webnovel

Sheilla, Agra, Dewa dan Safira

Akhirnya Sheilla dan Agra masuk ke salah satu restoran yang menyajikan segala mie dan nasi. Sheilla memesan bakmi yang memang sudah terkenal di situ dengan segala cemilannya, dari pangsit goreng hingga rebus. Sedang Agra cukup nasi goreng spesial.

Sambil menunggu mereka mengobrol dan melihat hasil foto yang tadi di kerjakan Agra dari kameranya tadi. Tak lama pesanan pun datang, Agra terkejut karena makanannya cukup banyak, terutama untuk dirinya yang merasa tidak memesan lainnya.

"Kok, ada bakminya ?" tanya Agra heran.

"Emang kenapa ?" Sheilla malah balik bertanya.

"Ah .. engga! tadi soalnya tidak pesan itu, cukup nasi goreng !" jawabnya takut salah.

"Oh, gue yang pesanin! nasi mah engga cukup buat kamu, jadi ya aku pesenin mienya! soalnya disini tuh enak banget! sayang kalau kamu tidak mencicipinya !" ujar Sheilla santai.

"Engga, keberatan kan ?" tanya Sheilla dengan mata, yang seperti tidak bersalah dan polos. Agra tertegun.

"Engga, apa-apa! ya udah, aku mau kok !" jawabnya, Sheilla tersenyum. Akhirnya keduanya makan, sebelumnya Agra berdoa dulu, Sheilla seperti mengikutinya. Dan melahap hidangan yang tersaji.

"Kamu suka pedas ?" tanya Agra terkejut, melihat Sheila membubuhkan sambel yang cukup banyak. Dia mengangguk sambil tersenyum.

"Tapi, engga semua makanan disambelin kok! hanya yang enak saja !" ujarnya tertawa. Agra pun tersenyum sambil menggeleng kepala.

"Awas, sakit perut loh !" acamnya.

"Engga lah, ini tuh masih tahap wajar kali !" katanya mendelik dan tersenyum.

"Ehmmm ... ini enak sekali! coba deh !" Sheilla mencoba racikannya sambil terbelalak matanya.

"Iya, nanti ... nasi gorengnya aja belum habis !" ucap Agra sambil menunjuk ke piringnya.

"Astaga ... Ga, kok cepet banget makannya! gue aja baru makan, dan lo udah setengah lagi nasinya !" Sheilla menunjuk ke arah piring Agra. Agra hanya tertawa.

"Laper ya bang !" ujar Sheilla sambil tertawa lebar.

"Ya, begitulah neng !" jawabnya malu. "Soalnya, tadi habis kuli nih !" tambah Agra dengan nada kocak.

"Ih dasar, tuh kan? makanya gue pesen banyak! gue tahu tentang lo Ga !" katanya tersenyum, Agra tertegun dan menatap Sheilla. Mukanya mendadak memerah, tak menyangka gadis itu sering memperhatikannya.

"Wah, jadi malu! ketahuan gembulnya !" Agra tersipu malu.

"Engga apa-apa kok! gue malah senang cowok yang banyak makan! kan ada tuh, cowok yang aleman! di depan cewek suka pura-pura, tapi di rumah malah kelaperan !" ujarnya santai. Agra tersenyum lega.

"Oh, ya? siapa ya ?" tanya Agra penasaran dan pengen tahu.

"Ih kepo !" jawab Sheilla tertawa, Agra pun ikut tertawa. Akhirnya mereka sadar di perhatikan pengunjung lainnya.

Setelah selesai makan, Sheilla malah mengajak Agra keliling mall sambil melihat-lihat. Agra tak menolak, perutnya kekenyangan, soalnya tadi Sheilla pesannya banyak dan harus di habiskan, di tambah dia juga pesan untuk di bawa pulang. Tapi memang enak sih, ha ...ha ...!

"Ini untuk siapa ?" tanya Agra, melirik kantong makanan pesanan.

"Ya, untuk lo lah! kali aja masih laper di rumah !" jawab Sheilla.

"Oh! ya udah ... terima kasih ya !" ucap Agra tak bisa menolaknya. Sheilla mengangguk.

Tak lama setelah puas, keduanya pulang. Hari pun menjelang malam. Tak lama ponsel Sheilla berbunyi.

"Hallo ...!" Sheilla menjawab dengan earphonenya sementara ponsel di tempatkan di sebuah tempat di samping setirnya. Dan itu dari Anjelina salah satu teman mereka juga.

"Sorry, Na .., gue engga bisa hang out! ini baru balik tugas bareng Agra! mungkin lain kali aja! soalnya juga, lagi sibuk banget ada kerjaan di kantor !" jawab Sheilla, Agra hanya diam saja di sampingnya.

"Biasalah, Anjelinai! ada acara Wedding !"

"Ih, kepo banget sih !" Sheilla tertawa.

"Engga ah, entar jadi gosip sekampus !"

"Mau tahu? inisialnya aja ya? serius .. mereka orang kaya raya juga! sultan malah !" Sheilla kembali tertawa, sambil tetap menyetir, sesekali berhenti karena macet atau lampu merah.

"P sama A! nah lo, tebak aja deh siapa !" ujar Sheilla tersenyum.

"Loh, kok tahu sih! engga asik ah! apa .. beneran? ada di infotaiment? acara gosip itu? engga tahu, jarang nonton televisi sih soalnya !" Sheilla kembali tertawa.

"Agra? ada tuh lagi melamun di samping gue! iya, dia udah di terima !" gadis itu melirik ke arah Agra, bisa saja tuh cowok tidur atau ngantuk. Rupanya Agra menyadari dan membalas melirik dari sorot matanya bertanya siapa? Sheilla malah tersenyum.

"Ya, udah! bilangin ke yang lainnya ya! oke, kita ketemuan besok di kampus! bye, say, bestie !" ucap Sheilla mengakhiri telponnya.

Setelah mengantar Agra, yang awalnya menolak halus di antar pulang dan malah minta di turunkan di pinggir jalan, tak bisa berbuat apa-apa. Karena Sheilla memaksanya sekalian pulang kerumah juga katanya. Untung tempat tinggal Agra kosnya ada di pinggir jalan, seperti perumahan dan tak jauh dari jalan besarmya, jadi gampang pulang.

Tak lama dia pun sampai ke rumahnya, dan sempat melihat sekilas ada seseorang yang keluar dari rumah serta sebuah mobil terpakir di depannya. Sheilla berhenti tak jauh dari situ.

"Loh, itu ... kan, mba Safira ?" tanya Sheilla heran sekaligus tertegun, dan gadis itu masuk kedalam, setelah itu mobil pun melaju pergi. Barulah Sheilla masuk ke rumah. Dia terkejut, melihat kakeknya sedang melamun di ruang tengah rumah yang termasuk lega itu, padahal tv 80 inchi itu menyala, tapi matanya menerawang entah kemana. Dia terkejut ketika menyadari Sheilla berdiri tak jauh darinya.

"Oh, kamu Sheilla! dari mana? kok baru pulang ?" tanya Ardhi Wijaya terlihat kaget, dan ia melihat jam dinding di ruang tengah yang menunjukan pukul setengah sembilan malam. Sheilla tersenyum dan duduk di samping kakeknya sambil mencium tangannya, kemudian memeluk serta mencium pipinya juga.

"Biasalah, kek! kan dari kampus ke kantor! ada kerjaan juga lagi !" jawabnya kemudian. Ardhi Wijaya mengangguk tersenyum tangannya merangkul pundak salah satu cucu kesayangannya.

"Oh, iya ya! lalu bagaimana pekerjaannya ?" tanyanya, sebenarmya neneknya melarang Sheilla bekerja dulu, yang katanya nanti menganggu kuliahnya nanti saja setelah selesai saja. Tapi Sheilla tak keberatan, setelah kedua orang tuanya mengizinkan, terutama papanya, dan itu sebenarnya ide kakeknya. Akhirnya Sheilla di tempatkan di bagian WO yang memang tidak terlalu menyita waktu.

"Baik kok, kek !" jawab Sheilla dan menceritakan semuanya, termasuk kliennya saat ini, dia ingin tahu reaksi kakeknya. Dan ternyata Ardhi Wijaya tertegun dan terdiam, entah kenapa semua orang dari masa lalunya mulai bermunculan, setelah Anggia kini keturunan Atmaja yang hadir, semua tahu kejadian lalu yang berkaitan dengan putrinya ... yang kawin lari! kini dia pun tahu sepak terjang putranya dari temannya yang sudah meninggal itu yang sekarang mewarisi kekayaan keluarganya.

"Loh, kok mau di tempat kita ?" tanya kakeknya, Sheilla tertegun.

"Kok kakek tahu sih ?" gadis itu balik bertanya, Ardhi Wijaya tersenyum.

"Ya, iyalah! dia pasti marah dan dendam sama keluarga kita, sayang! kamu tahu sendiri, kalau kamu di permalukan seperti itu bagaimana rasanya? walau tidak sepenuhnya kesalahan mamamu, kakek yang menjodohkan serta kedua orang tuanya! karena Daniel sendiri pun adalah seorang playboy kelas berat yang punya pacar sana sini !" jelasnya.Sheila menganggukan kepala.

"Kedua orang tuanya baru tahu kemudian bukti skandal itu! awalnya malu dan marah karena insiden itu, dan akhirnya malah bekerja sama dengan mamamu! makanya perusahaannya menjadi berkembang pesat! tapi tidak bagi Daniel, dia masih dendam dan kehilangan muka di mata publik! kakek tahu kok, tentang itu dan pernikahan ini sebenarnya sama untuk mengembangkan bisnisnya lebih besar lagi! tapi, sayang ... kakek mendapat kabar kurang enak... kalau perusahaan calon besannya sedang bermasalah di luar negeri! dan itu belum di ketahui Daniel Atmaja !" ujarnya sambil menghela nafas.

"Mau untung, malah buntung! walau tidak mendapat kerugian besar, tapi akan tetap menanggung resikonya! dan bisa saja beralih kepemilikannya ke Atmaja! kecuali ada rencana lain dari sang putri Paramitha !" lanjutnya sambil menatap Sheilla.

"Oh begitu, tapi kakek tidak akan ... melakukan itu lagi kan ?" tanya Sheilla pelan takut menyinggung kakeknya. Tapi Ardhi Wijaya malah tertawa, walau awalnya terkejut dengan pertanyaan cucunya itu.

"Kenapa memangnya kamu takut di jodohkan? atau sudah mempunyai calon sendiri ?" tanya kakeknya tersenyum menggoda Sheilla.

"Ih, kakek! belum lah! kan masih kuliah !" jawabnya.

"Sheilla, tentu saja kakek dan nenekmu tak akan seperti itu lagi! tapi tidak dengan orang tuamu !" ujar Ardhi Wijaya.

"Kayaknya engga deh kek !" ucap Sheilla yang tahu siapa kedua orang tuanya.

"Kamu yakin? bisa saja kan? sebagai orang tua, ingin yang terbaik buat putrinya! jadi harus yang sesuai dengan kriteria mereka !" ucap kakeknya.

"Kakek dulu menentang perjodohan loh! dan lebih memilih menikah dengan nenekmu! awalnya mereka kecewa, tapi akhirnya menerimanya! seiring waktu, kakek malah mirip orang tua sendiri, menjodohkan putrinya dengan orang lain! itu karena kakek mempunyai obsesi sendiri! siapa sih, yang tak ingin perusahaannya maju? bukan hanya level lokal, tapi juga internasional ?" Ardi Wijaya, malah bertanya.

"Tapi, kakek sadar! semua itu butuh proses! dan mamamu membuktikannya dengan menikahi papamu yang awalnya pura-pura menjadi beneran! dan sekarang cita-cita kakek terwujud! kamu betul, kita tak akan seperti dulu! tapi memilih pasangan itu sulit sayang! kamu harus pintar memilih lelaki yang benar-benar sayang dan cinta sama kamu! dan itu tidak cukup, harus sejalan dan mau bekerja sama membina rumah tangga di kemudian hari !" nasehat kakeknya. Sheilla mengangguk.

"Iya kek !" sambil memeluknya.

"Sudah sana istirahat dan mandi !" ujar kakeknya, Sheilla hanya tersenyum mengangguk.

"Oh, iya kek! oh iya, tadi aku melihat mba Safira pergi ?" tanyanya sambil berdiri.

"Iya, dia memang pergi bersama dengan temannya! sudah biarkan saja! kakek juga mau istirahat !" jawabnya, Sheilla ingin bertanya sesuatu hal tapi tidak jadi. Dan pamitan untuk naik ke kamarnya.

---------------

Sementara itu, Dewa dan teman-temannya larut dalam kegembiraan di klub malam. Mereka bercanda dan bersenang-senang berjoget dan menari, menikmati musik yang menghentak. Tapi dia menyadari, dia tak boleh mabuk karena akan menyetir mobil pulang ke hotel. Kepala sudah mulai pusing, dia pamitan mau ke toilet. Disana dia bertubrukan dengan seseorang dan ... itu Safira !

"Sorry ...!" Dewa meminta maaf, awalnya tapi terkejut melihat kondisinya.

"Safira ?" tanyanya, tapi ternyata gadis itu sudah mabuk. Jalannya sempoyongan.

"Siapa lo ?" tanyanya, yang tak ingat karena pengaruh alkohol di tambah hatinya sedang tidak baik-baik saja, akibat bertemu dengan Andrian.

"Ya, gue saudara sepupu lo !" jawab Dewa.

"Lo kok ada di sini? lo mabuk ya ?" tanyanya sambil menatap gadis itu.

"Apa urusan lo? hah, mau mabuk kek! mau engga ini urusan gue !" jawabnya dengan nada tinggi sambil menunjuk jarinya ke dada Dewa.

"Ternyata lo emang mabuk! ayo, pulang !" ajak Dewa, merasa kasihan.

"Jangan pegang-pegang! semua cowok sama, semua brengsek !" makinya marah, ketika Dewa menarik tangannya untuk pergi.

"Lo, sedang punya masalah ya ?" tanya Dewa lagi, heran melihat tingkahnya.

"Kalau iya, kenapa hah !" Safira menantang.

"Ayo, kita pulang saja !" Dewa kembali menarik tangan Safira pergi dari sana, karena banyak orang yang memperhatikan keduanya.

"Lepasin, gue Andrian! lo lelaki brengsek, lo ninggalin gue dengan anak lo !" serunya meronta-ronta, Dewa tertegun dan melepasnya tanpa sengaja, Safira terhuyung dan jatuh terduduk di lantai, tak lama menangis histeris.

"Kamu ... jahat Andrian! lo udah janji sama gue! akan mencintai sepenuh hati! tapi kenyataannya lo bohong ... brengsek !" dan keluarlah berbagai macam makian dalam bahasa Inggris, dan kembali menangis tersedu. Sedang Dewa terdiam mematung, tak menyangka kalau ... Safira mempunyai rahasia besar !

"Dewa, siapa dia ..." seseorang berbisik di sebelahnya, Dewa pun melirik dan itu Amanda.

"Anjir ... Amanda, gue kaget !" serunya, sampai tubuhnya menyingkir, Amanda menatapnya tersenyum.

"Sorry, gue mau ke toilet juga! eh ada ribut-ribut !" ujarnya menatap Dewa tak bersalah.

"Oh, ini ... anu ..! astaga, dia pingsan !" serunya mendekati Safira yang jatuh lunglai tak sadarkan diri. Amanda memanggil securty klub dan membawanya ke ruang khusus, di ikuti oleh Dewa. Disana barulah dia menceritakan semuanya, karena temannya yang lain juga terkejut.

"Dasar Andrian, dia engga berubah juga !" ujar salah satu temannya sambil menggeleng kepala.

"Emang, dia siapa sih? lo kenal ?" tanya Tommy. Dewa mengangguk.

"Gue, seperti kenal nih cewek? dimana ya ?" Amanda pun menatap sambil menatap Safira yang di baringkan di sofa sementara.

"Oh, astaga! cewek ini yang gue ketemu Andrian di New York! dia itu katanya seorang model !" Amanda teringat sesuatu. Dewa tertegun.

"Kapan lo, ketemuan sama mereka ?" tanya Dewa kepada Amanda.

"Sudah lama banget! ada kali setahun setengah! waktu itu gue baru ngedate dengan calon suami gue sekarang !" jawab Amanda teringat sesuatu..

"Emang kenapa ?" tanya Amanda, tapi mulutnya tiba-tiba berubah menjadi o ketika teringat ocehan Safira tadi. Dewa menghela nafas.

"Sebenarnya ini rahasia yang juga bukan rahasia lagi !" ujarnya menunduk dan melirik Safira.

"Maksudnya ?"

"Dia ... putri tante Anggia ..." ucapnya pelan, semua tertegun.

"Dan benar dia seorang model! dia baru bergabung dengan Palm Entertaiment tadi siang! dan baru kemarin malam dia datang dari New York ke Indonesia !" jelasnya. Semua mengangguk mengerti.

"Ya sudah, gue mau bawa dia pulang! kasihan kalau bangun muntah di sini !" Dewa pun berdiri, yang lain hanya terdiam dan Amanda kembali meminta Security membantu membawa Safira lewat pintu belakang. Setelah di dudukan di bangku depan di samping Dewa, dia pamitan kepada teman-temannya dan mobil pun melaju pergi.

Bersambung ...