webnovel

My Emotion No.5

Sebuah emosi lagi untuk dirimu, aku harap emosiku bisa sampai kepadamu. Kau sudah membuat aku seperti ini, kau harus bertanggung jawab untuk sekarang juga tapi, di mana kau saat ini? Kenapa kau tidak kembali lagi kepadaku?

"Aku akan pergi sebentar, aku harap kau mau membuatkanku sebuah cerita yang dapat membuatku menangis" aku harap aku bisa. Sudah lama aku berhenti untuk menulis, hingga kehadiranmu membawaku kembali ke tempat yang dulu pernah aku tinggalkan jauh.

"Kita berdua adalah penulis, maka dari itu, kita tidak boleh berhenti untuk membuat semua orang terus membaca semua emosi kita" apa kau yakin dengan semua itu? Aku sudah terlalu lama berada di tempat itu dan aku sudah mengetahui semuanya lebih dari dirimu tapi, kenapa kau masih saja percaya dengan semua tulisan yang kau buat?

"Aku tidak akan berhenti sebelum emosiku sampai kepada mereka" apa itu alasan kenapa kau ingin tetap menulis? "Aku akan mengalahkanmu nanti, lihat saja!" satu lagi tantangan yang kau berikan kepadaku. Kau hanya tersenyum dengan tantangan yang baru saja kau berikan, kau pikir aku akan kembali ke dalam dunia itu?

"Kau tahu, membuat seseorang tertawa dan menangis karena membaca semua tulisanku adalah impianku" kenapa kau menginginkannya? Semua itu sudah tergantikan jika kau memperhatikan sekelilingmu.

"Aku tahu itu susah tapi, apa salahnya untuk mencoba" kau sangat keras kepala dan egois untuk tetap melakukan apa yang ingin kau lakukan. Kau tidak memperdulikan apakah semua yang sudah kau ciptakan akan mendapatkan perhatian dari semua orang atau tidak. Bodoh, egois dan kasar.

No.1

Kau menangis. Kau menangis dengan beberapa lembar naska yang kau genggam, di mana keceriaan yang dulu pernah kau perlihatkan kepadaku? Apa kau sudah tahu bagaimana rasanya menjadi seorang penulis sepertiku? "Maaf, aku menangis karena membaca kisahku sendiri" satu lagi kecerobohan yang sudah kau perbuat. Kau melakukan uji coba kepada dirimu sendiri dan bukan kepada orang lain. Gadis yang bodoh. Kau pun berdiri dengan bangga membawa lembaran naska yang kau genggam pergi berlari meninggalkanku.

No.2

Tawamu kembali lagi mengisi kekosongan ruang kerjaku, kau melompat sembari melempar beberapa lembaran naska kerjaku yang belum selesai aku buat "Aku menang! Apa kau lihat?!" kau menunjukkan beberapa penghargaan yang baru saja kau terima. Aku hanya tersenyum untukmu, namun seketika kau pun terdiam pada saat melihat isi leptopku. Sebuah naksa yang gagal, di situ kau marah tapi, bukan kepadaku. Aku dapat melihat wajah kesalmu dan air mata yang sudah mengalir membasahi pipimu, kenapa kau menangis?

"Bagaimana bisa?!" aku sudah terbiasa dengan semua ini. Aku hanya penulis biasa di mana eraku sudah menghilang saat ini. Kau membuka jendela kamarku dan membuang penghargaanmu dari atas. Apa yang sedang kau lakukan? "Jika kau gagal maka, aku tidak berhak mendapatkan semua ini!" sangat bodoh dan juga keras kepala.

Bersama-sama kita menang dan bersama-sama kita menulis, sangat bodoh dan juga keras kepala. Kau sudah mendapatkan apa yang sudah kau harapkan saat ini, kau ingin karyamu sampai kepada mereka dan saat ini semua itu sudah kau dapatkan, lalu apa yang kau inginkan lagi?

"Aku ingin menantangmu! Apa bisa emosimu sampai kepadaku?" dengan sangat santai kau meninggalkan ruang kerjaku. Kau sudah menantang orang yang salah. Namun, sekali lagi aku dapat melihatmu tersenyum setelah kejadian itu, aku harap itu semua tidak pernah hilang.

No.3

Selama ini aku menjadi seorang penulis yang sangat keras, kasar dan terlalu terburu-buru. Aku lupa dengan apa yang sebenarnya aku buat dan untuk siapa aku membuatnya? "Aku ingin menantangmu!" sekali lagi kau mengatakan itu. Kau terus menulis dan berharap aku membaca semua karyamu, kau bahkan sudah tahu jika kau pasti akan kalah dengan menantangku tapi, kau tidak pernah putus asa dan selalu menantangku terus menerus untuk mengasah kemampuanmu. Apa yang kau harapkan dari dunia ini?

"Aku tidak membutuhkan apa-apa, setelah melihatmu, aku akan menjadi sangat keras kepala... Aku ingin, emosiku sampai kepadamu" jika kau tahu, sebenarnya kau sudah membuka hatiku bahkan tanpa meminta izin dariku. Aku terus menulis tanpa aku tahu untuk apa dan siapa aku menulis, kau mengubah jalan dan hidupku serta, kali ini aku akan menerima tantanganmu.

No.4

Sudah terlalu lama kau tidak kembali, kau di mana? Aku ingin kau membaca emosiku sesuai dengan apa yang kau inginkan dulu "Hai..." kau tersenyum di atas ranjang rumah sakit dengan beberapa jarum infus dan juga beberapa obat di atas meja samping tempat kau berbaring. Apa yang kau lakukan di sana? Kenapa seperti ini? Bukankah kita sudah berjanji untuk menuju ke puncak bersama-sama? Bukankah kau sudah menantangku? Aku sudah membuat emosi yang baru untukmu dan bukan dari tangan apa lagi pikiranku, aku belajar darimu akan satu hal, aku sudah menulisnya dengan hati dan perasaanku yang sudah aku tuang ke lembaran naskaku, dan berharap kau mau membacanya

Kau menangis setelah membaca emosiku. Kau mendekap lembaran kertas itu dengan sangat kuat "Terima kasih, kau sudah masuk ke dalam hatiku tanpa permisi... Kau sangat jahat..." ucapmu sembari tersenyum dibalik air mata yang terus menerus mengalir membasahi pipimu. Kau mengambil buku catatanmu dan kau memberikannya kepadaku, kau melarangku untuk membukanya dan memintaku untuk menunggu sampai waktunya tiba tapi, kapan?

No.5

Semua orang menangis, bahkan langit pun juga ikut menangis mengiringi kepergianmu untuk selama-lamanya, sesuai dengan apa yang kau harapkan sebagai seorang penulis. Bodoh, egois dan kasar. Kau meninggalkanku dengan sangat cepat bahkan kau tidak menilai emosi yang pernah aku buat untukmu dulu. Bodoh, egois dan kasar. Berhari-hari aku tidak melihat senyumanmu, hanya selembar foto dirimu yang tengah menggenggam buku milikmu saja yang menjadi teman di atas meja kerjaku. Kau sudah mencapai puncakmu dan kau sudah berhasil membuat semua orang menangis bahkan diriku. Tidak ada lagi yang berteriak di depan telingaku, tidak ada lagi yang menangis di ujung kamarku dan tidak ada lagi yang berani menantangku, aku tidak tahu kenapa tapi aku sangat merindukanmu saat ini.

Bodoh, egois dan kasar. Karena dirimu aku kembali dan karena dirimu aku tidak akan berhenti sampai emosiku sampai padamu, apa kau sudah merasakannya?

"Hm! Ini Sangat lembut! Kau tahu, aku rasa es krimku ini sudah mengalahkan emosimu" kau membandingkan tulisanku dengan makanan?

"Boleh aku mengatakan sesuatu?" kau menatapku dengan kedua tangan yang kau sembunyikan dibalik punggungmu. Semilir angin menyapu rambutmu dengan lembut, senyumanmu mengalahkan hangatnya matahari senja yang ada dibelakangmu. Bodoh, egois dan kasar. Kau sudah membawaku di atas puncak menara saat ini. Lagi pula apa yang ingin kau katakan kepadaku?

"Aku menyukaimu..."