56 Bab 53

Sudah pukul 10, Lea terlihat masih betah dengan selimut lembutnya.

Rasa malas ya akhir-akhir ini semakin besar.

Tidak ada hal menarik dalam pekerjaan yang ada hanya masalah dan kadang-kadang salah paham justru membuatnya semakin malas.

Di liriknya jam di meja dekat tempat tidurnya, sudah pukul 10 lewat.

Nafasnya berat seakan ada rasa ingin tiduran seharian di rumah.

15 menit berlalu, di langkahkannya kaki menuju kamar mandi, di tatapnya wajah kusut itu di kaca sesekali di pukulnya pelan agar lebih sadar dan tidak malas-malasan.

"Haaa..ayolah Lea jangan malas"

20 menit lebih dia di kamar mandi dengan wajah malas dan langkah berat dia bersiap untuk ke kantor.

"Kamu sakit Lea?"

"Gak mi..Lea cuma males aja kerja"

"Kok gitu? Di kantor ga asik ya?" Bu rena tersenyum

"Gitu deh mi, ada aja yang buat Lea kesal" ucap nya.

"Yaudah kalau kamu malas ga usah kerja dulu, istirahat aja dulu" Bu rena melangkah ke arah dapur meninggalakan Lea yang melahap beberapa potong roti.

Perjalanan ke kantor Lea coba memperbaiki perasaannya yang sangat malas, di pasang nya music keras agar memperbaiki mood nya.

Tetap saja perasaan nya tidak baikan.

"Pagi buk boss" Seorang menyapa Lea.

"Hai" senyum nya kecut.

Langkahnya di percepat, agar bisa sampai di lantai 10 dan bisa duduk setidaknya tidak ada yang mengganggu.

Pintu lift itu terbuka, Lea yang tertunduk berjalan menuju ruangannya.

"Pagi Lea, ada kiriman bunga lagi tuh" Sea tersenyum pada Lea.

"Aku lagi gak mood, tolong buang bunga nya" Lea berkata singkat.

"Di buang?"

"Ia, kalau kamu mau ambil aja, aku ga mau lihat ada bunga di kantor ku" Jelas Lea dengan wajah serius.

"Ok ok, aku buang" Sea segera masuk ke kantor Lea.

"Semua di buang"

"Ia Sea..semua di buang" Suara Lea meninggi.

"Baik" Sea mengangkat 2 buket bunga, kemudian masuk dan mengambil sisa nya.

"Siapa pengirimnya ini?? Besok kalau ada bunga seperti ini lagi di kantor saya, kamu akan kena masalah" Lea sedikit marah pada Sea yang sudah ketakutan.

"Baik maaf Lea"

"Sana sana" Lea menggerakkan tangan nya agar Sea segera keluar dari ruangannya.

Lea mencoba membunuh waktu yang membosankan itu dengan file kerja yang ada di mejanya.

**

"Kok di buang?" Criss yang melihat Sea sibuk mengangkat bunga-bunga itu ke arah Lift.

"Buk bos marah tuhh" Sea menjelaskan seraya berbisik.

"Kenapa?"

"Gak tau..kayaknya moodnya lagi gak bagus, malah dapat bunga gini lagi" Sea menendang bunga-bunga yang sudah di buatnya di tempat sampah.

"Wah..." Criss menggeleng tidak berkomentar banyak.

"Uu..banyak amat mau di kemanain?" Fio yang muncul dari dalam lift bertanya.

"Mau di buang"

"Loh kok gitu?" Wajah Fio serius.

"Dari pada di pecat sama buk bos" Criss tertawa.

"Uu...dia marah?" Fio bertanya pada Criss.

"Ahh...udah ah.. aku kebawah dulu" Sea menendang tempat sampah besar itu agar masuk ke dalam lift.

Lift menutup tinggal lah Fio dan Criss yang saling memandang di sana.

"Kenapa sih?"

"Aku juga ga tau, tau-tau Sea udah bawa- bawa tu bunga"

"Dari siapa sih?"

"Ahh..paling dari Xander" jelas Criss melangkah ke meja kerja nya.

"Tunggu dong"

"Buruan"

Keheningan kembali terasa di ruangan lantai 10 itu, Fio dengan foto-foto dan Criss dengan file kerja nya.

"Pagi"

Suara itu tak asing, Xander laki-laki itu ada di ruangan itu.

3 orang yang duduk di sana terheran-heran ada urusan apa laki-laki itu di sana.

"Ada urusan apa ya?" Tanya Sea selaku sekretaris Lea.

"Mm saya mau ketemu Lea"

"Ada janji?" Tanya Sea lagi.

"Gak ada, saya cuma mau ketemu aja" Senyum Xander ke arah Sea.

"Kalau gitu saya tanya Lea dulu" Sea mengambil gagang telepon hendak menelepon Lea.

"Gak usah, saya langsung masuk aja" Xander melangkah mendekati pintu ruang kerja Lea.

"Jangan Xander, nanti saya di marahin" Sea menahan agar Xander tidak masuk.

"Apaan sih, saya juga pernah kerja di sini" Xander tetap ingin masuk ke dalam.

"Ehh apa sih, jangan asal masuk kalau ga ada janji" Fio menarik Xander menjauh dari pintu ruangan Lea.

"Kenapa? Saya tamu saya bisa masuk dong"

"Itu ruangan bos, kalau ga ada janji jangan maksa masuk dong" Fio terlihat marah.

"Udah udah, kamu pulang sana" Criss menarik Xander menjauh.

"Awass, Leaa.. Lea" Xander menepis tangan Criss dan berteriak.

"Telepon keamanan Sea" Fio memberi perintah pada Sea.

"Ia ia" Sea menelepon keamanan segera.

"Lea..keluar Lea, kenapa kamu sembunyi di sana" Xander berteriak lagi.

"Heii ini kantor, diam!!" Criss berteriak.

Lea yang mendengar suara berisik di luar merasa terganggu, di langkahkan nya kakinya melihat keadaan di luar ruangannya itu.

"Ada apa ini?" Tanya Lea.

"Hai Lea" Xander tersenyum.

"Maaf Lea dia maksa masuk ke ruangan mu" Jelas Sea yang sedikit takut.

"Aku cuma mau masuk dan lihat kamu" Jelas Xander.

"Apa keluarga mu tidak pernah mengajarkan tata krama di rumah?" Tanya Lea.

"Pernah lah"  Xander tersenyum.

"Lalu mengapa keluarga kalian selalu seenaknya, masuk ke ruangan orang sembarangan, menusuk orang sembarangan, apa keluarga kalian hanya berisi pembuat onar saja?" Lea bertanya lagi.

"Apa makasud mu? Aku cuma mau berteman dengan mu, aku mengirim mu bunga juga" jelas Xander penuh percaya diri.

"Aku tidak pernah bilang aku ingin menjadi teman mu, atau aku suka dengan bunga-bunga itu, aku tidak suka berhubungan dengan keluarga gadis pembuat onar itu" Jelas Lea dengan wajah marah nya.

Petugas keamanan datang ke ruaangan itu.

"Maaf buk"

"Tolong bawa orang itu, dan satu lagi jangan pernah biarkan dia atau siapa pun naik ke lantai 10 selain pekerja di sini"

"Baik buk"

"Ehh ehh...Lea tunggu dulu, kenapa kamu giniin aku? Salah ku apa?" Xander berteriak sambil di seret olah 2 anggota keamanan.

"Udah udah, aku gak suka dengan keluarga pengacau" Lea berjalan menuju kantornya dengan wajah marah.

"Lea kamu gak apa-apa?" Tanya Fio.

"Kerjakan saja pekerjaan mu, gak usah urus yang bukan urusan mu" Wajah Lea sangat kesal.

Fio yang berdiri tidak jauh hanya diam mematung mendengar ucapan kasar Lea barusan, begitu juga dengan Criss dan Sea.

Lea masuk dan membanting beberapa berkas, rasa malasnya hari itu ternyata menandakan hal buruk, ini lah hal buruk itu. Seorang yang tidak di harapkan membuat nya semakin malas.

"Haaa...kenapa dengan orang-orang gila itu" teriak Lea sambil menendang tempat sampah di dekat kakinya membuat beberapa kertas berserakan di lantai.

Makan siang Lea tidak terlihat di cafetaria, dia lebih memilih meminum kopi di kantornya.

Rasa kesalnya belum hilang, dia hanya ingin menenangkan diri sendiri.

"Mi..Lea pulang"  langkahnya melambat di seretnya kakinya dengan wajah muram.

"Loh..kok jam segini udah pulang?"

'Gak tau mi, akhir-akhir ini Lea suka kesal sama hal-hal kecil"

"Mmm...mungkin kamu butuh istirahat sayang"

"Ia mih, Lea capek harus marah tiap hari" Lea berjalan ke kamarnya di lantai dua rumah itu.

Di tutupnya pintu kamarnya, kemudian berbaring di tempat tidurnya yang empuk.

"Apa aku terlalu kasar ya tadi? Ahh..sudah lah kadang mereka keterlaluan juga" Lea mencoba tidak menyalahkan dirinya.

Di lain tempat Criss dan Fio hening, mereka tidak menyangka akan mendengar ucapan kasar dari Lea seperti tadi.

Suasana kantor itu hening dan dingin. Mereka diam dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Maafkan aku jika terlalu mengkawatirkan mu, karna bagiku luka mu adalah luka juga.

avataravatar