nyatanya juga ikut terluka.

Dalam pertarungannya dengan Luciano, dia sempat mendapatkan pukulan di dada yang membuatnya, memuntahkan darah segar.

Demi menghindari pengejaran Luciano, pria bernama lengkap Baron Magnus Af Dracas itu, membawa Lars ke tengah-tengah hutan Keabadiaan. Hutan yang tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang.

Hanya mereka yang dari keturunan Bangsa Miracle-lah, yang bisa memasuki hutan tersebut, Baron adalah salah satunya. Dia yakin, bahwa Luciano tidak akan bisa mengejarnya sampai ke hutan Keabadiaan.

Baron Magnus mengistirahatkan tubuhnya di bawah pohon yang usianya sudah ribuan tahun. Dia menggendong Lars dengan hati-hati, dan bayi itu tampak tenang saat berada di pelukan Baron.

"Biarkan Paman, beristirahat dulu. Kau akan aman bersama Paman. Percayalah, Paman tidak akan membiarkanmu jatuh ke tangan Luciano."

Dengan napas yang terengah-engah, Baron Magnus berusaha memulihkan dirinya. Pukulan yang diberikan Luciano di dada kirinya, nyatanya membuat dia kehilangan tenaga dalam.

Lars memandang pria itu, tidak ada kegelisahan di hati pria kecil yang usianya baru genap empat puluh hari itu. Baron Magnus bukanlah musuh, sebaliknya dia adalah pelindung Cloud Armor.

"Sayang!"