webnovel

MY COOL BOSS

22 Tahun Ibu Clara Daddario hidup,belum pernah sama sekali menjalin hubungan dengan siapapun.jangankan menjalin hubungan merasa tertarik pada priapun Tidak. Tak sedikit yang menginginkannya,namun Clara dengan tegas menolak sebab pendidikan dan impian adalah yang paling diutamakan. Ibu Clara masih awam akan sesuatu mengenai perasaan atau apapun yang berkaitan dengan cinta.Dalam hidupnya selama ini hanya ada belajar dan bekerja keras. Sejak kecil Ibu Clara telah ditinggal lergi oleh kedua Orangtuanya.nadi mau tak mau ia harus belajar mandiri Sementara disatu perusahaan terkenal,ada Seorang laki-laki Tampan yang menjabat sebagai CEO.Iya begitu terkenal sebab diusia yang sangat mudah ia telah berhasil membuka banyak anak cabang perusahaan diseluruh negara. "Nama CEO itu adalah Richard Alexander". Usianya 26 Tahun,Workaholic sekali. Dimasa lalu Richard mempunyai masalah kehidupan yang kelam.tetapi berbeda saat ia bertemu dengan seorang Gadis bernama Jennie Smith.Namun kebahagiaan Richard bersama Jennie tak lama sebab Jennie meninggal,akibat Kecelakaan. Disitulah Richard semakin merasa bersalah dan akhirnya Richard menjadi pribadi yang sangat Misterius,Irit Bicara,Cuek dan Selalu Menampilkan Tatapan Datar diwajah. Namun ada perasaan yang berbeda ketika Ia berdekatan dengan Ibu Clara. "Richard seperti menyalurkan perasaan terpendam dalam dirinya,yang sudah lama ia simpan diam-diam.Akankah kali ini Richard dapat membuka kembali hatinya kepada seseorang dan belajar memaafkan dirinya sendiri". "Apakah Richard Alexander Bisa menemukan Cinta sejatinya Bersama Ibu Clara Daddario? Dan membangun kehidupan Rumah Tangga yang Berbahagia?". "Akankah Air Dan Api Dapat Bersatu? Dan Mengubah Nasib sial menjadi takdir Bahagia".

rini_nome · Urban
Not enough ratings
79 Chs

Bersabar

Sikap Posesifnya Yang Sangat Berlebihan, Membuat Ibu Clara Tak Nyaman.

Ingin Marah, Tapi Takut Jika Pak Richard Kecewa.

Seminggu Setelah Iya Memberi Kesempatan, Pada Pak Richard, Maka Segala Sifat Over Protektifnyalah Membuat Ibu Clara Harus Menyiapkan Kuota Kesabarannya Banyak.

Mulai Dari Pindah Apartemen, Lalu Sekarang Harus Makan Siang Bersama.

Merasa Bersyukur Karena Uang Saku Ibu Clara Tetap Ada, Akan Tetapi Bukankah Ini Terlalu Berlebihan.

Menyewa Tempat Khusus Untuk Menghabiskan Uang Dengan Memesan Makanan Mahal.

"Terima Kssih Makanannya, Aku Sangat Senang".

"Sama-Sama. Wah Syukurlah Jika Kau Senang".

" Apa Kau Mau Memesan Sesuatu?". Tanya Pak Richard Lembut.

Dengan Gelengan Kepala, Ibu Clara Menolak Tawaran Pak Richard.

" Sudah Cukup, Ayo Kita Pulang".

" Haruskah?".

" Memangnya Akan Akan Melakukan A0alagi Disini?".

" Aaah...Kau Ini Tak Romantis Sama Sekali, Aku Ingin Kita Tetap Disini Dan Mengobrol Santai". Jawab Pak Richard, Merengek Keras.

" Baiklah Jika Itu Maumu, Ayo Kita Mengobrol".

Pak Richard Beranjak Dari Kursinya, Lalu Mendekati Ibu Clara.

" Bolehkah, Aku Menciummu?". Tanya Pak Richard Setelah Menyamakan Posisi Duduknya Didekat Ibu Clara.

Seketika Wajah Ibu Clara Memerah Padam Dengan Perkataan Dari Pak Richard.

" Yaampun Kenapa Ucapanmu Sangat Frontal".

" Bisakah, Kau Mengontrol Napsumu?".

" Ingin Sekali, Tapi Tubuhku Memberi Respon Lain, Maafkan Aku. Jadi Bisakah Aku Menciummu?". Tanya Pak Richard Dengan Hati-Hati.

Seperti Terkena Sambaran Petir, Ibu Clara Menarik Wajah Pak Richard Mendekat, Lalu Menciumnya Lebih Dulu.

" Wah...Kau Hebat Sekarang". Ucap Pak Richard Setelah Ciuman Panasnya Terhenti. Tak Cukup Sampai Disitu, Karena Pak Richard Diberi Kejutan Yang Lebih Spektakuler, Apa Itu?".

" Ini Kali Pertama Iya Mendengar Ibu Clara Mendesah Dalam Ciuman Mereka, Meskipun Ini Bukan Kali Pertama Mereka Berciuman Tapi Hal Itu Terasa Beda".

" Apa Kau Mulai Terangsang?". Tanya Pak Richard Disela-Sela Ciuman Panas Mereka.

" Hah....Apa Yang Kau Katakan?". Tanya Ibu Clara Polos.

Seketika Pak Richard Tak Bisa Menyembunyikan Senyumannya.

" Yaampun Kenapa Kau Begitu Polos". Guman Pak Richard, Sambil Menguatkan Iman.

Sepertinya Hal Ini Tak Baik Untuk Jantung, Apalagi Wajah Ibu Clara Terlihat Sayu, Menambah Kesan Seksi Dan Cantik Secara Berlebihan.

Pak Richard Memindahkan Posisi Ciumannya, Sekarang Berada Pada Area Leher Ibu Clara.

Kali Ini Mereka Berdua Merasakan Sensasi Yang Berbeda Dari Masing-Masing, Menyalurkan Rasa Cinta Mereka Dengan Kontak Fisik.

Hingga Jarum Jam Terus Beputar Dan Angka Terus Berganti. Dengan Berat Hati Mereka Menahan Ego Masing- Masing Untuk Saling Tak Menjaga.

" Eum...Sepertinya, Kita Harus Kembali Ke Kantor, Aku Harus Bertemu Beberapa Pengusaha Yang Ingin Bekerjasama Dengan Perusahaan Kita". Jelas Pak Richard.

Ibu Clara Menangguk Setuju, Tapi Saat Melangkah, Iya Melihat Pantulan Wajahnya Dari Cermin Didalam Ruang Itu, Ternyata Lehernya Penuh Tanda.

"Terkejut?".

"Ibu Clara Langsung Panik, Pak Apa Yang Akan Kulakukan, Kenapa Dengan Leherku?"

Pak Richard, Justru Tak Bisa Menahan Tawanya, Kemari Aku Bisa Menghilangkan Tandanya, Tak Usah Khawatir.

Ibu Clara Mendekat Pada Pak Richard, Tapi Hal Tak Terduga Kembali Muncul Pak Richard Kembali Melumat Bibir Mungil Ibu Clara.

Tak Sadar Ibu Clara, Mengalungkan Kedua Tangannya Pada Leher Pak Richard.

Ibu Clara Begitu Menikmati, Tanpa Sadar, Iya Tak Mengetabui, Jika Yang Mereka Lakukan Sekarang Sedang Merangsang Tubuh Pak Richard.

Sesuatu Dibawah Sana, Sudah Terasa Sesak Dan Ingin Keluar Dari Tempatnya.

Gawat, Jika Mereka Tak Berhenti Sekarang, Maka Jalan Ceritanya Akan Menjadi Panjang.

" Sadarlah-Sadarlah, Pak Richard Berusaha Membuang Pikiran Kotornya".

Iya Melepas Pagutan Mereka, Lalu Kembali Mengecup Bibir Mungil Ibu Clara Dengan Lembut.

" Kau Bisa Pulang Terlebih Dahulu Kemansion, Biar Pekerjaanmu Pak Leonardo Yang Tangani".

" Tapi Aku Merasa Tak Enak".

" Sudah Jangan Membantah, Jika Kau Tak Setuju Dengan Ideku, Mulai Besok Aku Akan Mencarikanmu Satu Teman, Jadi Jika Kita Berkencan, Pekerjaanmu, Bisa Di Handle".

" Jangan-Jangan!, Nanti Apa Yang Akan Dipikirkan Oleh Para Karyawan Tentang Diriku, Aku Tak Ingin Mereka Menghujatku".

" Tolong Ijinkan Aku Bekerja".

Jika Kita Berkencan Seperti Ini, Maka Tolong Jangan Menciumku Berlebihan Apalagi Meninggalkan Jejak Ditubuhku.

" Hahaha....Baiklah, Ayo Kita Pulang". Ajak Pak Richard.

" Pulang?, Katanya Kita Akan Kekantor, Lalu Kenapa Kita Pulang?".

" Maksudku, Kita Akan pulang Ke Kantor, Tapi Jika Kau Keberatan, Aku Bisa Mengantarmu Ke Mansion".

" Tidak...Tidak Ayo Kita Ke Kantor".

Setelah Keluar Dari Restoran, Pak Richard Dan Ibu Clara, Langsung Masuk Kedalam Mobil Sport Pak Richard, Lalu Segera Membela Jalan Raya.

Tak Membutuhkan Waktu Yang Lama, Akhirnya Ibu Clara Dan Pak Richard Tiba Diarea Tempat Parkiran Kantor.

Setelah Turun Dari Mobil Pak Richard, Ibu Clara Agak Merengek Sebab Iya Merasa Mobil Sport Pak Richard Tak Nyaman Untuknya.

Pak Richard Yang Melihat Wajah Kusut Ibu Clara, Langsung Menghampiri Dan Bertanya.

" Apa Ada Masalah?". Tanya Pak Richard Dengan Nada Lembut.

" Tidak Hanya Saja, Aku Tak Nyaman Dengan Dudukan Pada Mobilmu, Kakiku Sangat Pegal".

" Baiklah Tak Masalah, Besok Aku Akan Pakai Mobil Yang Lain".

" Maaf Jika Kau Tak Nyaman Hari Ini".

" Huh....Tak Masalah, Kau Boleh Memakai Mobil Ini, Jangan Pikirkan Aku Hanya Memberitahumu Apa Yang Kurasakan".

" Baiklah, Ayo Kita Masuk".

Ibu Clara Mengekori Pak Richard Dari Belakang. Saat Hendak Masuk Kedalam Lift, Tiba-Tiba Pak Richard Menghentikan Langkahnya.

" Apa Yanhg Kau Lakukan, Kenapa Berjalan Dibelakangku?".

" Ayo Kesini". Ajak Pak Richard, Agar Ibu Clara Berada Disampingnya.

Dengan Sabar, Ibu Clara Mengikuti Perintah Atasannya, Biar Bagaimanapun, Iya Harus Bekerja Profesional.

Diliriknya Jarum Jam Sudah Menunjukkan Pukul 14.15. Dan Itu Artinya Seluruh Karyawan Sedang Bekerja Diruang Mereka Masing-Masing.

Setelah Menunggu Beberapa Detik Didalam Lift, Akhirnya Pintu Lift Terbuka.

Pak Richard Dan Ibu Clara Segera Keluar.

Saat Melewati Ruangan Pak Richard, Ibu Clara Sedikit Was-Was Iya Takut, Pak Leonardo Akan Melihat Sesuatu Yang Tercekat Dilehernya.

" Ayo Masuk Keruanganmu, Jangan Lupa Jika Waktunya Jam Pulang, Maka Tunggulah Aku Ditempat Parkiran Oke".

" Baik Pak". Ibu Clara Langsung Bergegas Meninggalkan Pak Richard.

Kemnali Bekerja, Ibu Clara Tersenyum Tipis Mengingat Adegan Romantis, Yang Iya Lakukan Bersama Pak Richard.

Darahnya Berdesir Kencang, Setiap Kali Iya Berdekatan Dengan Pak Richard.

" Apakah Iya Sudah Mulai Menerima Keberadaan Pak Richard Di Hatinya".

" Oh...Selamat Datang" Sambut Pak Leonardo Dengan Senyum Tipis.

" Bagaimana Dengan Acara Makan Siangnya, Apakah Berjalan Lancar?"

" Eum....Bisa Dibilang Berjalan Lancar Karena Kami Berdua Sangat Menikmatinya".

" Oh...Syukurlah Kalau Begitu".

" Bagaimana Dengan Pertemuannya?". Tanya Pak Richard Kembali Serius, Dengan Masalah Pekerjaan Mereka.

" 15 Menit Lagi, Klien Kita Akan Tiba". Jelas Pak Leonardo.

" Oke, Jangan Lupa,Siapkan Semua Yang Dibutuhkan".

" Baik Pak".

Rupanya Pak Leonardo Harus Benar-Benar Menambah Kuota Sabar, Ingin Rasanya Resign, Tapi Iya Harus Memikirkan Segala Konsekuensinya".

" Huh...Sabar". Guman Pak Leonardo, Sambil Mengusap Dadanya Dengan Sabar.

Kata Sabar Hari Ini, Sudah Diucapkan Hampir Berapa Ratus Kali.

"