webnovel

Kecupan Radit

Pagi hari Bella sudah berada di pabrik. Biasanya Bella yang sampai pada tujuan sekitar jam setengah delapan. Sekarang pukul enam saja dirinya sudah sampai.

Bella sudah berusaha menjelaskan pada bundanya sejak semalam agar Radit mengajaknya pergi sore saja setelah dirinya pulang dari pabrik. Tapi segala upaya yang Bella berikan tak membuahkan hasil.

Kata bunda karena Radit mengambil cutilah jadi Bella harus bisa menghargai calon suaminya. Meluangkan waktu juga di tengah kesibukan. Bella merasa dirugikan jika selalu begini terus.

"Kak Bella. Kok kakak tumben pagi-pagi banget udah sampai. Kakak nanti ada acara, kah?" tanya Abel seakan tahu apa yang akan Bella hadapi.

"Kamu juga udah dateng, Bel? Kenapa pagi banget, sih? Enggak sayang apa waktu kamu rebahan pagi terbuang dengan sia-sia?"

"Ih, Kak Bella malah ngeles lagi."

Terkekeh ringan Bella mendapat sindiran langsung dari Abel. Sebenarnya Bella sudah tahu jika Abel selalu menjadi pegawai pertama yang datang di pabrik dahulu.

Seperti yang sudah Bella lihat ternyata memang baru Abel yang datang. Entahlah sebenarnya apa tujuan Abel lebih suka menghabiskan waktu di sini daripada di rumah. Tapi yang pasti Bella sangat terbantu dengan hadirnya Abel di pabriknya.

Bella meletakkan tas dan paper bag ke atas meja. Abel yang masih ada di hadapannya masih diam tak berkutik menunggu jawaban.

Sambil merekap data pemasukan maupun pengeluaran. Sesekali Bella melirik Abel yang masih berdiri.

"Iya, Kak Bella nanti ada janji habis ini. Kayaknya, sih pagi. Maka dari itu Kak Bella mau menyelesaikan rekapan dulu. Baru setelah ini kamu urus, ya?"

Mengacungkan jempolnya tanda Abel setuju. Cengiran tak berdosa gadis muda itu memang sering sekali Bella lihat.

Meski Abel satu-satunya pegawai yang paling susah untuk masak-memasak. Tapi kepandaian Abel tidak diukur dari hal itu. Untuk masalah pendataan dan penghitungan, Abel sungguh lebih gesit dan lebih teliti.

Itulah mengapa Bella jadi lebih perhatian kepada Abel selain menggemaskan juga.

Kembali berkutat dengan pekerjaannya. Bertempur dengan kertas-kertas untuk merekap. Bella tak terlalu mempedulikan Abel yang masih berada di ruangannya.

"Kak Bella … Kakak mau kencan, ya? Bawa gaun segala ke sini. Hayoo …"

"Hah? Eng … Enggak kok. 

Itu pesanan buat temen kakak tau," sahut Bella gugup.

Tak main-main. Bella tak menduga bahwa Abel bisa menebak jitu dirinya. Bagaimana bisa gadis yang terlihat polos itu bisa mengenal kencang juga?

Menetralkan ekspresi wajah agar tak terlalu kentara. Bella memang tak bisa main-main jika untuk membohongi Abel.

"Udah, turunin Abel. Itu punya teman Kakak."

"Eeehh … Sejak kapan Kak Bela jadi jualan baju di sini. Kan selama ini Kak Bella cuma jualan makanan aja. Kenapa bisa pindah haluan?"

Bella diam terkunci. Seakan tak bisa mengelak lagi. Selalu saja berakhir seperti ini. Abel yang menjadi orang pertama setiap dirinya merahasiakan sesuatu.

Gerakan Abel masih sama. Mengamati gaun yang Bella bawa. Melihat detail yang seimbang pada setiap hal yang menempel pada gaunnya.

Wajah takjub pun Bella lihat sangat jelas dari diri Abel sekarang.

"Udah ya, Bel? Kamu kembali ke ruangan kamu aja. Enggak usah liatin itu lagi," pinta Bella sangat ramah. 

"Xixixi … Iya, Kak. Abel balik cek pengiriman ya kalau itu? Kue-kue yang semalam dibuat sudah siap semua. Abel pergi dulu kalau gitu. Oke?"

"Iya, Bye Abel."

"Bye juga Kak Bella."

Menghilang dari pandangannya seketika. Abel memang gadis yang sangat periang. Menggeleng kecil Bella merasakan tindakan gadis itu. Bella pun kembali melanjutkan aktivitasnya.

Beberapa hal sudah Bella selesaikan. Tinggal sedikit lagi pesanan untuk lusa dan akhirnya pekerjaannya sudah selesai. 

Bella menyandarkan tubuhnya di kursi. Meluruskan segala persendian yang terasa kaku. Tak sadar jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Dan Bella juga lupa kalau dirinya belum sarapan.

Pintu ruangan Bella terbuka. Menampilkan gadis mungil kembali memasuki ruangan.

"Kak Bella! Ayo sarapan, Kak.

Abel tuh tahu pasti kakak belum sarapan, kan? Udah Abel siapin makanannya. Udah Abel panasi juga. Mau Abel bawa ke sini apa makan dengan yang lainnya?"

Bella berpikir sekilas. Apakah kali ini dirinya ingin makan sendiri atau dengan pegawai-pegawainya. 

Mengingat tugas yang sudah hampir selesai. Ditambah belum ada kejelasan juga Radit hendak menjemputnya jam berapa. Bella pun memilih untuk sarapan dengan yang lainnya saja.

Mengikuti arah langkah Abel menuju meja makan besar mereka. Pabrik ini memang sengaja Bella beri meja makan yang besar agar anggotanya bisa makan bersama.

Bekerja bersama-sama makan pun kalau bisa bersama juga.

"Permisi kakak-kakak di sini. Bos besar mau join makan sama kita boleh, enggak? Kasihan sendiri mulu di ruangan."

Berbicara dengan lantang kepada seluruh pegawai yang sudah siap menyantap makanan mereka. Abel selalu saja suka mencari perhatian.

"Loh, tentu boleh, dong. Kan ini juga semua bu bos yang punya kuasa. Kenapa enggak kita bolehin." Salah satu pegawai senior angkat bicara. Mempersilahkan langsung Bella agar segera duduk.

Abel langsung mengambilkan sarapan yang sudah dirinya siapkan untuk kakaknya ini dengan penuh kasih sayang. Meletakkan di hadapan Bella. Tentu saja dirinya langsung berterima kasih karena mendapat perhatian lebih dari Abel.

Berdoa bersama dilanjutkan menyantap makanan mereka. Candaan dan perbincangan satu sama lain pun mulai Bella nikmati.

Belum selesai Bella sarapan bersama para pegawai. Salah satu satpam memasuki ruangan menuju keberadaan Bella berada.

"Tuan Radit sudah ada di depan, Nona. Beliau sudah menunggu."

Kedua mata Bella membola sempurna. Menghentikan sarapannya dan langsung meneguk minum hingga kandas. Bella tak ingin Radit menunggunya lebih lama.

Berpamitan kepada yang lain dan segera menuju ruangan. Bella masih perlu berganti pakaian setelah ini. Bella tak ingin hanya karena penampilannya yang kurang setara dengan Radit, menjadikannya hilang mood kembali seperti kemarin.

Memoleskan lip tint tipis agar memberi warna lebih pada paras cantiknya. Bella sudah siap dan segera keluar dari pabrik. Sungguh, rasanya Bella sedang dikejar-kejar waktu sedari tadi.

"Sorry, nunggunya lama, ya. Aku tadi masih makan sama yang lainnya. Enggak pa--"

"Cepetan naik. Enggak usah lebih buang waktuku dengan penjelasan bodohmu itu." Menyela pembicaraan Bella tadi dan langsung mendahului memasuki mobil. Kesabaran Bella kembali diuji.

Sabar Bella … Ini akan terlewati. Bella tak perlu terlalu memasukkannya dalam hati karena hal ini akan menjadi makanan keseharianmu setelah ini.

Mengikuti Radit dari belakang. Memasuki mobil dan mulai melenggang pergi. Bella sempat memberi Abel pesan untuk melanjutkan pekerjaannya.

Perjalanan tak begitu panjang. Tiba saatnya mereka telah sampai pada tujuan yang telah ditentukan. Butik mewah dengan berbagai gaun pernikahan yang pastinya sangatlah mewah juga. Bella yang belum memasuki tempat itu saja sudah dibuat tercengang seketika.

Tautan tangan yang Radit raih dengan seketika kembali mengejutkan Bella. Membawa mereka berdua masuk ke dalam dan membawa Bella bertemu dengan perancang terkenal. Bella hanya mengikuti ke mana arah Radit saja.

"Berikan aku gaun yang terbaik di sini untuk acara pertunangan dan pernikahan kita.

Bisa dimengerti?"

Para pekerja di sana langsung tangkas memenuhi permintaan Radit. Beberapa kali perancang butik juga ikut andil menolak pilihan yang diberikan pekerjanya hingga menghasilkan dua gaun yang sepertinya memang sangat pas untuk dirinya.

"Calon tuan sangatlah sempurna. Semua gaun yang ada di sini sekalipun sebenarnya sangat cocok untuk calon tuan," puji perancang itu mengagumi kecantikan Bella.

"Aku sudah tahu. Calonku ini memang calon model Internasional. Maka dari itu sangat pantas bersanding denganku."

Mengeratkan rangkulannya di depan banyak orang. Mengelus punggung tangan Bella dengan sangat lembut. Sungguh, jantung Bella sedang berpacu sangat kuat sekarang.

CUP

"Dia adalah calon istriku. Dan hanya dia yang sangat kucintai."