webnovel

MY COOL BOSS

22 Tahun Ibu Clara Daddario hidup,belum pernah sama sekali menjalin hubungan dengan siapapun.jangankan menjalin hubungan merasa tertarik pada priapun Tidak. Tak sedikit yang menginginkannya,namun Clara dengan tegas menolak sebab pendidikan dan impian adalah yang paling diutamakan. Ibu Clara masih awam akan sesuatu mengenai perasaan atau apapun yang berkaitan dengan cinta.Dalam hidupnya selama ini hanya ada belajar dan bekerja keras. Sejak kecil Ibu Clara telah ditinggal lergi oleh kedua Orangtuanya.nadi mau tak mau ia harus belajar mandiri Sementara disatu perusahaan terkenal,ada Seorang laki-laki Tampan yang menjabat sebagai CEO.Iya begitu terkenal sebab diusia yang sangat mudah ia telah berhasil membuka banyak anak cabang perusahaan diseluruh negara. "Nama CEO itu adalah Richard Alexander". Usianya 26 Tahun,Workaholic sekali. Dimasa lalu Richard mempunyai masalah kehidupan yang kelam.tetapi berbeda saat ia bertemu dengan seorang Gadis bernama Jennie Smith.Namun kebahagiaan Richard bersama Jennie tak lama sebab Jennie meninggal,akibat Kecelakaan. Disitulah Richard semakin merasa bersalah dan akhirnya Richard menjadi pribadi yang sangat Misterius,Irit Bicara,Cuek dan Selalu Menampilkan Tatapan Datar diwajah. Namun ada perasaan yang berbeda ketika Ia berdekatan dengan Ibu Clara. "Richard seperti menyalurkan perasaan terpendam dalam dirinya,yang sudah lama ia simpan diam-diam.Akankah kali ini Richard dapat membuka kembali hatinya kepada seseorang dan belajar memaafkan dirinya sendiri". "Apakah Richard Alexander Bisa menemukan Cinta sejatinya Bersama Ibu Clara Daddario? Dan membangun kehidupan Rumah Tangga yang Berbahagia?". "Akankah Air Dan Api Dapat Bersatu? Dan Mengubah Nasib sial menjadi takdir Bahagia".

rini_nome · Urban
Not enough ratings
79 Chs

Mencoba Mengungkap Kebenaran Pada Pak Leonardo

Tiba Dikantor.

Pak Tichard Dan Clara Telah Berpisah. Masing-Masing Dari Mereka Telah Masuk Keruangan Mereka.

Tak Ada Yang Berubah, Setelah Masuk Kedalam Ruangan Mereka. " Bekerja, Bekerja Dan Bekerja".

Rupanya Hal Yang Harus Dilakukan Oleh Clara.

Pak Tichard Sudah Mendaratkan Bokongnya Di Kursu Kebanggaan Dengan Sempurna.

Tatapannya, Terfokus Pada Tumpukan Berkas Yang Harus Iya Baca.

Terlepas Dari Itu, Pak Richard Berusaha Memecahkan Pikirannya, Yang Sedang Melanglang Buana.

" Apa Yang Kau Pikirkan?". Tanya Sang Semertaris, Mencoba Memecahkan Lamunan Dari Atasannya.

Pak Richard Tersentak Kaget, Setelah Mendengar Ucapan Dari Sang Sekertaris.

Ingin Sekali, Iya Berbagi Obrolan. Tapi Iya Rasa Ini Tak Tepat, Karena Iya Harus Mencari Ide Yang Tepat, Agar Sang Sekertaris Menerima Ajakannya.

" Apa Kau Punya Waktu, Saat Istirahat Makan Siang?".

" Kuharap Kau Bisa Meluangkan Waktumu". Ucap Pak Richard Setengah Memohon.

" Baiklah, Akan Kuatur Waktuku". Jawab Sang Sekertaris, Setelah Itu Segera Meninggalkan Ruangan Pak Richard.

Disela-Sela Pikiran, Pak Richard Merasa Kepalanya Akan Seperti Tersiram Air Dingin, Karena Terlalu Memikirkan Situasi Yang Akan Berlangsung 3 Jam Kedepannya.

" Huh....Semoga Lancar". Menarik Nafas Sebentar, Lalu Melanjutkan Pekerjaan Yang Sempat Tertunda.

Dimansion Pak Richard, Christin Sedang Sibuk Memilih Pakaian Yang Cocok Untuk Acara Makan Siangnya.

Para Maid, Hanya Menggelengkan Kepala Atas Sikap Random Christin.

" Bi...Kurasa Pakaian Ini Lebih Cocok".

" Akhirnya". Ucap Seorang Maid Yang Menemani Christin.

" Bibi Terima Kasih, Atas Waktunya".

Sebentar Lagi, Christin Harus Bersiap-Siap.

" Baik Nak...Dandanlah Yang Cantik". Ucap Maid Tersebut Dengan Sopan.

Jarum Jam Terus Berputar, Akhirnya Christin Dijemput Oleh Sang Supir Dari Pak Richard.

" Bibi, Christin Berangkat Dulu". Pamit Christin Setelah Itu Meninggalkan Mansion Mewah Pak Richard.

Direstoran Mahal, Richard Dan Sang Sekertaris Sedang Duduk Menunggu Seseorang Yang Rencananya Akan Richard Jelaskan.

Christin Diantar Oleh Seorang Pelayan, Kesebuah Ruangan.

" Terima Kasih" Ucap Christin Sopan, Setelah Itu, Iya Masuk Kedalam Ruangan.

" Maaf Christin Terlambat". Sapa Christin, Yang Sudah Masuk Kedalam Ruangan Tersebut.

Seketika Ruangan Tersebut Menjadi Sunyi, Hampir Saja Kata-Kata Yang Sudah Richard Siapkan Sebelum Datang Kerestoran Ini, Hilang Begitu Saja.

Tak Berselang Beberapa Menit, Pintu Ruangan Mereka Kembali Dibuka, Seluruh Pesanan Makanan Mereka Diantar.

" Terima Kasih" Ucap Richard, Setelah Seluruh Makanan Tertata Rapih Diatas Meja.

Karena Terlalu Gugup Untuk Memulai Bicara, Pak Richard Mengambil Segelas Air Putih Lalu Meneguknya, Dalam Sekali Minum.

" Ekhem...". Pak Richard Berdehem Kecil Untuk Mengusir Kegugupannya.

" Begini, Maksud Aku Mengundang Kalian Berdua Makan Siang, Karena Ada Hal Penting, Yang Kupikirkan Kalian Berdua Harus Tau".

Christin Dan Pak Leonardo, Masih Diam Menyimak Apa Saja Yang Pak Richard Bicara.

"Sebelumnya, Maaf Jika Saya Sangat Lancang, Mencampuri Urusan Kalian".

" Tapi Percayalah, Disini Saya Hanya Ingin Membantu Menyatukan Kalian Berdua".

" Menyatukan?". Alis Christin Berkerut Kening, Iya Tak Mengerti Maksud Dari Ucapan Kak Richard.

" Apa Maksud Dari Menyatukan?". Tanya Christin, Menuntut Jawaban.

Sementara Pak Leonardo, Masih Diam Mendengar Ucapan Dari Atasannya.

" Jadi Begini, Sebenarnya Pak Leonardo Adalah Kakak Tirimu".

" Ah....Lebih Tepatnya, Ibu Dari Pak Leonardo, Adalah Istri Pertama Ayahmu Christin".

Saat Ini Christin Tak Tau Lagi Harus Bereaksi Seperti Apa. Pikirannya, Terputar Seperti Kaset Rusak Setelah Mendengar Penjelasan Panjang Lebar, Dari Pak Richard.

" Apa?....Christin Punya Kakak Tiri?". Tanyanya Mencoba Mengumpulkan Kesadaran Setelah Blank, Dari Obrolan Merek Sebelumnya.

Sebenarnya Pak Leonardo Membenci Berada Disituasi Seperti Ini. Jika Memilih, Mungkin Saja Iya Tak Mau Jika Ayanya Meninggalkan Ibunya.

Apalagi, Pada Saat Itu, Ayahnya Benar-Benar Meninggalkan Luka Yang Amat Dalam Terhadap Ibunya.

Pak Leonardo Justru Benci Dengan Seluruh Kebenaran Yang Terungkap. Ingin Berteriak, Ingin Menghilangkan Rasa Sesak Didalam Dada, Setelah Apa Yang Ayahnya Lakukan.

Kali Ini Pak Leonardo, Tak Tau Ingin Bereaksi Seperti Apa. Yang Iya Tau, Seseorang Telah Menyiram Air Dingin Dikepalanya, Setelah Terbakar Habis Oleh Pikirannya.

" Pilihan Yang Sulit".

Memang Dari Awal, Sudah Diprediksi, Namun Tentunya Ekspektasi Tak Sesuai Dengan Realita Hidup Bukan?.

Keadaan Kembali Hening, Semula Makan Siang Yang Dirancang Akan Berjalan Lancar Kini Tinggalah Bayangan.

" Maaf Sepertinya Saya Harus Pulang". Pamit Pak Richard, Setelah Itu Beranjak Dari Kursi.

Namun Belum Beberapa Langkah Menjauh, Suara Christin Langsung Menggema Lirih Didalam Ruangan.

" Ka...Kak..Hiks..Hiks". Panggil Christin Yang Melihat Seseorang Yang Baru Saja Diberitahukan Kebenarannya.

Pak Leonardo Tampak Acuh, Sejujurnya, Saat Pertemuan Pertama Dengan Hadis Manja Ini, Iya Sudah Menduga Kuat, Bahwa Gadis Ini Adalah Saudara Tirinya.

Namun Iya Mencoba Bertahan, Membiasakan Diri Tak Mengindahkan Ucapan Dan Perilaku Saudaranya, Namun Apa Jadinya, Sepertinya Pertahanannya Kembali Runtuh.

" Maaf, Sepertinya Aku Butuh Waktu Untuk Menjernihkan Pikiranku".

Terima Kasih Atas Makan Siangnya, Kalau Begitu Saya Pamit".

Christin Menangis Sejadi-Jadinya, Saat Pak Leonardo Meninggalkan Dia. Iya Cukup Sadar Diri, Karena Memang Pantas Jika Pak Leonardo Sakit Hati.

" Kakak Kenapa Ini Sakig Sekali". Ucap Christin Saat Menyentuh Dadanya, Nafasnya Tercekat, Seakan Tak Bertenaga.

" Sudahlah Jangan Menangis Hm.." Syukurlah Karena Usapan Kecil Richard, Mampu Menenangkan Tangis Christin.

" Kakak Christin Mau Pulang".

" Makan Dulu" Tawar Richard Sebelum Pergi, Tapi Christin Menggelengkan Kepala, Tanda Tak Mau.

" Baiklah". Ayo Kita Pergi.

Pak Leonardo Memilih Kembali Keapartemennya, Sedangkan Pak Richard Harus Mengantar Christin Ulang.

Dalam Perjalanan Pulang, Christin Tak Sekalipun Berbicara, Sedangkan Pak Richard Menelpon Ibu Clara.

" Halo".

" Apa Kau Punya Waktu?".

" Datanglah Ke Mansionku Segera". Setelah Itu Pak Richard Menjadi Pihak Yang Memutuskan Panggilan.

Dituang Clara, Iya Mendengus Kesal, Yerhadap Atasannya, Karena Seenak Jidatnya Memerintah.

" Ck!, Dasar Atasan Killer". Umpat Clara, Tapi Iya Terus Merapikan Seluruh Keperluannya Kembali Kedalam Tas Tak Lupa Juga Mematikkan Komputernya.

Saat Tiba Diparkiran, Sopir Pak Richard Sudah Menunggu.

" Silahkan Masuk". Ucap Sang Sopir, Lalu Menutup Kembali Pintunya.

20 Menit Memebela Jalan, Akhirnya Clara Sampai Dimansion Pak Richard.

" Apa-Apaan Orang Itu, Kenapa Menyuruhku Kemansionnya?".

" Masuklah". Ucap Richard Menyambut Kedatangan Clara.

" Apa Yang Kau Lakukan?". Tanya Clara Yang Heran Akan Tingkah Atasannya.

" Bantu Aku, Setelah Itu, Akan Kujelaskan". Richard Menghiring Clara, KeKamar Christin.

" Ini Kamar Christinkan?". Tanya Clara Polos Dan Pak Richard Hanya Mengangguki.

" Tolong Bantu Aku, Bujuklah Gadis Itu Agar Diam, Dan Juga Tolong Suruh Dia Untuk Makan". Suruh Pak Richard Dengan Khawatir.

" Baiklah, Akan Kucoba".

Clara Mendekati Ranjang, Lalu Mencoba Membuka Percakapan.

" Gadis Cantik, Kenapa Sedih Hm?". Tanya Clara Sambil Mengelus Lembut Kepala Christin.

Seketika Kepala Christin Menyembul Keluar Dari Kain Tebal.

" Kakak...Hiks...Kakak Clara".

" Kakak Leonardo Benci Sama Christin".

" Apa Yang Harus Christin Lakukan Sekarang?". Jelas Christin, Yang Masih Sesenggukan.

" Tenanglah Hm.."

" Ada Kak Clara Disini, Kamu Bisa Ceritakan Semuanya".

" Apa Yang Mengganggu Pikiranmu Gadis Cantik".

Sementara Diluar Kamar, Pak Richard Sedang Memperhatikan 2 Gadis Mungil Yang Saling Berceloteh.

Sudut Bibirnya, Terangkat Keatas, Menampilkan Sebuah Senyum Lega.

" Huh....Kuharap Malam Ini Clara Menyinap Lagi Disini". Lagi Pikiran Kotor Richard, Menguasainya.

" Yaampun Richard, Kenapa Kau Suka Sekali Mengambil Keuntungan". Guman Richard.

" Sudahlah, Sebaiknya Aku Kembali Kekantor".