1 SAH!!!

"Sah!!!" ucap 2 orang saksi dengan wajah berbinar yang sedang duduk di meja akad nikah bersamaku, suamiku dan penghulu.

Aura bahagia pun terpancar dari keluargaku tak kala aku sudah resmi dipersunting oleh laki-laki di sebelahku ini. Tante dan Om ku juga tersenyum mengembang, memandang kami berdua dengan pandangan suka cita.

Dia, Sadewa Anggara Wibawa. Laki-laki 31 tahun dengan perawakan tinggi, putih, dan badan kekar bak binaragawan. Tampan, mapan, dan jangan lupakan kalau dia si kaya raya yang berkuasa. Terkenal dengan kerajaan bisnisnya di bidang developer dan real estate. Impian semua wanita tentunya, untuk menjadi istrinya.

Hari ini dia menikahiku. Di depan keluargaku. Tante dan Om ku yang mengurus semuanya. Aku hanya diminta untuk bersiap.

Masih menjadi teka-teki untukku kenapa dia mau memilihku padahal wanita di luaran sana begitu banyak mengejarnya. Yang jelas satu minggu yang lalu Om dan Tante hanya mengatakan kalau aku akan menikah. Dan di sinilah akhirnya aku hari ini.

Pernikahan ini tak terlalu banyak dihadiri banyak orang. Hanya beberapa keluarga inti. Tapi aku masih belum mengenal yang mana keluarga suamiku atau rekannya. Mereka hanya menyalami dan memberikan selamat kepada kami.

Aku, Shelia Agiska, hanya tersenyum menerima jabatan tangan dari mereka.

"Shela, selamat ya, sayang!" ucap Tanteku.

"Makasih, Tante!"

"Kamu jangan lupakan kami, ya! sering-sering menelepon," ujar Tanteku lagi.

"Ayo, Shela. Aku masih ada meeting siang ini!" ucapnya tiba-tiba dengan dingin. Siapa lagi, kalau bukan Mas Dewa. Menghampiriku saat aku tengah bersama Tanteku.

Aku hanya mengangguk.

"Hati-hati, sayang. Jadilah istri yang penurut dan baik ya. Tante akan merindukanmu!" entah tulus atau tidak, yang pasti aku cukup terenyuh ketika wanita sosialita ini mengatakannya sambil memegang kedua tanganku.

"Iya, Tante!" aku memeluknya.

Aku pun kemudian berbalik, mengikuti suamiku yang sudah menungguku. Kemudian kami pergi dari hotel ini dengan dibawa mobil Limousin dan seorang sopir di depan yang mengemudi.

Mas dewa hanya diam. Aku pun begitu. Tak ada pembicaraan yang terlibat di antara kami. Suamiku ini sepertinya sangat dingin dan pendiam. Begitu aku menilainya.

"Antarkan Shela ke Condo Royal," Mas Dewa bicara singkat. Lalu sang supir pun mengangguk.

Aku meliriknya. Ia memiliki hidung yang mancung. Rahang yang tegas, juga bulu mata yang sedikit lentik. Alisnya juga hitam, tebal, dan rapi. Sungguh, memang Mas Dewa ini tampan sekali. Aku pun mengakuinya.

"Sudah puas memandangiku?"

DEG!

Dia sadar. Sadar kalau aku sedang mengamatinya. Wajahku memerah. Langsung berpaling ke arah jendela dan tak menjawabnya. Aku malu sekali rasanya. Kepergok.

"Shela, jangan berharap lebih padaku! Aku sudah mempunyai istri. Kamu hanyalah istri keduaku!"

avataravatar