webnovel

My Husband's Cool President

Vallery Gracia Wijaya Seorang gadis cantik yang terpaksa pergi dari rumah demi kebaikan keluarganya. Karena Vanya kakak kandung Valle yang selalu iri pada dirinya. Jadi Valle memilih untuk kuliah sambil memulai karier sebagai model dan bisnis yang dia bangun dengan kerja kerasnya bersama sahabat-sahabatnya. Ia gadis yang sangat cerdas karena itu ia mampu untuk sukses dengan waktu yang cukup singkat. Lima tahun berlalu ia terpaksa harus kembali ke negara xx karena perintah ayahnya, sampai akhirnya dia tau maksud dari sang ayah yang menyuruhnya pulang karna ingin menjodohkan valle dengan seseorang yang yang bernama Kenzo Darrel Admaja pemuda tampan dengan kepribadian yang sangat sulit di tebak.

Novelia_Prasojo · Urban
Not enough ratings
17 Chs

Bab 10

Pagi itu Matahari mulai menampakkan cahayanya di sela sela kamar dua insan yang masih terlelap dalam tidurnya.

Vallery menggeliatkan tubuhnya karena terganggu oleh sinar matahari yang masuk dari sela-sela jendela kamar, wanita itu perlahan mengusap matanya dan membuka sedikit-sedikit matanya menetralkan cahaya yang masuk.

Cukup lama ia pun bangun dari tidurnya, Vallery melihat Kenzo yang masih terlelap, sejenak Valle memandang wajah tampan suaminya itu, perlahan ia mengangkat tangannya mengusap lembut pipi sang suami dan menatapnya dengan intens.

'Kini aku sudah menjadi istri yang seutuhnya untukmu, aku tidak bisa berharap banyak kepadamu untuk mencintai ku, tapi satu hal yang pasti, aku sudah mulai mencintaimu, ingin rasanya ku tepis perasaan ini agar kedepannya saat kita berpisah aku tidak akan merasakan sakit, tapi aku tidak bisa mengendalikan perasaan ku sendiri, setidaknya aku sudah memberikan hal yang paling berharga dari diriku untuk mu, orang yang aku cintai,' ucap Valle dalam hatinya.

"Apa kau sudah puas memandang wajah tampan ku?" ucap Ken tiba-tiba membuka matanya membuat Valle terkejut dan malu tentunya karena kepergok memandangi Kenzo.

"E-eh," Vallery seketika menarik tangannya dan memalingkan wajahnya karena malu,

ia lalu hendak beranjak membersihkan diri, namun saat ia bangun, Valle merasakan sakit di area sensitif nya.

"Ssht," spontan ia merasakan nyeri karena pergerakan yang ia lakukan.

"Apakah sangat sakit?" tanya Kenzo, ia segera memakai pakaiannya dan beranjak membantu Vallery.

"Biar aku bantu," ujar nya hendak langsung mengangkat tubuh Valle ke kamar mandi, namun dengan segera Vallery mencegahnya karena tentu saja ia masih merasa malu.

"Tidak usah, ini tidak apa apa," tolak Vallery dengan halus, ia langsung membungkus dirinya dengan selimut dan berjalan perlahan sambil menahan perih di bagian sensitif nya menuju kamar mandi.

Melihat hal itu kenzo tiba-tiba langsung menggendongnya begitu saja dan membawanya kekamar mandi, Ken menurunkan Valle perlahan di pinggir bathtub, kemudian ia menyalakan air mengisi bathub dengan air hangat.

"Segera bersihkan diri mu, aku akan menunggu di luar," ucapnya dengan wajah datar lalu ia pun langsung pergi keluar meninggalkan Valle membersihkan dirinya sendiri.

"Tadi malam kau bersikap hangat kepadaku, tapi kenapa sekarang kau sudah berubah dingin lagi" gumam Valle sambil menghapus air mata yang tiba-tiba saja mengalir membasahi pipinya.

Setelah selesai mandi, Valle keluar hanya menggunakan jubah handuk dan berjalan perlahan menuju ruang ganti, melihat Valle sudah selesai Kenzo pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tak lama Kenzo selesai dan terlihat ia keluar dari kamar mandi, kenzo segera mengganti pakaian yang sudah di siapkan Valle, Ken melihat Valle sedang duduk di depan meja rias menyisir rambut panjangnya.

"Valle, aku minta maaf atas kejadian semalam, aku harap kau tidak salah paham, aku minta agar kau menganggap tidak terjadi apa-apa di antara kita," ucap Kenzo setelah memikirkan apa yang telah terjadi, dan kemungkinan dirinya yang pasti akan sulit mencintai Vallery.

Deg

Mendengar ucapan Kenzo seketika jantung Valle seperti dihantam ribuan anak panah, sakit, sangat-sangat sakit apa yang ia rasa sekarang, tanpa terasa air matanya pun mengalir, dia menatap Kenzo dengan tatapan nanar.

"Apa menurut mu itu sebuah kesalahan ken? sampai kau meminta maaf dan menyuruh ku menganggap hal itu tidak pernah terjadi?" tanya Valle dengan nada penuh tekanan sambil menatap Kenzo dengan tatapan tajam, tapi air matanya tidak berhenti mengalir sejak tadi, dadanya begitu sesak, tenggorokannya seakan tercekat, sakit, hanya kata itu yang mampu menggambarkan perasaan Valle saat ini.

"Apa di mata mu aku tidak ada artinya bahkan walau hanya sedikit? bahkan kau memperlakukan ku seperti barang, setelah kau sudah tidak menginginkannya kau akan membuang barang itu seperti sampah," ucap Valle dengan sinis, namun ia tetap membiarkan air matanya mengalir, Valle ingin menuangkan semua yang ia rasakan.

"Selama 3 bulan ini aku sudah berusaha menjadi istri yang baik untuk mu, dan kau juga sudah berperilaku baik padaku, aku berfikir kita sama-sama sudah menerima pernikahan ini tapi ternyata ini yang kau mau," ucap Valle.

Vallery menghapus air matanya dengan mata yang sudah membengkak, ia mencoba tersenyum dalam sakitnya.

Kenzo yang mendengar semua perkataan Vallery pun merasa sangat bersalah.

"Bukan begitu maksud ku Valle, aku hanya belum bisa mencintai mu, aku berperilaku baik karena tidak ingin menyakiti mu, itu saja, aku mengatakan itu karena tidak ingin kau salah paham dan memiliki rasa untuk ku dan kau sendiri yang akan merasa sakit," ucap Kenzo yang memang benar adanya.

"Bahkan sekarang kau sudah menyakitiku," jawab Valle.

"Maafkan aku," ujar Kenzo sambil tertunduk.

"Baiklah jika itu yang kau mau, mari mulai sekarang kita hidup seperti orang asing dirumah ini, anggap saja aku tidak ada disini, dan kau tidak perlu memperdulikan ku, aku tidak akan mengganggumu, tunggulah pernikahan ini genap 1 tahun aku akan segera pergi dari sini, aku melakukan ini karena tidak ingin jadi pembicaraan orang yang akan merusak nama baik Daddy ku," ujar Valle dengan tegas sambil memantapkan hatinya bahwa ia bisa melakukan ini semua.

Setelah mengatakan hal itu Valle memberesi barang-barangnya yang semula tertata rapih di kamar itu, ia memutuskan untuk pindah ke kamar sebelah dan tidak ingin satu kamar dengan pria yang dalam sekejap membuat dia jatuh cinta dan dengan sekejap pula pria itu mematahkan hatinya, Ken diam mematung melihat Vallery memberesi barang-barangnya, ia sendiri bahkan tidak menyangka bahwa ucapannya akan begitu menyakitkan untuk wanita yang telah menjadi istrinya itu.

'Mungkin begini lebih baik,' ucap Ken dalam hati.

Vallery keluar dari kamar sambil menyeret koper dan masuk ke kamar yang berada di sebelah kamar itu, ia menangis sejadi-jadinya disana.

"Kenapa? kenapa Ken? apa salah ku? apa kurang ku? sampai kau tidak bisa mencintai ku walau hanya sedikit? kenapa kau menyakiti ku sampai seperti ini? aku bahkan tidak pernah membayangkan hal ini terjadi dalam hidupku," Valle berteriak sejadi-jadinya, namun tetap saja Ken tidak dapat mendengar karena kamar itu kedap suara.

Vallery terduduk di lantai sambil merengkuh kakinya, seharian Valle tidak keluar dari kamar bahkan sampai Ken pulang dari kantor malam hari.

Wanita itu terlihat berdiri di balkon sambil menatap ke langit, wajah cantiknya terlihat begitu pucat dan matanya pun tampak bengkak.

Sudah entah berapa kali para pelayan memanggilnya, namun tetap dia abaikan.

Sampai Valle merasa lebih baik dan keluar dari kamar keesokan harinya dan melakukan aktivitas seperti tanpa terjadi apapun padanya kemarin.

******

Setelah kejadian itu, selama 1 bulan Valle menghabiskan waktu bekerja dan bekerja, ia menyibukkan diri mengurus perusahaan dan juga villanya yang sudah jadi 70%, dia tidak pernah lagi mengurus keperluan Kenzo, semua ia serahkan pada pelayan yang sebelumnya mengurus keperluan Kenzo, mereka benar-benar hidup seperti dua orang asing yang tinggal di dalam satu rumah itu, dan hal itu membuat Ken benar-benar merasa kehilangan Vallery.

Karena biasanya Valle selalu mengurus keperluannya beberapa bulan terakhir serta menyambutnya saat pulang bekerja,hal itu saat ini tidak pernah terjadi lagi, tetapi Valle tetap menyiapkan sarapan untuknya, namun ia tidak pernah menemani Ken untuk sarapan.

Usai menyiapkan sarapan, sebelum Ken bangun Valle sudah pergi lebih dulu ke kantor, dan ia selalu pulang sebelum Ken pulang menyiapkan makan malam untuk Ken namun setelah itu ia masuk kamar dan tidak keluar lagi sampai pagi hari, Valle banyak menghabiskan waktunya di kantor dan pemotretan, dan hari minggu dia akan pergi untuk memantau villanya, begitu lah kehidupan Valle saat ini.

Kenzo benar-benar merasa prustasi saat ini, ia merasa kehilangan sosok Valle, tapi dia juga tidak bisa mengerti perasaannya itu, tinggal dalam satu rumah tetapi tidak pernah bertemu, jika bertemu pasti Valle akan langsung menghindarinya.

Hari ini Kenzo bertekad akan bicara dengan Vallery, ini hari minggu yang dimana Valle biasanya pergi untuk melihat villa di kota B, tapi Ken tidak tahu itu, yang dia tahu Valle bekerja di JB agency, dia juga belum tahu Valle bekerja menjadi model disana, padahal majalah serta produk kosmetik yang di bintangi oleh Valle sudah terbit, mungkin karena Kenzo terlalu sibuk dengan pekerjaan nya sendiri sampai ia tidak tahu apa yang di lakukan oleh istrinya itu, bahkan ia tidak tau apapun tentang Vallery.

Valle sudah siap hendak pergi, terlihat Valle sedang menuruni anak tangga, Kenzo yang saat itu sedang di ruang keluarga melihat Valle yang pagi itu dimatanya terlihat begitu cantik membuat jantung nya berdegup kencang.

Sudah sangat lama rasanya ia tidak melihat Vallery, ada rasa rindu yang terselip di hati Ken saat ini, Vallery hari ini sebenarnya hanya menggunakan pakaian agak aneh menurut Ken, karena wanita itu memakai kaos putih dengan jaket hitam, celana jeans panjang sobek dibagian lututnya, rambut panjang Valle digulung dengan kacamata hitam dan tas ransel di pundaknya.

Dan yang membuat hal itu aneh di mata Ken adalah Valle tidak pernah berpakaian seperti itu sebelumnya.

"Mau kemana dia dengan pakaian seperti itu?" ujar Ken dalam hatinya.

Hari ini Valle tidak datang ke villa, karena dia akan bertemu dengan Samuel, tangan kanan Paman Mike, ntah apa yang akan di sampaikannya nanti, dan itu mungkin sangat penting sampai-sampai Sam datang kesini menemuinya.

Namun tiba-tiba saat valle akan keluar ada sebuah suara yang menghentikan langkahnya.

"Valle tunggu," Ken berjalan menghampiri Valle, Valle membalikan badan dan melepas kacamata yang ia kenakan.

"Ya," jawab Vallery singkat.

"Aku ingin bicara pada mu, kemana kau akan pergi dengan pakaian seperti ini?" tanya Ken kemudian.

"Bukan urusan mu, katakan saja apa yang ingin kau katakan," jawab Valle begitu saja karena ia masih merasa sakit hati dengan Kenzo karena kejadian 1 bulan lalu.

"Aku hanya ingin minta maaf, kenapa kau bersikap seperti ini padaku?" tanya Ken yang begitu heran dengan sikap Valle sekarang, Valle dulu begitu lembut padanya, dan sekarang? sikap macam apa ini? pikir Ken.

"Bukankah kau sudah tau alasannya," jawab Vallery.

"Sekali lagi maafkan aku Valle, aku tidak ingin kita hidup seperti ini, kita tinggal di atap yang sama tapi bahkan kita tidak pernah bertegur sapa, maafkan aku telah menyakiti mu, aku tau aku salah, dan tidak seharusnya aku bicara seperti itu, saat itu aku sedang ada masalah, dan aku benar-benar tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan, mungkin kata maaf tidak akan cukup untuk kesalahan ku itu, tapi aku akan tetap meminta maaf padamu, Vallery maafkan aku." ucap Ken sungguh-sungguh.

"Baiklah ,aku maafkan," jawab Valle dan ia hendak langsung pergi tetapi tangannya di pegang oleh kenzo.

"Tunggu, jika kau sudah memaafkan ku bisakah kita bersikap seperti sebelumnya?" tanya Ken.

"Hm, tidak masalah, tapi maaf aku sedang terburu-buru saat ini, aku harus pergi," ucap Valle dan berlalu pergi meninggalkan Ken begitu saja.

"Bolehkah aku tau kemana kau akan pergi?" tanya Ken, mendengar itu Valle menghentikan langkahnya.

"Aku akan bertemu teman ku yang baru datang dari London," setelah berkata seperti itu Valle melanjutkan langkahnya dan pergi menggunakan motor kesayangan nya.

Kenzo yang penasaran pun berlari mengambil kunci mobil hendak mengikuti Vallery.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung

"Disaat seseorang telah pergi, disana kau akan merasa orang itu benar-benar berharga dalam hidupmu, maka hargailah dia yang masih berada disisi mu saat ini" Velia.