webnovel

Chapter 23 : Ayo Kita Memanen Sayuran!

Pov : Lilyana

Seperti kemarin, aku dan Nadia kembali ke Guild Petualang. Begitu sampai di sana kami mendengar sorak sorai para petualang yang tiba-tiba saja memberi selamat pada kami berdua.

"Nona Reinee, ada apa ini?" aku langsung bertanya pada Nona Reinee yang berada di meja resepsionis.

"Sepertinya kalian menjadi selebritis baru."

"Selebritis? Kenapa bisa?"

"Karena mereka tahu kalau kalian telah mengalahkan Shaman Goblin dan juga pasukan goblinnya yang meneror hutan Donpapa."

"Begitukah? Apa goblin itu semenakutkan itu?" Nadia bertanya dengan nada datar.

"Biasanya walaupun mereka berkelompok mereka bukanlah lawan yang sulit, namun beda halnya kalau mereka memiliki pemimpin yang memiliki tingkat inteligen yang tinggi. Mereka akan bisa memanufer dan melakukan strategi seperti manusia."

"Ouh, aku mengerti sekarang. Yah, tapi untuk Lily tidak ada yang tidak mungkin!"

"EH? Aku?"

Nadia kembali berkata sesuatu yang tidak perlu. Tapi walaupun begitu, aku merasa lega. Sebenarnya sejak pagi dia benar-benar menghindariku dan memberikan sedikit jarak. Aku pikir dia marah akan sesuatu, tapi melihat dia sudah kembali bersemangat membuatku senang.

"A-ada apa?" Nadia bertanya padaku karena aku terus menatapnya sambil tersenyum.

"Tidak apa-apa, aku hanya berpikir kalau kamu dari pagi marah padaku."

"Hah? Kenapa aku harus marah?"

"Ya, benar juga sih. Tapi kamu benar tidak marah padaku?"

"Hmm, aku gak marah."

Aku mencoba melihat wajahnya dari dekat dan Nadia terlihat kembali menghindari tatapanku.

"Kenapa kamu menghindari tatapanku?"

"Ha-habisnya kamu terlalu dekat..." katanya dengan suara yang lemah.

"Wah, pagi hari begini kalian sudah bermesraan!" Tiba-tiba Nona Reinee memotong pembicaraan kamu.

Aku lupa kalau dia sejak tadi berdiri di balik meja resepsionis.

"KAMI NGGAK BERMESRAAN!" Nadia juga membalasnya dengan teriakan cukup lantang namun tidak sampai menarik perhatian orang-orang.

Kenapa dia bilang kalau kami bermesraan? Bukannya yang ku lakukan ini adalah hal yang wajar bagi dua gadis yang berteman baik?

"Ouh, begitu rupanya..." Nona Reinee berkata dengan nada mengejek, "Sudahlah, kita lupakan saja yang barusan. Mari bicara soal bisnis!"

Aku mulai menarik diri dari Nadia dan berdiri bersebelahan dengannya menatap ke arah Nona Reinee. Resepsionis cantik itu terlihat sedang menyusun brosur di hadapan kami.

"Hari ini kalian hanya akan mengambil pekerjaan di dalam Desa, jadi jangan mengeluh ya!"

"Ya!"

"Y-ya..." entah kenapa Nadia menjadi tidak bersemangat dan karena itulah aku mencubit pinggangnya dan dia-pun melenguh "YA!" dengan segenap nafas yang terisisa di dadanya.

"Pekerjaan kalian sangatlah mudah, semuanya berhubungan dengan festival panen musim ini."

"FESTIVAL!!!" Nadia melompat sangking terkejutnya mendengar kata 'Festival'.

"Heh? Memang sudah waktunya ya?"

Aku bertanya dan langsung di jawab oleh Nona Reinee, "Apa kamu tidak melihat kebun di Utara desa? Semuanya sudah siap untuk di panen."

"Hey, Mbak Reinee! Festival Panen itu festival seperti apa?" Nadia dengan penuh semangat bertanya.

"Itu adalah Festival perjamuan makan malam bersama seluruh penduduk Desa untuk wujud syukur atas panen musim ini."

"Oh, sepertinya menyenangkan!" Ujar Nadia dengan mulut penuh liur.

"Aku pernah mendengar tentang festival ini, tapi aku belum pernah mengikuti perayaan ini seperti ini."

"Berarti ini saat yang tepat untuk kalian mulai merasakan betapa menyenangkannya fesival di desa ini!"

"MAKAN!!" Nadia berteriak.

"Nona Reinee, jadi pekerjaan apa yang harus kami lakukan?"

"Ini coba kalian lihat!"

Dia memberikan beberap brosur padaku.

[Membantu memanen sayuran di ladang. | 2000 | E ]

[Membantu menata dekorasi venue. | 2000 | E ]

[Memasak dan menyajikan makanan di Venue | 3000 | E ]

"Wah, sepertinya ini gak begitu sulit." Nadia berkomentar.

"Juga sepertinya ini menyenangkan! Nadia, apa kamu pernah memetik memanen sayuran sebelumnya?"

"Belum, tapi kedengerannya menyenangkan. Aku ingin mencobanya!"

"Kalau begitu, kami terima misi ini!" Aku memberikan keputusanku pada Nona Reinee.

"Baiklah, kalau begitu selamat menjalankan pekerjaan kalian!"

"Kalau begitu sampai nanti!"

"Dah, Mbak Reinee!"

Sebelum kami sempat meninggalkan guild, Nona Reinee kembali memanggil kami.

"Aku lupa memberi tahu kalian, kalau client kita kali ini adalah Kepala Desa Donpapa langsung. Jadi jangan sampai kalian mempermalukan nama Guild."

"Tenang saja, kami tidak akan mengacau."

"Ya! Kami akan berhati-hati."

Setelah Nona Reinee tenang, kamipun pergi dari Gedung Guild untuk menuju ladang yang ada di sebelah utara Desa. Ladang ini sangat besar dan aku bisa melihat macam-macam sayuran di sana. Ada tanaman tomat, kubis, terong, dan kentang yang sudah siap untuk panen.

"Hebat, luas banget!" Teriak Nadia penuh semangat.

"Apa kalian dari Guild petualang?" Tiba-tiba seorang kakek bertanya pada kami.

Kakek itu terlihat tak asing bagiku, tunggu Kakek ini...

"Kakek yang di kereta kuda waktu itu!"

"Oh, Nona Priestess apa kabar?"

"Baik, Kek. Kakek sendiri sehat?"

"Seperti yang terlihat!"

Dia benar-benar Kakek yang penuh semangat. Nadia sempat bertanya siapa kakek ini dan aku menjelaskan tentang pertemuan kami di perjalanan menuju Desa Donpapa. Mendengar itu Nadia pun menjadi sedikit ramah dengan Kakek itu.

"Apa kalian akan membantu kami memanen hari ini?"

"Ya, benar Kakek..."

Seakan tahu yang aku maksud Kakek itu menjawab, "Ah, maaf. Namaku Hayes. Salam kenal."

"Saya Lily dan teman saya Nadia. Salam kenal, Kek!"

"Hai, Kek!" Nadia mengangkat satu tangannya untuk menyapa sang kakek.

"Kalau begitu, kenapa kalian tidak segera bersiap-siap."

"Siap-siap?" aku hanya bisa menunjukan ekspresi heran.

"Maksudku, apa kalian akan memanen tanaman dengan pakaian seperti itu?"

Benar juga, saat ini aku dan Nadia masih mengenakan pakaian bertarung kami. Kalau ingin berkebun tentu kami membutuhkan pakaian yang lebih nyaman dan ringan dari pada pakaian tempur ini.

"Hey, Ibu! Tolong bantu mereka bersiap-siap! Kalau bisa pinjamkan mereka baju yang nyaman dipakai."

Setelah Kakek Hayes berkata seperti itu, muncul seorang nenek yang sepertinya itu istrinya.

Ya, dia nenek yang bersama Kakek Hayes di kereta waktu itu.

"Ini istriku, Illya. Dia akan membantu kalian memakai pakaian yang nyaman untuk berkebun." Ujar Kakek Hayes dengan ekspresi hangat.

"Kalau begitu, ayo kita pergi anak-anak!"

Kamipun di bawa oleh Nenek Illya menuju sebuah gubuk yang sepertinya tempat beristirahat para petani. Aku dan Nadia diberikan masing-masing setelan baju dengan bahan yang sangat ringan, namun terasa nyaman dan dingin saat menempel di kulit.

"Kita selesai, Nek!" Ucap Nadia dengan riang dan menenteng sebuah arit ditangannya.

"Oh, kalian sangat imut menggunakan itu!" Aku tidak bisa menyangkal komentar dari Nenek Ilya karena kupikir celana bermotif bunga-bunga yang ku pakai terlihat sangat imut.

"Lily, ayo kita panen banyak sayuran!"

"Ayo!"

Aku mengkonfirmasi ajakan Nadia dan kami bertiga langsung menuju ladang dengan perasaan riang.

Aku melihat mungkin ada sekitar 12 orang yang sedang bersiap untuk memanen ladang termasuk dengan Kakek Hayes dan Nenek Ilya. Itu berarti ada sekitar 14 orang yang berkerja di Ladang. Aku penasaran apakah jumlah kita akan cukup untuk memanen sayuran sebanyak ini.

Sebenarnya aku tidak tahu berapa banyak sayuran yang bisa di panen hari ini, tapi melihat luas ladang yang ada di hadapanku kita akan mendapatkan panen yang sangat besar. Aku tidak sabar untuk segera memanen beberapa sayuran.

Kami dibagi menjadi beberapa tim, aku dan Nenek Ilya bekerja utuk memetik tomat dari pohonnya. Tomat di ladang ini terlihat sangat subur dan sehat. Warna tomat ini sangat indah sampai aku tidak ingin memakannya.

Pertama-tama Nenek Ilya memberikanku sebuah gunting besi dengan bentuk unik, aku tidak bisa mendeskripsikannya tapi yang pasti bentuk gunting ini sangat unik. Nenek Ilya mencontohkan cara menggunting tangkai tomat dan ternyata tidak sesulit yang aku bayangkan.

"Penuh juga akhirnya!"

Dua puluh menit kemudian aku berhasil memenuhi keranjangku dengan tomat segar. Aku tidak tahu memetik tomat akan semudah ini. Karena pekerjaanku terlalu cepat aku jadi ingin mengerjakan pekerjaan lain.

Di sudut ladang tak jauh dariku, aku dapat melihat Nadia dengan tekun menggali tanah untuk mencabut kentang dengan arit yang dia bawa sebelumnya. Dia sepertinya belum mengisi penuh keranjangnya, tapi ada kemungkinan dia sudah dalam proses mengisi keranjang kedua. Di lihat dari betapa bersemangatnya dia berkerja membuatku tidak mau kalah darinya.

"Nek, keranjang selanjutnya!" aku berkata.

Setelah lebih dari 4 jam memanen sayuran lainnya seperti kubis dan terong akhirnya kerjaanku hampir selesai. Yang tersisa sekarang hanyalah membawa keranjang berisi sayuran ini ke gudang penyimpanan Desa.

Nadia yang sudah bersemangat sejak awal dengan penuh percaya diri membawa tiga keranjang sekaligus dan berlari menuju gudang. Aku tahu dia kuat, tapi dia tidak harus menunjukannya seperti itu. Ya 'kan? Namun aku bisa mentolerir itu karena aku tahu itu akan mempersingkat waktu kerja kita.

Saat aku sedang membawa keranjang berisi tomat, Nenek Ilya memanggilku.

"Terima kasih untuk hari ini." Dia berkata, "Jarang sekali ada petualang mau membantu pekerjaan petani seperti ini."

"Ah, sama-sama, Nek. Kami melakukan ini karena ini sangat menyenangkan."

"Begitu kah?"

"Ya." Tersenyum.

"Kalau begitu, mari kita lakukan ini lagi di festifal panen selanjutnya!"

"Baiklah, saya akan menantikannya!"

Setelah berbalas senyuman, aku dan Nenek Ilya melanjutkan pekerjaan kami hari itu sampai hari berakhir.

Pov : Lilyana

Seperti kemarin, aku dan Nadia kembali ke Guild Petualang. Begitu sampai di sana kami mendengar sorak sorai para petualang yang tiba-tiba saja memberi selamat pada kami berdua.

"Nona Reinee, ada apa ini?" aku langsung bertanya pada Nona Reinee yang berada di meja resepsionis.

"Sepertinya kalian menjadi selebritis baru."

"Selebritis? Kenapa bisa?"

"Karena mereka tahu kalau kalian telah mengalahkan Shaman Goblin dan juga pasukan goblinnya yang meneror hutan Donpapa."

"Begitukah? Apa goblin itu semenakutkan itu?" Nadia bertanya dengan nada datar.

"Biasanya walaupun mereka berkelompok mereka bukanlah lawan yang sulit, namun beda halnya kalau mereka memiliki pemimpin yang memiliki tingkat inteligen yang tinggi. Mereka akan bisa memanufer dan melakukan strategi seperti manusia."

"Ouh, aku mengerti sekarang. Yah, tapi untuk Lily tidak ada yang tidak mungkin!"

"EH? Aku?"

Nadia kembali berkata sesuatu yang tidak perlu. Tapi walaupun begitu, aku merasa lega. Sebenarnya sejak pagi dia benar-benar menghindariku dan memberikan sedikit jarak. Aku pikir dia marah akan sesuatu, tapi melihat dia sudah kembali bersemangat membuatku senang.

"A-ada apa?" Nadia bertanya padaku karena aku terus menatapnya sambil tersenyum.

"Tidak apa-apa, aku hanya berpikir kalau kamu dari pagi marah padaku."

"Hah? Kenapa aku harus marah?"

"Ya, benar juga sih. Tapi kamu benar tidak marah padaku?"

"Hmm, aku gak marah."

Aku mencoba melihat wajahnya dari dekat dan Nadia terlihat kembali menghindari tatapanku.

"Kenapa kamu menghindari tatapanku?"

"Ha-habisnya kamu terlalu dekat..." katanya dengan suara yang lemah.

"Wah, pagi hari begini kalian sudah bermesraan!" Tiba-tiba Nona Reinee memotong pembicaraan kamu.

Aku lupa kalau dia sejak tadi berdiri di balik meja resepsionis.

"KAMI NGGAK BERMESRAAN!" Nadia juga membalasnya dengan teriakan cukup lantang namun tidak sampai menarik perhatian orang-orang.

Kenapa dia bilang kalau kami bermesraan? Bukannya yang ku lakukan ini adalah hal yang wajar bagi dua gadis yang berteman baik?

"Ouh, begitu rupanya..." Nona Reinee berkata dengan nada mengejek, "Sudahlah, kita lupakan saja yang barusan. Mari bicara soal bisnis!"

Aku mulai menarik diri dari Nadia dan berdiri bersebelahan dengannya menatap ke arah Nona Reinee. Resepsionis cantik itu terlihat sedang menyusun brosur di hadapan kami.

"Hari ini kalian hanya akan mengambil pekerjaan di dalam Desa, jadi jangan mengeluh ya!"

"Ya!"

"Y-ya..." entah kenapa Nadia menjadi tidak bersemangat dan karena itulah aku mencubit pinggangnya dan dia-pun melenguh "YA!" dengan segenap nafas yang terisisa di dadanya.

"Pekerjaan kalian sangatlah mudah, semuanya berhubungan dengan festival panen musim ini."

"FESTIVAL!!!" Nadia melompat sangking terkejutnya mendengar kata 'Festival'.

"Heh? Memang sudah waktunya ya?"

Aku bertanya dan langsung di jawab oleh Nona Reinee, "Apa kamu tidak melihat kebun di Utara desa? Semuanya sudah siap untuk di panen."

"Hey, Mbak Reinee! Festival Panen itu festival seperti apa?" Nadia dengan penuh semangat bertanya.

"Itu adalah Festival perjamuan makan malam bersama seluruh penduduk Desa untuk wujud syukur atas panen musim ini."

"Oh, sepertinya menyenangkan!" Ujar Nadia dengan mulut penuh liur.

"Aku pernah mendengar tentang festival ini, tapi aku belum pernah mengikuti perayaan ini seperti ini."

"Berarti ini saat yang tepat untuk kalian mulai merasakan betapa menyenangkannya fesival di desa ini!"

"MAKAN!!" Nadia berteriak.

"Nona Reinee, jadi pekerjaan apa yang harus kami lakukan?"

"Ini coba kalian lihat!"

Dia memberikan beberap brosur padaku.

[Membantu memanen sayuran di ladang. | 2000 | E ]

[Membantu menata dekorasi venue. | 2000 | E ]

[Memasak dan menyajikan makanan di Venue | 3000 | E ]

"Wah, sepertinya ini gak begitu sulit." Nadia berkomentar.

"Juga sepertinya ini menyenangkan! Nadia, apa kamu pernah memetik memanen sayuran sebelumnya?"

"Belum, tapi kedengerannya menyenangkan. Aku ingin mencobanya!"

"Kalau begitu, kami terima misi ini!" Aku memberikan keputusanku pada Nona Reinee.

"Baiklah, kalau begitu selamat menjalankan pekerjaan kalian!"

"Kalau begitu sampai nanti!"

"Dah, Mbak Reinee!"

Sebelum kami sempat meninggalkan guild, Nona Reinee kembali memanggil kami.

"Aku lupa memberi tahu kalian, kalau client kita kali ini adalah Kepala Desa Donpapa langsung. Jadi jangan sampai kalian mempermalukan nama Guild."

"Tenang saja, kami tidak akan mengacau."

"Ya! Kami akan berhati-hati."

Setelah Nona Reinee tenang, kamipun pergi dari Gedung Guild untuk menuju ladang yang ada di sebelah utara Desa. Ladang ini sangat besar dan aku bisa melihat macam-macam sayuran di sana. Ada tanaman tomat, kubis, terong, dan kentang yang sudah siap untuk panen.

"Hebat, luas banget!" Teriak Nadia penuh semangat.

"Apa kalian dari Guild petualang?" Tiba-tiba seorang kakek bertanya pada kami.

Kakek itu terlihat tak asing bagiku, tunggu Kakek ini...

"Kakek yang di kereta kuda waktu itu!"

"Oh, Nona Priestess apa kabar?"

"Baik, Kek. Kakek sendiri sehat?"

"Seperti yang terlihat!"

Dia benar-benar Kakek yang penuh semangat. Nadia sempat bertanya siapa kakek ini dan aku menjelaskan tentang pertemuan kami di perjalanan menuju Desa Donpapa. Mendengar itu Nadia pun menjadi sedikit ramah dengan Kakek itu.

"Apa kalian akan membantu kami memanen hari ini?"

"Ya, benar Kakek..."

Seakan tahu yang aku maksud Kakek itu menjawab, "Ah, maaf. Namaku Hayes. Salam kenal."

"Saya Lily dan teman saya Nadia. Salam kenal, Kek!"

"Hai, Kek!" Nadia mengangkat satu tangannya untuk menyapa sang kakek.

"Kalau begitu, kenapa kalian tidak segera bersiap-siap."

"Siap-siap?" aku hanya bisa menunjukan ekspresi heran.

"Maksudku, apa kalian akan memanen tanaman dengan pakaian seperti itu?"

Benar juga, saat ini aku dan Nadia masih mengenakan pakaian bertarung kami. Kalau ingin berkebun tentu kami membutuhkan pakaian yang lebih nyaman dan ringan dari pada pakaian tempur ini.

"Hey, Ibu! Tolong bantu mereka bersiap-siap! Kalau bisa pinjamkan mereka baju yang nyaman dipakai."

Setelah Kakek Hayes berkata seperti itu, muncul seorang nenek yang sepertinya itu istrinya.

Ya, dia nenek yang bersama Kakek Hayes di kereta waktu itu.

"Ini istriku, Illya. Dia akan membantu kalian memakai pakaian yang nyaman untuk berkebun." Ujar Kakek Hayes dengan ekspresi hangat.

"Kalau begitu, ayo kita pergi anak-anak!"

Kamipun di bawa oleh Nenek Illya menuju sebuah gubuk yang sepertinya tempat beristirahat para petani. Aku dan Nadia diberikan masing-masing setelan baju dengan bahan yang sangat ringan, namun terasa nyaman dan dingin saat menempel di kulit.

"Kita selesai, Nek!" Ucap Nadia dengan riang dan menenteng sebuah arit ditangannya.

"Oh, kalian sangat imut menggunakan itu!" Aku tidak bisa menyangkal komentar dari Nenek Ilya karena kupikir celana bermotif bunga-bunga yang ku pakai terlihat sangat imut.

"Lily, ayo kita panen banyak sayuran!"

"Ayo!"

Aku mengkonfirmasi ajakan Nadia dan kami bertiga langsung menuju ladang dengan perasaan riang.

Aku melihat mungkin ada sekitar 12 orang yang sedang bersiap untuk memanen ladang termasuk dengan Kakek Hayes dan Nenek Ilya. Itu berarti ada sekitar 14 orang yang berkerja di Ladang. Aku penasaran apakah jumlah kita akan cukup untuk memanen sayuran sebanyak ini.

Sebenarnya aku tidak tahu berapa banyak sayuran yang bisa di panen hari ini, tapi melihat luas ladang yang ada di hadapanku kita akan mendapatkan panen yang sangat besar. Aku tidak sabar untuk segera memanen beberapa sayuran.

Kami dibagi menjadi beberapa tim, aku dan Nenek Ilya bekerja utuk memetik tomat dari pohonnya. Tomat di ladang ini terlihat sangat subur dan sehat. Warna tomat ini sangat indah sampai aku tidak ingin memakannya.

Pertama-tama Nenek Ilya memberikanku sebuah gunting besi dengan bentuk unik, aku tidak bisa mendeskripsikannya tapi yang pasti bentuk gunting ini sangat unik. Nenek Ilya mencontohkan cara menggunting tangkai tomat dan ternyata tidak sesulit yang aku bayangkan.

"Penuh juga akhirnya!"

Dua puluh menit kemudian aku berhasil memenuhi keranjangku dengan tomat segar. Aku tidak tahu memetik tomat akan semudah ini. Karena pekerjaanku terlalu cepat aku jadi ingin mengerjakan pekerjaan lain.

Di sudut ladang tak jauh dariku, aku dapat melihat Nadia dengan tekun menggali tanah untuk mencabut kentang dengan arit yang dia bawa sebelumnya. Dia sepertinya belum mengisi penuh keranjangnya, tapi ada kemungkinan dia sudah dalam proses mengisi keranjang kedua. Di lihat dari betapa bersemangatnya dia berkerja membuatku tidak mau kalah darinya.

"Nek, keranjang selanjutnya!" aku berkata.

Setelah lebih dari 4 jam memanen sayuran lainnya seperti kubis dan terong akhirnya kerjaanku hampir selesai. Yang tersisa sekarang hanyalah membawa keranjang berisi sayuran ini ke gudang penyimpanan Desa.

Nadia yang sudah bersemangat sejak awal dengan penuh percaya diri membawa tiga keranjang sekaligus dan berlari menuju gudang. Aku tahu dia kuat, tapi dia tidak harus menunjukannya seperti itu. Ya 'kan? Namun aku bisa mentolerir itu karena aku tahu itu akan mempersingkat waktu kerja kita.

Saat aku sedang membawa keranjang berisi tomat, Nenek Ilya memanggilku.

"Terima kasih untuk hari ini." Dia berkata, "Jarang sekali ada petualang mau membantu pekerjaan petani seperti ini."

"Ah, sama-sama, Nek. Kami melakukan ini karena ini sangat menyenangkan."

"Begitu kah?"

"Ya." Tersenyum.

"Kalau begitu, mari kita lakukan ini lagi di festifal panen selanjutnya!"

"Baiklah, saya akan menantikannya!"

Setelah berbalas senyuman, aku dan Nenek Ilya melanjutkan pekerjaan kami hari itu sampai hari berakhir.