1 Prolog

Di dalam sebuah mobil yang melaju, pasangan suami istri duduk di kursi belakang menggendong bayi perempuan mungil. Sang supir tua tersenyum melihat pasangan itu dari balik kaca mobil.

"Kelak Nona akan tumbuh cantik seperti Nyonya. Tuan pasti bangga, saya iri melihatnya. Saya harap umur saya panjang sampai akhir melihat nona muda tumbuh."

"Jangan berkata seperti itu, kita keluarga. Kamu harus bertahan lama sampai melihat kesuksesan putriku kelak!"

Senda gurau mereka hanya berlangsung sesaat sampai cahaya datang bersamaan dengan bunyi tronton besar mendekat. Sang supir tua melihat tronton itu melaju dengan kecepatan mengerikan dari belakang seolah sejak awal mengincar mobil mereka. Keluh keringat membanjiri tubuh mereka panik. Supir sudah memberi jalan pada tronton itu untuk lewat, sangat lebar sampai bahkan bisa dipakai untuk dua buah tronton besar. Tapi tronton malah mempersempit jalan mobil mereka dengan kecepatan dan kekuatan super itu, mobil mereka alhasil terseret kepinggir sampai tiga ratus meter didepan jurang membentang memanjang.

"Kyaaa!"

"Cieet!!! Krakkk trakkk brakkk!"

"Brmmm brm Splest..."

"Ton ton! Brakkk!"

Supir tua itu panik membanting stir ke kanan menahan mobil itu untuk jatuh ke jurang. Namun tronton mendesak mobil mereka ke arah kiri dimana roda mobil secara perlahan kehilangan tapaknya dan terbang.

Istri terombang ambing dengan erat melindungi sang bayi yang menangis kencang. Suami menahan sang istri dan bayi dari guncangan menabrak seluruh bagan mobil. Kanan kiri depan belakang tubuh pasangan itu bertahan sambil menerima lebam. Darah bahkan mengalir dari pelipis mereka. Brakk, prang!

Mobil akhirnya berhenti dengan berantakan. Kaca mobil pecah berkeping menusuk wajah dan tangan supir tua. Sang istri shock gemetaran sambil memegang erat bayi. Sang suami yang terluka lebam disekujur tubuh dengan kepala belumuran darah masih berkedip menatap istri dan anaknya dirangkulannya.

Supir tua perlahan keluar dari mobil berusaha membantu pasangan itu keluar. Dia pertama mengambil sang bayi. Namun setelah menjauh di tempat yang cukup aman ketika berbalik tembakan beruntun datang. Melihat itu, sang supir dengan pahit berlari menjauh. Dia sangat ingin membantu pasangan tapi musuh meneror mereka. Prioritas pertama selamakan bayi!

Sang supir berlari untuk waktu yang lama sampai di panti asuhan yang dikenalnya. Dia tidak menunggu seseorang datang setelah ia mengetuk. Dia menaruh bayi digendongan dengan hati-hati dan bergegas pergi kembali ke jurang tempat mobil itu berada. Dia yakin musuh tau keberadaan mereka dan siapa saja yang menjadi saksi harus hilang.

"Dorrr!"

Setidaknya musuh tidak mengejar nona! Nona harus selamat. Pikiran sang supir sebelum menutup mata.

avataravatar
Next chapter