1 Prolog

"KAMU ITU YANG GAK BENER"

PAK!!  

Suara tamparan  dengan airmata mendominasi. Terdengar jelas suara tersebut.  Suara tersebut sudah biasa terjadi dalam rumah tangga - yang mungkin hancur. Lalu bagaimana anak mereka.

"KENAPA HAH! BELAIN AJA DIA"

PRANG!!!

Suara pecahan benda terdengar. Sedangkan kedua anak kakak adik tersebut sungguh tak bisa mendengarkan hal yang membosankan.

Ryujin dan Changbin.

Kedua Kakak adil tersebut berada didalam kamar. Namun percuma juga bukan. Setiap Hari yang mereka lihat hanya pertengkaran terus menerus. Walaupun mereka ingin istirahat. Ayolah kegiatan sekolah sudah melelahkan. Mungkin lebih memilih ke sekolah - yang dikelilingi orang munafik?.

"Changbin" ucap Ryujin sambil merotasikan matanya menuju tugas tugasnya. Sementara Changbin hanya mengangkat bahunya.

"Yeah, tugas kita numpuk. Males ngerjain" jawab Changbin.

Ryujin akhirnya segera menutup bukunya beserta kertas kertas yang memusingkan. Lagipula memang Ryujin tidak peduli dengan nilai nilainya. Hanya memusingkan tugas, termasuk guru Kilermya.

"Oh ya Hyung, hyung sendiri tugasnya gimana?"  Ucap Ryujin menuju kasur. Mengistirahatkan badanya ya sekarang Ryujin berada dikamar Changbin. Sedikit jauh dari ruang orang tua yang berantem.

You know? Gak mungkinkan ngerjain tugas disaat terdengar teriakan dan suara yang mementingkan telinga.

Walaupun masih bisa terdengar bahwa orang tua mereka berantem hebat. Lagi pula apa peduli dengan nilai?. Memangnya siapa peduli.

"Bodo amat, lagi pula ntar nilai juga 0 yang penting ujian selesai, tugas banyak gak masuk ke otak Jin" jawab hyungnya yang fokus pada gawai.

Jangan heran bukankah kondisi mendukung kegiatan mengajar. Yah walaupun ada yang pintar. Tapi semuanya berbeda. Ryujin dan Changbin pintar tapi pada non akademis. Bukankah tak masalah.

Semuanya punya keistimewaan

"Hmm. Tapi apa bakal cerai ya orang tua kita Gua rasa lebih baik masih sayang telinga gua"ucap Ryujin.

Changbin menghela nafas. Yah meng seperti Ryujin lebih baik orang tua mereka berpisah dari pada bersama namun hanya hal yang tak penting yang dibahas.

"Mungkin kata bokap sih kurang lebih gitu" ucap Changbin tetap fokus pada gawainya.

Ryujin hanya diam menatap Changbin sampai akhirnya terdengar suara.

"YA LEBIH BAIK KITA BERPISAH"

"ITU LEBIH BAIK DARI PADA BAJINGAN SEPERTIMU"

Walupun ringan Changbin kesal suara tetep saja suara tersebut terdengar jelas. Ryujin dan Changbin tersenyum berpandangan dan saling tersenyum. Kemudian melakukan hing five.

Namun kebahagian tak bertahan lama sampai kamar Changbin terbuka. Menapilkan Appa dari merek berdua.  Yah, mereka berdua kembali seperti bisanya - tanpa ekspresi.

"Changbin kamu ikut Papa sedangkan kamu ikut eomamu" ucapnya kemudian meninggalkan mereka.

"When menurut lo?"tanya Changbin

"Kita paling pisah. Lo ikut bokap gua ikut nyokap"

Changbin menganguk lagipula hanya berpisah bisa bertemu kembali bukan. Selagi mereka berdua  bernafas. Lagi pula bukan kematian tidak terlalu dramatis bukan. Masih ada alat komunikasi yang berfungsi sempurna.

Eoma mereka datang dengan tatapan datar.

"Ryujin beres beres dikamar" ucap Eoma Ryujin yang tidak bisa dibantah. Mau tak mau Ryujin beranjak dari kasur menuju kamar mebereskan pakainya.

Sedangkan  Changbin tidak mempedulikan hal tersebut dan melanjutkan kegiatan yang tertunda. Eoma mengambil gawai Changbin dam membanting benda tersebut sampai benar benar hancur. Kemudian meningalkan kamar sambil membanting pintu.

Sejak kejadian itu Changbin dan Ryujin berbisah. Namun sayangnya nomor telpon mereka serta semuanya diganti. Jadi mungkin mereka tak dapat berhubungan kembali?

Mungkin saja?

avataravatar