1 Awal Mula

Makeup, celana hotpants, kemeja berukuran besar, sepatu sneaker, kacamata Lennon, tas Hermes. Oke, sekarang Lemon sudah siap pergi ke pesta.

Ya, panggilan remaja cantik itu adalah lemon. Tubuh langsing, kulit putih, tubuh tinggi semampai, dengan wajah tak kalah cantik dari aktris film Korea. Itu adalah deskripsi yang pas untuk remaja tersebut.

Rambutnya pendek, sedikit acak-acakan. Sengaja ia buat begitu. Rambutnya pirang namun helaian rambutnya begitu lembut dan wangi. Siapa saja pasti ketagihan untuk terus membelainya.

Remaja itu memilih gaya yang santai saja untuk pergi ke bar kali ini. Namun tidak lupa untuk menampilkan sisi seksi dan manis dari fisiknya yang indah itu.

Setelah mengambil handphone miliknya yang berada di atas meja, remaja itu kemudian menelpon seseorang.

"Halo, apa hari ini ada pekerjaan untukku?"

'Ya, namun tugasmu kali ini sedikit panjang. Apa kau bersedia, Katsuki?'

Remaja itu mengernyit heran, tumben sekali rekan kerjanya itu mengatakan hal seperti itu. Tapi dia berusaha untuk tidak peduli. Yang terpenting baginya adalah dia bisa mendapatkan lembaran tebal dolar yang menggiurkan.

"Oh ya? baiklah. Asalkan sesuai dengan bayarannya, maka aku selalu bersedia," balas si remaja cantik itu.

'Langsung saja datang ke bar ini. Dia akan datang malam ini. Jangan bergaya santai---'

Lemon segera memutuskan sambungan panggilan tersebut. Dia tidak peduli dengan nasihat-nasihat yang terlalu panjang dan membosankan dari rekan kerjanya itu.

Dia langsung berangkat ke bar tersebut agar bisa sampai secepat mungkin ke bar itu.

Dua puluh menit berlalu, dia akhirnya sampai di bar yang berada di kawasan Nevada itu. Bar yang juga terhubung langsung dengan rumah bordil itu menyajikan banyak sekali 'pemandangan indah' bagi setiap pria hidung belang dan juga wanita binal yang sedang mencari pasangan bercinta di sana.

Bar itu bukan sembarang bar. Bar bernama BullGert Bellaria itu adalah bar yang menempati peringkat pertama sebagai bar paling mewah dan mahal di Amerika.

Setiap minuman, pelayanan, dan teman bercinta yang disediakan di sana mempunyai harga yang mahal dan dapat menguras uang sebanyak ratusan ribu dolar dalam sekali pertemuan.

Ketika lemon sampai di tempat itu, dia langsung menghampiri seorang wanita dengan rambut yang dicat dengan warna merah maroon. Wanita dengan rambut sedikit ikal itu menoleh ketika Lemon memanggilnya.

"Hai Lemon, ayo kita langsung---- APA-APAAN PENAMPILAN MU ITU?!"

Untung saja bunyi musik disko yang mengalun di sana benar-benar nyaring, sehingga teriakan wanita itu tidak begitu memancing perhatian para pengunjung bar tersebut.

Lemon terkejut, namun dia berusaha santai. Dia sudah paham bahwa temannya itu sedikit heboh. "Kenapa? bukannya sudah biasa kalau aku datang dengan penampilan seperti ini? kenapa kau jadi heboh begini, hm?"

Wanita itu memijit pelan pelipisnya yang terasa pening. Dia terlihat sangat cemas dan gusar. "PANTAS SAJA AKU MARAH! KALAU AKU MENELPON, JANGAN TIBA-TIBA KAU MATIKAN PANGGILANNYA! AKU MAU BILANG KEPADAMU KALAU KAU HARUS BERDANDAN SUPER CANTIK MALAM INI!"

Lemon mulai merasa tidak enak, nampaknya akan ada masalah yang menghampirinya sebentar lagi.

Daripada temannya itu terus berteriak di situ, Lemon memilih untuk menyeret temannya tersebut ke tempat lain yang lebih sepi agar mereka bisa membicarakan tentang hal yang dipermasalahkan oleh temannya Lemon itu, sekarang.

"Kenapa kau menyeret ku ke sini?!" ujar wanita itu membentak Lemon.

"Aku yang seharusnya bertanya, kenapa kau langsung memarahiku tanpa alasan yang jelas hah?!" balas Lemon tak kalah sengit. Dia butuh kejelasan dari sikap temannya yang tiba-tiba berubah seperti itu.

Wanita itu memukul lengan Lemon, cukup menyakitkan. Namun dibalik pukulan itu tidak tersimpan rasa kebencian atau dendam. Hanya sekedar uraian rasa kekesalan semata.

"Seharusnya kau tidak tergesa-gesa memutuskan panggilan telepon tadi! kau tahu tidak? malam ini, seorang pengusaha terkaya se-Asia akan datang ke bar ini malam ini. Dan kau tahu apa yang lebih menarik daripada itu? orang yang dia kontrak sebagai pasangan bercintanya itu akan mendapat uang sebesar 520 juta dolar. Dengan persyaratan, selama enam bulan orang itu harus menemaninya selalu dan memuaskannya ketika bercinta."

Lemon menganga lebar, matanya juga melotot. Kakinya terasa lemas. Yang sebesar 520 juta dolar bukan sebuah nominal yang dapat diremehkan. Para pelacur yang ada di bar itu pasti akan berebut untuk mendapatkan nominal uang sebesar itu.

Terlebih, si pengusaha itu punya wajah dan tubuh yang sangat menggoda hasrat. Wanita, maupun lelaki pasti akan jatuh cinta dibuatnya.

Sungguh sempurna, bukan?

"Lalu aku harus apa?" tanya Lemon. Dia juga tidak mau kehilangan kesempatan untuk mendapatkan uang sebanyak itu.

"Goda laki-laki itu! kau ini kenapa mendadak bodoh speerti ini hah?! aduh, kepalaku jadi sakit. Lebih baik kau berdandan sekali lagi, aku akan mengantarkan---"

Brukk

Ketika Lemon dan temannya itu buru-buru pergi dari sana. Lemon tersandung dan jatuh tepat di depan lorong tempat mereka beradu mulut tadi.

Lemon jatuh dalam posisi merangkak, namun ketika dia menengok ke depan, dia melihat sepasang kaki di depannya.

Lemon kemudian mendongak dan melihat sosok pria dengan tubuh yang tinggi dan kekar. Wajah tampan dengan rambut berwarna merah. Ada satu gigi taring yang lebih panjang saat lelaki itu membuka mulutnya.

Pria itu kemudian menoleh juga ke arah Lemon. Ia berjongkok dan memegang dagu Lemon. Tapi sesaat kemudian Lemon dikejutkan dengan reaksi pria itu yang sangat menghina harga diri Lemon.

Walau kenyataannya harga diri Lemon sudah semakin menipis seiring lamanya ia bekerja sebagai seorang pelacur.

"Omega yang menyedihkan, pantas saja jadi pelacur rendahan. Dan tampangnya biasa-biasa saja, tidak menarik. Kualitas rendah, tidak pantas untuk dihargai mahal."

avataravatar
Next chapter