4 Weekend

Sudah 30 menit Kanaya menunggu dan yang di tunggu tak kunjung datang membuat Kanaya mengumpat sana sini.

"Dia kemana sih lama banget, tau begini gue nggak akan buru-buru tadi." gerutunya merasa kesal.

"Hallooo babe.. sorry yah telat."

Naura muncul dengan menampilkan senyum lebarnya, ia tahu Kanaya pasti kesal padanya karena membuatnya menunggu lama.

"Ngapain aja sih, lama banget. Capek gue nunggunya."

"Iya.. iyya.., sorry babe!! senyum dong, kita mau pergi happy-happy loh, yakali muka lo kek gitu."

"Yaudah ayok."

Mereka berdua menuju mall, weekend kali ini akan mereka habiskan bersama. Keduanya sepakat untuk Quality time berdua, pergi berbelanja dan nonton bioskop.

Sesampainya di mall mereka langsung berkeliling untuk belanja, menuju tempat baju, sendal, sepatu bahkan ke tempat perhiasan hanya sekedar melihat-lihat.

"Nay lihat itu, kayaknya cocok deh di jari lo?" Naura menunjukkan sebuah cincin di etalase perhiasan tempat mereka singgah. Kanaya tersenyum sambil mengangguk, "Iyya cantik, jadi pengen." katanya.

"Oh God.. gue lupa." Naura menepuk jidatnya lalu menarik Kanaya pergi.

"Kenapa pergi, cincinnya bagus loh."

"Nggak usah beli sekarang, lo lupa bentar lagi bakal nikah. Terus cincin dari pak Aryan mau lo taro dimana?"

"Eh iya, gue lupa." ucap Kanaya terkekeh, keduanya lalu melanjutkan langkahnya menyusuri tiap sudut mall.

"Tapi Nay.. sampe detik ini gue masih penasaran, kemaren pak Aryan manggil lo ke ruangan dia buat apa? Lo nggak di apa-apain kan di ruangannya?"

"Hushh, ngaco kamu."

"Terus? kalian berdua ngapain? gue bukan anak kecil yah yang nggak tau apa-apa."

"Nggak ada, cuma bawa tugas kan!!"

"Gue nggak percaya, sangat mustahil kalau cuma bawa tugas. Jelas-jelas lo lama banget di dalam, gue aja yang nunggu lo di luar udah jamuran saking lama banget."

Naura curiga pada sahabatnya yang satu ini, sepertinya Kanaya menyembunyikan sesuatu.

"Percaya sama gue, kita nggak ngapa-ngapain. Lagian belum sah juga."

"Serius..? nggak ada adegan romantisnya gitu? misalnya pelukan atau kiss mungkin- eh tunggu!?" Naura mengedarkan pandangannya seperti sedang mencari seseorang, baru saja ia melihat orang yang sangat familiar.

"Ada apa?" tanya Kanaya bingung.

"Tadi gue ngeliat- ah nggak mungkin, pasti gue salah lihat. Tapi.. dia bareng cewek?!" guman Naura.

"Hey.. lihat siapa?"

"Nggak, nggak ada!! ayok jalan."

Mereka kembali menuju lantai tiga mall itu, disana terdapat bioskop dan mereka sudah membeli tiket untuk film baru yang akan tayang.

"Naura lo kenapa sih, mikirin apa?" Kanaya bingung melihat tingkah Naura yang tiba-tiba jadi diam seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Eh tadi lo ngeliat nggak sih?" tanya Naura sambil kembali memastikan yang di lihatnya tadi.

"Lihat siapa?? lihat orang?! lah kan emang banyak orang disini."

"Bukan, tadi tuh gue ngeliat Pak Aryan!! Tapi gue salah lihat kali yah, udah ah lupain aja."

"Pak Aryan? dimana?"

"Tadi di bawah sebelum naik kesini, kalau dilihat sih seperti Pak Aryan tapi dia bareng cewe."

Kanaya langsung terdiam, menyadari itu Naura mengalihkan pembicaraan. "Hey.. malah ngelamun, udah nggak usah di pikiran kali aja mata gue blur tadi jadi salah lihat orang, kita nunggu di dalam aja." mereka berdua duduk di kursi depan dekat pintu bioskop.

Kanaya mengambil ponselnya, ia ingin menghubungi Aryan dan memastikan keberadaannya tapi sebelum ia lakukan itu Naura memukul pundaknya ingin memperlihatkan sesuatu.

Ponsel Kanaya terlepas dari genggamannya dan jatuh ke lantai, bagaimana tidak ia kaget melihat Aryan bersama gadis lain dimana gadis itu seperti sedang merengek dan berusaha merangkul lengan Aryan.

Kanaya berusaha tersenyum, ia mengambil ponselnya kembali lalu mengenakan tas kecilnya, "Naura gue tiba-tiba nggak enak badan, sorry yah gue nggak bisa nonton hari ini." ucapnya lalu beranjak pergi, sementara Aryan belum menyadari keberadaan mereka.

"Tapii...!!" Naura ikut berdiri ingin mengejar Kanaya tapi ia tahu ini bukan waktu yang tepat, Naura sudah paham betul mengenai Kanaya. Gadis itu tidak suka di ganggu jika ada masalah seperti ini. Naura memilih membiarkan sahabatnya pergi untuk menenangkan pikirannya. Naura akan menelponnya jika waktunya sudah tepat.

Ingin sekali Naura menghampiri dosennya itu sambil memarahinya tapi apa daya ia tidak bisa melakukannya. Tiba-tiba terlintas sesuatu di pikiran Naura.

Ia duduk dengan gelisah sambil pura-pura batuk agar Aryan melihatnya, karena jika begitu sudah pasti Aryan akan menghampirinya. Dan benar saja Aryan sedikit kaget melihat Naura duduk tidak jauh darinya.

"Naura?" ucapnya kemudian menghampirinya, "Kamu disini?" katanya lagi, Naura yang pura-pura terlihat biasa saja seakan tidak terjadi sesuatu ikut menyapa dan tersenyum ramah pada Aryan.

"Ngapain disini?" tanya Aryan dan pertanyaan itu sungguh tidak berbobot.

"Mau nonton lah pak, ngapain lagi.. ini kan bioskop."

"Maksud saya, kamu sendiri?"

"Oh nggak sih pak, tadi bareng temen tapi dia udah pergi katanya lagi nggak enak badan atau mungkin juga ada hal lain sih."

Dari ucapan Naura barusan Aryan bisa menebak jika yang di maksud itu Kanaya. Karena Aryan tahu mereka berdua itu sahabatan dimana ada Naura disitu ada Kanaya.

"Shitt..!!" umpat Aryan, "Kemana dia?" tanya Aryan lagi, Naura hanya mengangkat bahu tidak tahu. Naura merasa puas saat ini, berani sekali Aryan menyakiti perasaan sahabatnya sungguh Naura sangat tidak terima.

"Aryan.. kamu ngapain disitu? kemarilah." terdengar suara manja dari seorang gadis yang duduk tidak jauh dari mereka, ia terus memanggil Aryan namun justru di abaikan dan Aryan langsung pergi dari sana tanpa pamit sedikitpun.

Naura yang melihatnya merasa kasihan pada gadis itu tapi disaat yang bersamaan pula ia juga bahagia karena Aryan lebih memilih mengejar Kanaya di banding tinggal dengan gadis itu.

****

"Makasih yah udah nemenin aku, udah lama banget loh kita nggak jalan berdua. Kamu nggak rindu apa sama aku." ucap gadis berparas cantik itu, sementara Aryan hanya memutar bola matanya jengah sambil berjalan dengan cepat.

"Aryan.. tungguin." rengeknya dan berusaha mengejar langkah Aryan.

Sungguh Aryan sangat muak saat ini jika saja bukan karena tante Helena ia tidak sudi menemani gadis cantik yang bernama Sandra itu.

Sandra adalah anak tunggal dari tante Helena, dimana Helena adalah adik dari ayah Aryan. Helena sangat berperan penting dalam kehidupan Aryan karena semenjak kematian kedua orang tuanya, Aryan di asuh oleh paman dan bibinya yaitu Helena dan Harry. Dia di besarkan dan juga mendapatkan kasih sayang yang begitu besar layaknya dari orang tua kandungnya.

Paman dan bibinya sangat menyayangi Aryan, mereka mendidik Aryan dengan penuh kasih sayang dan penuh kejujuran, memberikan semua fasilitas yang di butuhkan Aryan selama ini tapi semua itu adalah hal wajar, karena tanpa keluarga Aryan Helena dan keluarga kecilnya bukanlah siapa-siapa. Helena hanya menumpang di rumah Aryan hingga saat ini, dengan alasan tidak ingin meninggalkan Aryan seorang diri.

Selama ini Harry lah yang mengelola perusahaan orang tua Aryan, karena Aryan belum mampu dan belum mau mengelolanya sendiri ia masih butuh bimbingan dari pamannya. Belum lagi tugasnya sebagai dosen lebih ia sukai dan dia utamakan membuatnya mengesampingkan perusahaan Ayahnya.

Itu sebabnya Aryan tidak pernah menolak keinginan Helena, termasuk menemani Sandra nonton bioskop meski Aryan tidak suka.

"Aryann.. kamu jalannya jangan cepet-cepet nanti aku jatoh karena ngejar kamu."

"Yang nyuruh lo ngejar gue siapa? lo punya kaki kan, punya mata."

"Kamu kok tega banget sih, aku belum mengenal tempat ini nanti aku tersesat."

"Lo bukan anak keci lagi." Aryan lalu meninggalkannya, namun ia berhenti saat mendengar gadis itu terus merengek dan memanggil namanya pada saat Aryan menoleh ternyata gadis itu terjatuh. Entah itu sungguhan atau hanya sandiwara, dengan terpaksa Aryan menuntunnya berjalan, dengan cekatan Sandra merangkul lengan Aryan agar lebih dekat.

"Aryan, kaki aku sakit." kata Sandra manja, lagi dan lagi Aryan menghela napas jengah.

"Terus?"

"Obatin dong." pinta Sandra.

"Gue bukan dokter." ucap Aryan telak.

Merasa gagal Sandra langsung memasang wajah cemberutnya, mengapa sangat susah mendapat perhatian Aryan. Apalagi yang harus dia lakukan, sudah banyak cara ia keluarkan namun hasilnya tetap nihil.

Karena mereka sudah membeli tiket jadi keduanya langsung menuju bioskop di lantai tiga. Posisinya masih sama, Aryan berjalan di depan dengan langkah cepat diikuti Sandra yang mengejarnya dan berusaha merangkul lengan Aryan. Sampai pada akhirnya Aryan melihat Naura tidak jauh dari tempatnya lalu menghampirinya.

avataravatar