webnovel

MY COOL BOSS

22 Tahun Ibu Clara Daddario hidup,belum pernah sama sekali menjalin hubungan dengan siapapun.jangankan menjalin hubungan merasa tertarik pada priapun Tidak. Tak sedikit yang menginginkannya,namun Clara dengan tegas menolak sebab pendidikan dan impian adalah yang paling diutamakan. Ibu Clara masih awam akan sesuatu mengenai perasaan atau apapun yang berkaitan dengan cinta.Dalam hidupnya selama ini hanya ada belajar dan bekerja keras. Sejak kecil Ibu Clara telah ditinggal lergi oleh kedua Orangtuanya.nadi mau tak mau ia harus belajar mandiri Sementara disatu perusahaan terkenal,ada Seorang laki-laki Tampan yang menjabat sebagai CEO.Iya begitu terkenal sebab diusia yang sangat mudah ia telah berhasil membuka banyak anak cabang perusahaan diseluruh negara. "Nama CEO itu adalah Richard Alexander". Usianya 26 Tahun,Workaholic sekali. Dimasa lalu Richard mempunyai masalah kehidupan yang kelam.tetapi berbeda saat ia bertemu dengan seorang Gadis bernama Jennie Smith.Namun kebahagiaan Richard bersama Jennie tak lama sebab Jennie meninggal,akibat Kecelakaan. Disitulah Richard semakin merasa bersalah dan akhirnya Richard menjadi pribadi yang sangat Misterius,Irit Bicara,Cuek dan Selalu Menampilkan Tatapan Datar diwajah. Namun ada perasaan yang berbeda ketika Ia berdekatan dengan Ibu Clara. "Richard seperti menyalurkan perasaan terpendam dalam dirinya,yang sudah lama ia simpan diam-diam.Akankah kali ini Richard dapat membuka kembali hatinya kepada seseorang dan belajar memaafkan dirinya sendiri". "Apakah Richard Alexander Bisa menemukan Cinta sejatinya Bersama Ibu Clara Daddario? Dan membangun kehidupan Rumah Tangga yang Berbahagia?". "Akankah Air Dan Api Dapat Bersatu? Dan Mengubah Nasib sial menjadi takdir Bahagia".

rini_nome · Urban
Not enough ratings
79 Chs

Keraguan

Pagi Ini, Semua Aktifitas Berjalan Lancar. Terlihat Clara Yang Sibuk Menyiapkan Sarapannya Dipagi Hari.

Setelah Sarapan Yang Iya Siap Sudah Tertata Rapih Di Meja Makan. Clara Mendaratkan Bokongnya, Lalu Mengambil Sepotong Roti, Yang Sudah Iya Olesi Dengan Selai Kacang.

Sedang DiMansion Mewah Pak Richard, Terlihat Iya Baru Keluar Dari Kamar Mandi Dan Tentunya Sudah Dengan Rambut Yang Basah.

Terlihat Otot-Otot Perut Yang Terbentuk, Menambah Kesan Sexy Sendiri.

Pak Richard Berjalan Menuju Ranjangnya, Mengambil Satu Setelan Jas Yang Sudah Iya Siapkan Sebelum Mandi.

Selesai Memakai Pakaiannya, Pak Richard Mengambil Tas Kerjanya, Tak Lupa Membawa Kunci Mobilnya Yang Tersimpan Diatas Laci.

Pak Richard Beranjak Keluar Dari Kamarnya, Menuruni Tangga Satu Persatu, Masih Dengan Posisi Dasi Yang Belum Diikat.

Setelah Sampai Di Depan Dapur, Salah Satu Maid Menerima Tas Kerja Pak Richard, Sedangkan Pak Richard Segera Mendaratkan Bokongnya.

Sarapan Yang Sudah Tersusun Rapih Diatas Meja, Lalu Pak Richard Mulai Memilih Satu Persatu Untuk Memasukkan Kedalam Mulutnya.

Hari Ini, Pak Richard Memilih Sarapannya Dengan Roti Panggang, Entah Kenapa, Iya Sangat Suka Dengan Jenis Roti Yang Satu Ini.

Pak Richard Mengunyah Roti Panggang Tersebut, Dengan Perlahan-Lahan Sambil Menyesap Susu Putih.

Setelah Mengahabiskan 3 Potong Roti Panggang Ukuran Besar, Pak Richard Beranjak Dari Kursinya, Membawa Bekas Piring Kotor Yang Iya Pakai.

Pak Richard Menggulung Sedikit Lengan Kemejanya Keatas, Lalu Mulai Mencuci Bekas Piring Kotor Tersebut.

Pak Richard Meletakkan Piring Diatas Rak, Lalu

Berjalan Mengeringkan Tangannya Setelah Itu Pak Richard Kembali Menurunkan Lengan Bajunya.

Setelah Mengikat Dasinya, Pak Richard Beranjak Menerima Tas Kerjanya Dari Seorang Maid.

"Saya Berangkat Kerja" Ucap Pak Richard Kemudian Masuk Kedalam Mobilnya.

Seperti Biasa, Pak Richard Berkendara Dengan Kecepatan Sedang, Aktifitas Jalan Yang Begitu Padat, Membuat Pak Richard Harus Sabar Menunggu.

20 Menit Kemudian, Mobil Mewah Pak Richard, Sudah Terparkir Ditempat Parkiran.

Pak Richard Masuk Kedalam Kantor. Tak Lupa Beberapa Karyawannya Yang Menyapa Jika Mereka Berpapasan, Namum Pak Richard Hanya Menjawab Dengan Deheman.

Pak Richard Menekan Tombol Lift Sehingga Pintu Terbuka, Lalu Pak Richard Masuk Kedalam Tak Lupa Menekan Angka 16.

Beberapa Detik Kemudian, Pintu Lift Terbuka.

Pak Richard Keluar Dari Lift, Lalu Berjalan Menuju Ruangannya.

"Selamat Pagi Pak" Sapa Pak Leonardo, Sekertaris Pak Richard.

"Pagi". Jawab Pak Richard Kemudian Masuk Keruangannya.

Tak Berselang Berapa Menit, Pintu Pak Richard Diketuk, Lalu Pak Leonardo Masuk Kedalam Membawa Nampan Berisi Segelas Teh.

"Ini Tehnya, Silahkan Dinikmati".Ucap Pak Leonardo.

"Terimakasih, Oh Ya Bagaimana Dengan Jadwalku Hari Ini".

"Dengan Sigap, Pak Leonardo Mengambil Tabnya, Lalu Mulai Membacakan Beberapa List Yang Akan Pak Richard Lakukan".

Dengan Diam, Pak Richard Menyesap Teh Dengan Perlahan-Lahan, Sambil Mendengar Suara Sekertarisnya.

Selesai Membacakan Jadwalnya, Pak Leonardo Langsung Pamit Keluar.

Terlihat Beberapa Dokumen Yang Masih Perlu Ditandatangani, Jadi Pak Richard Segera Menghabiskan Acara Mari Meminum Tehnya, Lalu Mulai Meneliti Satu Persatu Berkas Untuk Ditandatangani.

Seperti Biasa Clara Kembali Melakukan Aktifitasnya, Lebih Tepat Sedang Memantau Data Didepan Layar Komputer.

Tok..Tok...

Pintu Ruangan Clara Diketuk, Dan Ternyata Sahabat Clara Yang Datang.

"Ada Apa?" Tanya Clara Kepada Sahabatnya Emily.

"Haha...Aku Bosan Diruanganku, Makanya Aku Mampir Kesini". Ucap Emily Sambil Menggaruk Tengkuknya Yang Tak Gatal.

"Baiklah Silqhkan DuduK". Ucap Clara Sopan.

Emily Mengambil Posisi Duduk Bersebelahan Dengan Clara. Hening Masih Tak Ada Percakapan.

Emily Berinisiatif Membuat Teh Untuk Mereka Berdua.

"Clara, Aku Keluar Sebentar, Nanti Aku Kembali".

"Tunggu Ya!". Setelah Berucap, Emily Melesat Kepantry, Lalu Segera Membuat 2 Gelas Teh.

"Yuhuu, Aku Kembali". Ucap Emily Girang Sambil Membawa Nampan Berisi 2 Cangkir Teh.

"Kupikir, Kau Marah". Ucap Clara Kepada Emily.

"Mengapa Harus Marah?".

"Kamu Bahkan Tak Punya Kesalahan".Ucap Emily Dengan Dahi Berkerut.

Sudahlah, Tak Usah Dibahas.

"Ayo Diminum, Tehnya Sudah Mulai Hangat".

Sesekali Mereka Bergurau, Tak Ada Pembicaraan Yang Serius Namum Karena Aksi Jahil Yang Dilakukan Oleh Emily Mengundang Gelak Tawa Bagi Clara.

"Cukup...Cukup". Ucap Clara Yang Sudah Tertawa Terbahak-Bahak Sambil Menyeka Airmata.

"Oh...Ayolah Kau Tau Ini Belum Seberapa". Ucap Emily Enteng.

"Aku Tau. Makanya Sekarang Aku Harus Mencegahmu".

"Aku Takut Kalau Kita Tertawa Terlalu Lama, Pasti Kita Akan Ditegur".

"Baik-Baik, Kali Ini Aku Setuju.

"Aku Masih Sayang Dengan Pekerjaanku, Kalau Begitu Aku Pamit Kembali Keruanganku".

"Sampai Jumpa". Ucap Emily Meninggalkan Clara Diruangannya. Clara Hanya Menangguk Iya Sebab Clara Sudah Tau Dengan Perilaku Sahabatnya.

Clara Kembali Melanjutkan Pekerjaannya, Sedang Disebelah Ruangannya, Tepat Ruang Atasan Killernya Sedang Duduk Sambil Berkutat Dengan Papan Keyboard.

Masih Serius Memandangi Aplikasi Baru Yang Mereka Ciptakan. Sesekali Pak Richard Mendesah Kecewa Karena Harus Mencoba Merancang Berulang-Ulang.

"Yes, Berhasil". Akhirnya, Pak Richard Berhasil Memperkenalkan Aplikasi Baru. Merasa Lega Sekali Karena Sebelumnya Iya Sempat Gagal.

Namun Ada Satu Kendala Karena Pak Richard, Belum Bisa Mengendalikan Beberapa Pengaturan Pada Aplikasi Baru, Yang Iya Rancang Sendiri.

Kepala Pak Richard Begitu Pening, Saat Mengutak-Atik Layar Komputernya, Aplikasi Baru Yang Iya Kembangkan, Memang Sepenuhnya Belum Sempurna.

Karena Masih Harus Diuji Kelemahan Dan Kelebihan Dari Aplikasi Tersebut Begitu Juga Dengan Kerugian Atau Keuntungan Yang Iya Dapat Dari Aplikasi Tersebut.

Kini Pak Richard Sedikit Bingung, Antara Akan Lanjut Atau Menghentikan Hasil Uji Aplikasi Yang Baru Iya Ciptakan.

Terbesit Dipikirannya, Ingin Melanjutkan Perancangan Aplikasi Tersebut Namun Iya Masih Ragu, Takutnya Iya Akan Menyerah Ditengah Jalan.

Pak Richard Beranjak Dari Kursi Kerjanya, Iya Memilih Keluar Dari Ruangannya, Guna Mencari Udara Segar.

Langkah Kakinya Terhenti Saat Sudah Sampai Didepan Pintu Ruangan Clara. Pak Richard Mengetuk Pintu, Lalu Memilih Masuk.

Sementara Clara Yqng Masih Fokus Dengan Pekerjaannya, Tiba-Tiba Terkejut Dengan Suara Yang Mengeleggar Diruangannya.

Pak Richard Yang Melihat Ekspresi Terkejut Clara, Seketika Tertawa Terbahak-Bahak.

"Wajahmu Kenapa?". Tanya Pak Richard Sengaja Kepada Clara, Padahal Iya Sudah Jelas Lebih Tau Jika Clara Terkejut Karena Ulahnya.

Karena Semakin Kesal Dengan Ulah Atasan Killernya, Clara Bahkan Tak Menawarkan Kursi Untuk Atasannya Duduk.

"Maaf Pak, Apa Ada Yang Bisa Saya Bantu?". Tanya Clara Tiba-Tiba Memberhentikan Tawa Atasannya.

Karena Belum Mendapat Jawaban, Kini Clara Mulai Mengulangi Pertanyaannya.

"Apa Ada Masalah Serius Pak?". Tanya Clara Yang Invin Mengetahui Maksud Kunjungan Atasan Killernya.

"Memangnya Harus Ada Masalah Ya, Baru Saya Datang Menemui Kamu, Kalau Tak Ada Masalah Saya Tidak Bisa Menemui Kamu".

Kini Clara Semakin Dibuat Bingung Lagi Dengan Jawaban Yang Iya Dapat Dari Atasan Killernya.

"Maaf Pak, Tentang Ucapanku Tadi, Tolong Jangan Ditanggapi". Ucap Clara Penuh Sesal, Iya Tak Bermaksud Menyinggung Perasaan Atasannya.

"Hei, Baiklah. Tak Usah Mempersulit Keadaan, Lagipula Saya Kesini, Untuk Mengajakmu Berkeliling Ditaman".

Mata Clara Terbelalak Sempurna Mendengar Ajakan Atasan Killernya.

"Pak Richard Ingin Mengajak Saya Ke Taman?".

"Apa Ada Masalah?". Tanya Clara Penuh Selidik.

Kini Clara Mulai Lagi Dengan Rententan Pertanyaannya. Pak Richard Yang Sudah Tak Tahan Lagi Dengan Pertanyaan Dari Clara Hanya Mampu Menjawab Seadanya.

"Yasudah, Cepat Matikan PCnya, Kita Berangkat". Setelah Itu Pak Richard Keluar Terlebih Dahulu Dari Ruangan Clara.

Belum Sempat Clara Melayangkan Protesnya, Ternyata Atasan Killernya Telah Meninggalkannya Diruangan.

Setelah Sampai Ditaman Pak Richard, Mulai Menceritakan Masalah Yang Sempat Mengusik Otaknya.

"Bagaimana Selanjutnya, Apa Kau Bisa Membantu Saya Menguji Sekali Lagi Aplikasinya,Sungguh Saya Ingin Melanjutkan Tapi Saya Masih Ragu Dengan Ide Selanjutnya".

"Apa Kamu Setuju?". Tanya Pak Ricbard Penuh Harap.

"Baiklah Pak, Saya Akan Mempertimbangkan Tawaran Bapak Sekali Lagi".

"Jadi Kesimpulannya Pak Richard Sudah Berhasil Merancang Satu Aplikasi, Namun Pak Richard Masih Ragu Dengan Cara Kerjanya".

Terkadang Keraguan, Selalu Membuat Seseorang Bimbang, Dengan Apa Yang Telah Iya Lakukan.