webnovel

MY COOL BOSS

22 Tahun Ibu Clara Daddario hidup,belum pernah sama sekali menjalin hubungan dengan siapapun.jangankan menjalin hubungan merasa tertarik pada priapun Tidak. Tak sedikit yang menginginkannya,namun Clara dengan tegas menolak sebab pendidikan dan impian adalah yang paling diutamakan. Ibu Clara masih awam akan sesuatu mengenai perasaan atau apapun yang berkaitan dengan cinta.Dalam hidupnya selama ini hanya ada belajar dan bekerja keras. Sejak kecil Ibu Clara telah ditinggal lergi oleh kedua Orangtuanya.nadi mau tak mau ia harus belajar mandiri Sementara disatu perusahaan terkenal,ada Seorang laki-laki Tampan yang menjabat sebagai CEO.Iya begitu terkenal sebab diusia yang sangat mudah ia telah berhasil membuka banyak anak cabang perusahaan diseluruh negara. "Nama CEO itu adalah Richard Alexander". Usianya 26 Tahun,Workaholic sekali. Dimasa lalu Richard mempunyai masalah kehidupan yang kelam.tetapi berbeda saat ia bertemu dengan seorang Gadis bernama Jennie Smith.Namun kebahagiaan Richard bersama Jennie tak lama sebab Jennie meninggal,akibat Kecelakaan. Disitulah Richard semakin merasa bersalah dan akhirnya Richard menjadi pribadi yang sangat Misterius,Irit Bicara,Cuek dan Selalu Menampilkan Tatapan Datar diwajah. Namun ada perasaan yang berbeda ketika Ia berdekatan dengan Ibu Clara. "Richard seperti menyalurkan perasaan terpendam dalam dirinya,yang sudah lama ia simpan diam-diam.Akankah kali ini Richard dapat membuka kembali hatinya kepada seseorang dan belajar memaafkan dirinya sendiri". "Apakah Richard Alexander Bisa menemukan Cinta sejatinya Bersama Ibu Clara Daddario? Dan membangun kehidupan Rumah Tangga yang Berbahagia?". "Akankah Air Dan Api Dapat Bersatu? Dan Mengubah Nasib sial menjadi takdir Bahagia".

rini_nome · Urban
Not enough ratings
79 Chs

Hari Yang Kejam

Memasuki Apartemennya, Dengan Gonta Gantai.

" Sudah Pulang Nak?". Tanya Ibu Dea, Yang Melihat Kehadiran Putranya.

" Euhm...Sudah bu".

Aku kekamar dulu.

Leonardo Masuk Kedalam Dan Melepas Dasi Yang Masih Terlilit Lekat Dilehernya, Setelah Itu Iya Langsung Berjalan Menuju Kamar Mandi, Lalu Bersiap Mandi.

20 Menit Mirilekskan Tubuhnya Dengan Air Hangat, Akhirnya Leonardo Keluar Kembali Dengan Wajah Yang Segar Dan Juga Dengan Pakaian Santai.

Melangkahkan Kakinya Keluar Dan Berjalan Kearah Dapur. Mengambil Sebotol Air Mineral, Lalu Leonardo Meneguknya, Hingga Habis.

" Ibu Sudah Siapkan Cake Kesukaanmu Didalam Kulkas".

" Makanlah Yang Ini Terlebih Dahulu, Setelah Kau Boleh Menghabiskan Yang Ini".

" Benarkah?". Tanya Leonardo Antusias.

" Hmm...Cepat Duduklah".

" Baik Bu".

Leonardo Mendaratkan Bokongnya Dikursi, Lalu Ia Mulai Mengisi Makanan Pada Piringnya. Iya Makan Dengan Baik.

Ibu Dea Ternyata Bersama Leonardo, Dan Mereka Makan Malam Bersama.

Tak Ada Obrolan Yang Terjadi Saat Mereka Makan.

Selesai Dengan Acara Makan Malam, Ibu Dea Membawa Bekas Piring Kotor Mereka Kewastafel.

Sedangkan Leonardo, Beranjak Dari Kursinya Menuju Pintu Kulkas, Lalu Membukanya.

Mengambil Cake Kesukaannya.

" Terima Kasih Ibu". Ucap Leonardo Setelah Merasakan Satu Gigitan Cake Kedalam Mulutnya.

Selesai Mencuci Bekas Piring Tersebut, Ibu Dea Kembali Kemeja Makan, Lalu Melihat Leonardo Yang Masih Asik Memasukan Potongan Cake Kedalam Mulut, Hanya Tersenyum Geli.

" Ya Ampun, Anak Ibu. Kenapa Makanmu Masih Saja Berantakan Seperti Ini". Tanya Ibu Sambil Mengusap Pelan Bibir Leonardo.

Leonardo Hanya Diam, Menikmati Segala Perlakuan Dari Ibunya. Entah Mengapa, Tiba-Tiba Saja, Iya Merindukan Segala Perlakuan Ibunya.

" Perlahan-Lahan, Tak Akan Ada Yang Mencuri Cakemu Oke".

" Baik Bu".

15 Menit Akhirnya Cake Yang Dibuat Oleh Ibu Dea, Setengahnya Sudah Habis.

" Ibu Aku Simpan Dulu Cakenya, Perutku Sudah Penuh".

" Baiklah".

Setelah Menyimpan Didalam Kulkas. Leonardo Langsung Berjalan Menuju Wastafel, Mencuci Tangannya Setelah Itu Iya Menghampiri Ibu Dea.

" Ibu" Panggil Leonardo, Setelah Duduk Disebelah Ibu Dea.

" Ada Apa Nak?".

" Hehe....Tak Ada Masalah".

Syukurlah.

"Bagaimana Dengan Channel Yang Ini". Tanya Leonardo Setelah Mencari Channel TV Yang Pas.

Ibu Dea, Hanya Manggut-Manggut Setuju.

" Boleh Juga".

"Ayo Kita Nonton".

Malam Itu Apartemen Leonardo, Diisi Dengan Tawa Tanpa Henti.

Saat Bangun Pagi, Leonardo Teringat Akan Suatu Hal, Yang Sampai Saat Membuatnya Cukup Tersiksa.

Membayangkan Saja, Iya Benar-Benar Stres.

" Apa Aku Harus Hidup Seperti Ini?". Guman Leonardo.

Pagi Ini, Leonardo Bangun Dengan Wajah Yang Tampak Lesu.

" Nak Wajahmu Pucat Sekali Hm".

" Ayo Kita Kerumah Sakit".

" Ya Ampun Kenapa Tubuhmu Panas Sekali?". Tanya Ibu Dea, Dengan Wajah Khawatir.

" Tak Perlu, Leonardo Harus Kekantor". Ucapnya Menyela.

" Oh Tidak Bisa, Hari Ini Kau Tak Boleh Pergi Wajahmu Benar- Benar Pucat.Jangan Keras Lepala, Tolong Kali Ini Dengarkan Perinyah Ibu, Oke!". Jelas Ibu Dea Tegas, Tak Ingin Dibantah.

" Baiklah Ibu".

Aku Tak Akan Kekantor.

Sebentar!. Leonardo Harus Menghubungi Atasan Leonardo.

Saat Beranjak Dari Meja Makan, Baru Beberapa Langkah, Akhirnya Kesadaran Leonardo Hilang.

" BRUK".

Seketika Ibu Dea Memekik Kaget, Melihat Anaknya Yang Telah Terkapar Dilantai.

" Nak....Sadar Nak...Heii.. Bangun Dulu".

Buru-Buru Ibu Dea Menekan Sebuah Nomor Pada Ponselnya, Yang Diyakini Adalah Nomor Pribadi Dokter Mereka.

Akhirnya Suara Panggilan Tersambung, Ada Rasa Lega Yang Keluar Dari Bibir Ibu Dea Saat Dokter Tersebut Menjawab Panggilannya.

" Halo...Pagi Ibu Dea".

" Oh Baiklah...10 Menit Lagi Saya Tiba".

" Silahkan Masuk". Ucap Ibu Dea Memberi Jalan Buat Dokter Pribadinya.

" Sejak Kapan, Tubuh Mulai Panas".

" Kurasa Sejak Pagi Tadi, Saat Dia Baru Bangun Tidur".

" Kenapa Dia Tak Kerumah Sakit, Ah...Anak Ini Benar-Benar Merepotkan". Omel Dokter Pribadi Ibu Dea.

" Sebentar Saya Tensi Darahnya Dulu Bu".

Ternyata Hasil Tensinya, Leonardo Termasuk Darah Rendah.

" Ini Resep Obatnya, Ibu Bisa Membelinya Di Apotik".

Untuk Sementara, Saya Tinggalkan Beberapa Obat Untuk Leonardo Minum.

" Tolong Suruh Leonardo, Untuk Perbanyak Istirahat, Minum Air Putih Yang Cukup, Lalu Jangan Terlalu Stres Itu Saja"

Sedikit Lagi, Suhu Tubuhnya Pasti Akan Turun.

" Terima Kasih Dok".

"Sama-Sam Ibu Dea, Kalau Begitu Saya Pamit Dulu".

" Baik Dok, Hati-Hati Di Jalan".

Setelah Mengantar Pak Dokter, Ibu Dea Kembali Masuk Kedalam Kamar Leonardo.

" Oh Syukurlah Nak, Kau Sufah Sadar!". Ibu Dea Mendekati Ranjang Anaknya, Lalu Membantu Leonardo Bangun Dari Tidurnya.

" Seperti Ini Dulu, Jangan Banyak Gerak. Tubuhmu Masih Lemah Oke".

" Sebentar Ibu Ambilkan Buburmu Dulu".

Ibu Dea Kembali Masuk Dengan Membawa Sebuah Nampan, Berisi Semangkuk Bubur Dan Juga Segelas Air Putih.

" Makanlah".

" Baik Bu, Terima Kasih, Dan Maaf Leonardo Sudah Merepotkan Ibu".

" Heii..Anak Nakal. Bicara Apa Kau?".

" Ayo Cepat Habiskan Buburmu".

Ibu Akan Menelpon Atasanmu Terlebih Dahulu.

Ibu Dea Menelpon Pak Richard Selaku Atasan Anaknya, Dirasanya Panggilan Sudah Tersambung, Akhirnya Ibu Dea Langsung Memulai Obrolannya.

" Ya Halo?".

" Kenapa Belum Datang?".

" Pagi....Maaf Sebelumnya, Tapi Ini Dengan Ibu Leonardo".

" Hari Ini, Anak Saya Tak Bisa Masuk Kerja."

" Iya Sedang Deman Sejak Bangun, Tadi Pagi".

" Sekali Maafkan Anak Saya"

Mata Richard Terbelalak, Iya Dibuat Terkejut Dengan Suara Seorang Perempuan Dan Ternyata Perempuan Itu Adalah Ibunya.

Richard Merasa Bersalah Sekarang.

" Ya Ampun Ibu, Saya Minta Maaf...Saya Pikur Leonardo Yang Menjawab Panggilan Saya".

" Sekali Lagi Maafkan Saya Bu, Katakan Pada Leonardo Untuk Beristirahat, Biar Pekerjaannya Saya Yang Atur".

.

" Ibu Setelah Pulang Kantor, Saya Akan Mampir Dan Menjenguk Leonardo".

" Kalau Begiti, Saya Akan Matikan Panggilannya, Maafkan Saya Ibu, 5 Menit Lagi, Kami Akan Melakukan Meeting".

"Baik Pak, Terima Kasih Atas Perhatiannya, Selamat Pagi".

"Ya Ampun Saya Telat".

Buru-Buru Pak Richard Mengambil Keperluannya, Yang Akan Iya Gunakan Saat Meeting.

3 Jam Melakukan Meeting Dengan Beberapa Pengusaha, Akhirnya Selesai Juga.

Setelah Keluar Dari Ruang Meeting, Kepala Richard Sudah Pusing 7 Keliling.

Melonggarkan Sedikit Ikatan Dasinya, Yang Terasa Mencekik.

Jarum Jam Telah Menunjukkan Pukul 12:35. Itu Artinya, Iya Melewatkan Acara Makan Siangnya Setengah Jam Yang Lalu.

Pak Richard Melangkah Menuju Lift Lalu Menekan Angka Yang Akan Membawanya Ke Cafetaria Kantornya.

Beberapa Detik Pintu Lift Terbuka, Keluar Dari

Pintu Lift Lalu Berjalan Masuk Menuju Cafetaria.

Wajah Tampaknya Cukup Lelah, Matanya Memicing Tajam Melihat Sosok Wanita Yang Selama Ini Mengisi Kekosong Hatinya.

" Kenapa Baru Makan, Hm?". Tanya Pak Richard Setelah Ikut Bergabung Disebelah Ibu Clara.

" Itu.., Itu. Saya Terlambat".

" Oh. Yasudah Habiskan Makanmu". Ucap Pak Richard, Sambil Mengusak Pelan Kepala Ibu Clara.

Seluruh Karyawan Dibuat Terkejut Dengan Tingkah Atasan Mereka.

" Sementara Emily Sahabat Clara, Memilih Pindah Tempat Sebelum Rambutnya Benar--Benar Rontok Karena Memikirkan Hubungan Atasannya, Dengan Sahabatnya".

" Clara, Sebentar Temani Aku Kita Beli Buah Dulu".

" Kenapa Harus Buah?".

" Dimansionnya Masih Banyak Bukan?".

" Iya".

" Terus, Kenapa Harus Beli Lagi?".

" Ah...Itu, Kita Harus Menjenguk Pak Leonardo, Katanya Iya Sedang Sakit Demam".

" Kau Tau Dari Mana, Kalau Pak Leonardo Sakit?".

" Tadi Pagi Ibunya Yang Menelpon".

" Oke, Aku Siap".

Cup.

" Kenapa Bibirmu Terlihat Menggemaskan Sekali?". Tanya Pak Richatd Setelah Berhasil, Mencuri Ciuman Dari Bibir Ibu Clara.

" Errr...Ya Ampun, Dasar Atasan Mesum!".

" Kenapa Menciumku, Disini?".

" Mereka Bisa Melihat Kita!"

" Ahaha...Kau Ini Lucu Sekali, Aku Meshm Cuma Denganmu Tau!". Ucap Richard Membela Dirinya.

" Ck!, Terserah Kau Saja".

" Oke, Sebentar Aku Mau Menciummu Lagi".

PlAK.

Dan Sebelum Ciuman Itu Mendarat, Tubuh Richard Sudah Dihantam Oleh Tangan Mungil Dari Clara

" Aww...Sakit. Ampun, Aku Minta Maaf!". Teriak Richard Yang Sudah Beranjak Dari Kursi, Sedangkan Para Karyawan Hanya Menatap Heran Dengan Perilaku Atasan Mereka Yang Berteriak Heboh Tiba-Tiba.

Tanpa Mereka Ketahui Alasannya.