webnovel

Dewa dan Safira

"Anu .. silahkan saja !" jawab Dewa gugup. Karena yang bertanya tadi adalah seorang cewek cantik yang termasuk populer di sekolahnya. Gadis itu duduk di sebelah Dewa yang memang formasinya 3 dan 2 kursi. Dewa sendiri di jajaran dua kursi.

"Gue ... Amanda !" gadis itu memperkenalkan diri.

"Dewa !" jawabnya dan gadis itu tersenyum, muka Dewa pun berubah merah.

"Amanda, gue pengen ngomong !" tiba-tiba ada seorang cowok datang.

"Engga perlu !" bentak gadis itu judes.

"Tapi ... "

"Udah deh, tuh mau berangkat! lo beda bis kan ?" ujarnya sambil marah, si cowok terdiam, semua menatap mereka berdua dan mulai berbisik. Si lelaki yang bernama Andrian itu pun pergi dengan muka kesal, dia adalah salah satu pemain basket di sekolahnya, bisa di sebut dia teman sekelasnya. Karena Amanda dan Dewa sama-sama kelas satu.

Amanda langsung populer ketika MOS lalu, walau itu hanya main-main. Karena sekolah mereka, memang ada SD, SMP dan SMU nya. Dan mereka sebenarnya sudah tahu, tapi belum kenal saja, karena kelasnya banyak dari satu tingkatan saja, ada 8 kelas semuanya, dan itu selalu di ubah-ubah muridnya setiap tahun kenaikan.

Waktu itu Amanda di minta bernyanyi oleh kakak kelas, dan suaranya termasuk merdu. Apa lagi setelah itu ikut menjadi anggota Cheerrleader, sempurnalah semuanya. Dewa termasuk tahu dan sering memperhatikannya. Sementara Andrian, salah satu cowok populer di sekolahnya, selain itu dia juga kapten klub basket, karena permainannya yang bagus membuatnya di tunjuk di tim basket, mengalahkan seniornya, sayang dia mempunyai sifat angkuh dan sombong.

Dan ketika keduanya pacaran pun heboh, karena sebenarnya Andrian juga sudah punya pacar. Dewa mendengar gosip, bahwa Amanda di labrak oleh ceweknya Andrian. Mungkin itu yang tadi terjadi saat ini, karena kejadiannya memang baru seminggu lalu sebelum Sfudy Tour ini.

"Menyebalkan !" ucap Amanda kesal. Dewa diam saja. Tak lama seorang guru pembimbing datang, bahwa mereka akan berangkat sekarang. Semuanya akan di bagi dua keberangkatan penerbangan. 5 bis akan betangkat dan terbang duluan. 5 bis lainnya menyusul. Itu artinya bis Dewa dan lainnya akan berangkat pertama di banding dengan yang lain. Setelah berdoa, bis pun melaju, sesuai urutan menuju bandara.

"Waduh, mana ya! perasaan tadi bi inem nyimpen tempat roti di tas deh !" ujar Amanda, yang terlihat mengaduk tas ransel, tak lama ponselnya berbunyi.

"Hallo? jadi ketinggalan ya, tante... tadi Amanda engga sarapan! karena buru-buru, iya, Amanda lupa !" jawabnya dengan raut muka bete.

"Nih, kamu mau ?" tanya Dewa, tiba-tiba menyodorkan tempat makan yang berisi roti isi kepada Amanda. Gadis itu menatap Dewa, dari ujung rambut, sampai kaki.

"Ini, buat gue ?" tanyanya, Dewa mengangguk.

"Tadi, nenek buatnya banyak !" jawab Dewa, sambil mengeluarkan satu lagi kotak makan lainnya. Amanda malah tertawa, tapi kemudian di tahannya.

"Lo, masih kayak anak kecil ya! muka lo juga imut !" ujarnya, muka Dewa langsung memerah.

"Ya, udah! terima kasih ya !" ucap Amanda sambil mengambil kotak makan dati tanyannya, Dewa hanya mengangguk.

-------------------

"Gila, parah! lo Dew, lo culun banget waktu itu !" Amanda tertawa, mengenang masa SMU. Dewa hanya tersenyum masam.

"Iya, betul banget !" seru yang lain.

"Dan sekarang, lo udah berubah dong !" tambah yang lainnya.

"Masih sama lah !" jawab Dewa tertawa.

"Dew, lo inget engga? kenapa sekarang kita berteman ?" tanya Arman, tiba-tiba dan semua tertegun terdiam.

"Iya, gue inget kok! ada dua peristiwa penting! lo pada berantem, dengan gengnya si Andrian itu kan? dan juga, ketika ... " Dewa, dan lainnya sambil melirik ke arah Amanda.

"Iya, gue tahu! waktu itu gue sedang kalut, sehingga ... pengen bunuh diri aja !" jawab Amanda, seperti tahu apa yang di pikirkan teman-temannya. Ya kejadian itu membuat mereka menjadi semakin dekat.

Peristiwa, berkelahinya mereka. Itu terjadi karena, semua anggota tim sudah muak dengan sikap kaptennya yaitu Andrian yang sombong dan angkuh. Di tambah, Dewa di bawa-bawa karena di sangka pacaran dengan Amanda. Dari sana lah Tommy dan teman-teman yang lain mulai akrab dengan Dewa, karena tahu bahwa itu tidak benar, selain itu bisa di sebut Tommy adalah teman sekelas Amanda, sementara yang lainnya, sama seperti Dewa beda kelas. Sekaligus juga Dewa setelah itu selalu membantu mereka dalam belajar, karena dia termasuk anak yang pintar.

Kejadian kedua, melibatkan Amanda yang pacaran dengan seorang mahasiswa, setelah putus dari Andrian, dan itu terjadi di kelas 2 menjelang akhir kenaikan kelas. Ternyata mereka ke bablasan dan hamil. Itu karena Amanda berubah, sering dugem ke klub dan di recoki dengan minuman keras. Kebetulan dia tinggal disini bersama tantenya. Karena kedua orang tuanya berada di luar negeri. Amanda memang ingin tinggal di sini sejak SMP dengan neneknya, sayang ketika kelas dua SMP mau naik kelas tiga, neneknya meninggal, jadilah tinggal bersama tantenya.

Amanda pun diminta kekasihnya menggugurkan kandungan, dan gosip pun sudah menyebar di sekolah membuat Amanda terpuruk. Jauh dari kedua orang tuanya dan mendapat kejadian yang seperti ini. Sampai dimana datang titik terendahnya muncul. Membuat dia menangis dan kesepian, sehingga pikiran itu pun datang kepadanya. Untung Dewa cepat tanggap karena dia cukup dekat dengan Amanda. Membuat jiwanya selamat termasuk juga si jabang bayi yang di kandungnya, dan mereka pun semakin dekat dan akrab.. Setelah itu, dia kembali ke kedua orang tuanya di luar negeri dan melanjutkan sekolah di sana.

Kita kembali, ke klub malam. Dewa sudah memesan minuman, dan sedang menunggu. Tak lama minuman pun di suguhkan.

"Rame juga ya ?" tanya Dewa kepada bartender sambil mencicipi minumannya, dan di angguki, oleh bartender yang sudah mengenal Dewa, sejak klub ini di buka setahun lalu. Yang kemudian menjadi hits atau terkenal di kalangan menengah atas serta anak muda di Jakarta. Karena selalu menyuguhkan berbagai acara yang menarik dan tidak membosankan, kadang ada live musik dari penyanyi luar dan dalam. Genre musiknya pun selalu berubah sesuai tren di luar sana.

"Iya, mungkin karena ada DJ tamu !' jawab pemuda tampan bartender sambil tersenyum.

"Oh iya juga, sih !" ujar Dewa baru menyadari. Dan terdengar suara musik IDM mulai menghentak, membuat siapa pun ingin menari dan berdangsa. Hal ini membuat keadaan sekelilingnya menjadi bising dan riuh dengan sorakan para pengunjung, tapi tak lama karena semuanya larut dalam menikmati musik, sambil berdangsa.

Kesantaian Dewa agak terganggu, dengan terdengar suara pasangan yang sedang bertengkar tak jauh darinya, bukan hanya dia tapi orang-orang yang dekat pun memperhatikan.

"Lepasin .. Andrian! lo emang brengsek !" seru seorang cewek. Hanya itu, karena seorang lelaki menarik perempuannya pergi dari situ. Dewa tertegun melihat lelaki itu. Yap, tak salah lagi dia adalah mantannya Amanda waktu SMU dulu. Dan mereka pun pernah bertemu beberapa kali.

"Sialan, dia tak berubah !" umpat Dewa, sambil menggeleng kepala dan meminum minuman yang di sajikan kembali.

"Lo, sedang ngapain di sini ?" tanya seseorang, ternyata itu Amanda yang kemudian menghampiri dan duduk di sampingnya.

"Nyantai, dulu lah !" jawab Dewa, tersenyum.

"Santai atau iri melihat yang lain punya pasangan ?" sindir Amanda tersenyum, Dewa pun tertawa.

"Ya ... sedikit sih !" katanya.

"Eh, lo tahu? tadi gue lihat Andrian !" ujar Dewa, sambil melirik ke arah Amanda, gadis itu tertegun.

"Iya, gue tahu! tak berubah kan dia ?" jawab Amanda tersenyum, dan memberi kode kepada pelayan untuk di buatkam minuman untuknya. Dewa mengangguk.

"Gue pernah ketemu dia di New York! waktu itu, dia sedang kuliah di sana! ternyata lelaki itu pacaran dengan seorang perempuan muda! yang katanya seorang model !" jelasnya. Dewa hanya mengangguk. Amanda pun melanjutkan ceritanya

Keduanya pun asyik mengobrol walau musik terdengar keras, dan yang lainnya pun ikut bergabung. Semua menikmati alunan musik IDM yang menghentak membuat semua orang ingin berdangsa ria. Tanpa di duga Dewa melihat seseorang yang di kenalnya.

"Loh, itu kan ... Safira ?" ujarnya, Dewa tertegun melihat gadis itu dengan beberapa cewek yang mungkin temannya, ada juga cowoknya.

"Lo lihatin siapa, sih ?" tanya Arman penasaran.

"Engga, seperti ada seseorang yang gue kenal !" jawab Dewa yang agak ragu.

---------------------

Kita kembali ke Safira. Safira menghapus air matanya, tak lama ponselnya berdering, dia terkejut menatap layarnya. Tak lama, dia pun menerimanya.

"Hallo, Kanaya ?" tanyanya.

"Oi, Safira .., lo engga bilang, kalau lo balik ke Indonesia ?" ujar seseorang di ponselnya.

"Sorry, lo dimana ?" Safira bertanya, heran. Kanaya adalah sahabatnya di New York, dia anak seorang pengusaha dari Kalimantan, yang sudah lama tidak bertemu karena pulang ke Indonesia.

"Ya ... di Jakarta lah! gue udah 3 bulan di sini !" jawab cewek cantik temannya itu yang memang agak tomboy sih.

"Lo tahu dari mana gue, di Jakarta ?" tanya Safira heran. Kanaya tertawa, dia pun cerita bahwa, tiba-tiba saja rindu kepadanya. Lalu menelpon mamanya dan ternyata ada di sini.

"Oh, begitu ... " jawab Safira.

"Lo tinggal dimana sekarang ?" tanya Kanaya.

"Di rumah teman mama, keluarga Wijaya !" jawab Safira santai.

"Maksud lo, keluarga Wijaya pemilik Palm Co ?" tanya Kanaya kaget tak percaya.

"Ya, iyalah! mereka baik kok, menerima gue di sini !" jawab Safira tersenyum.

"Wow ... keren deh lo! ha ... ha ... eh, hang out yuk! gue sedang ada di jalan nih! sekalian mampir ke tempat lo !" ujar Kanaya, Safira tertegun, tapi akhirnya mengangguk, apa salahnya melupakan sekilas yang membuatnya marah dan sedih, dan menyudahi telponnya, Safira pun bersiap untuk pergi.

"Kamu mau kemana ?" tanpa di duga bertemu dengan Ardi Wijaya yang sedang nonton televisi dan belum tidur. Safira terkejut.

"Anu .. mau pergi! ada temanku yang mengajak ke luar !" jawabnya, sambil tertunduk, karena Ardhi Wijaya menatapnya dari ujung rambut sampai kaki. Apa pakaianku terlalu seksi ya ? begitulah yang ada di pikiran Safira, yang memakai dress yang ketat dan agak pendek, kalau di Amerika itu tuh sudah sederhana tak berlebihan.

"Lalu siapa teman mu itu ?" tanya Ardhi Wijaya bertanya seperti orang tua kepada anak gadisnya, Safira pun menjelaskan siapa yang mengajaknya.

"Oh, oke! tapi jangan terlalu malam ya ?" ujarnya, Safira pun mengangguk. Tak lama klakson mobil terdengar dari luar pagar rumah, serta ponselnya berdering. Safira pun pamitan, Ardhi Wijaya pun mengangguk. Safira pun pergi. Lelaki tua itu menghela nafas.

"Dia ... itu mirip sedikit denganku! tapi memang bukan anakku, apa ... dia ...?" ucapnya terdiam dan tertegun.

"Oh, astaga ...!" ujarnya terkejut, tak percaya.

"Anggia, apa itu tujuanmu? kenapa, melakukan itu dengan tumbal anakmu sendiri !" ujarnya ada rasa marah, tapi kemudian mengusap mukanya karena dia mengerti kini, tujuan Anggia. Rasanya ingin berbicara dengannya, tapi akhirnya memutuskan untuk melihat dahulu, benar atau tidak dugaannya itu.

"Sorry, si bos ternyata belum tidur !" ujar Safira kepada temannya di dalam mobil, ternyata ada dua lainnya duduk di belakang.

"Maksud lo, bokap lo ?" tanya Kanaya, gadis cantik berambut pendek. Safira tertegun, dia memang pernah curhat kepada sahabatnya itu, ketika tahu rahasia besar mamanya yang selama ini dia cari dan di sembunyikan.

Yap, anak mana yang selalu bertanya tentang papa atau mamanya bila dia bersama satu orang tuanya, entah itu ayah atau ibunya. Begitu pun dia, yang sejak kecil selalu bertanya kepada mamanya, di mana papanya. Wajar dong, ketika semua orang mempunyai kedua orang tua lengkap, sedang dia tidak. Jawaban ibunya cukup menyakinkan ketika dia masih kecil dan itu cukup untuk menutup mulutnya sempai dia mulai remaja dan mengerti semuanya.

Pertama, tak ada foto, dari papanya kalau sudah meninggal. Pasti ada dong, untuk kenang-kenangan, kecuali memang berpisah. Ya, mamanya hanya mengatakan itu. Tapi makin lama semakin penasaranlah Safira dengan keberadaan papanya. Sampai kemudian dia menemukan rahasia itu tanpa sengaja. Beberapa kali dia bertanya, tapi dia tak percaya lagi. Sampai akhirnya mamanya mengaku dan menceritakan masa lalunya. Dan dia pun ingin melakukan sesuatu kepadanya. Safira ingin memberitahu kebenaran hal itu tapi di urungkannya dan akhirnya menerima tugas itu.

"Bukan, tapi mungkin saja !" jawabnya tersenyum dan pintu mobil di buka masuklah dia kedalam, temannya hanya mengangguk dan mobil pun melaju ke suatu tempat.

"Bagaimana, lo dengan Andrian ?" tanya Kanaya lagi sambil menyetir, dia kini bekerja di perusahaan papanya yang ada di Jakarta. Sementara, Safira pun di perkenalkan kepada teman-temannya yang duduk di belakang, satu perempuan dan lainya laki-laki yang berwajah tampan.

"Udah deh, Naya! gue udah enek tentang dia !" ujarnya bete, Kanaya hanya tersenyum.

"Lalu si Rio, udah bisa ngapain ?" tanyanya lagi, Safira terdiam.

"Dia baik, sehat! biasa lah baru bisa berjalan kan baru setahun !" jawabnya, menerawang kembali ke New York.

"Sorry !" ujar Kanaya.

"Tidak, apa-apa !" jawab Safira tersenyum.

"Jadi, lo di sini berapa lama ?" tanya Kanaya.

"Entahlah, tapi gue langsung dapet kerjaan loh !" Safira tersenyum.

"Oh ya, di mana ?" tanya Kanaya senang.

"Palm Entertaiment !" jawab Safira. Sahabatnya terkejut.

"Serius? wow .. tetap menjadi model dong ?" tanyanya tersenyum, Safira mengangguk, sebenarnya ada ingin di tanyakan lagi kepada sahabatnya itu, tapi nanti saja.

Tak lama mereka tiba di klub, Safira tertegun. Ternyata di sini ada klub yang sangat Exsklusif juga. Sama seperti di New York juga.

"Waw ... !" seru Safira, Kanaya tersenyum dan menjelaskan. Tempat ini memang buat menengah ke atas, walau sudah setahun lebih, tapi tetap hits di kalangan anak muda.

"Bagaimana, mengingatkan kita waktu di New York kan ?" seru Kanaya, Safira pun mengangguk.

"Ayo, kita bersenang-senang !" ajak Kanaya. Dan mereka pun larut dalam kesenangan dan keseruan, sampai tanpa sengaja, Safira menyenggol seseorang ketika berdangsa.

"Sorry .." ucapnya tapi si cewek terlihat tak suka.

"Sudah, tidak apa-apa sayang !" ujar seorang lelaki menenangkannya, sepertinya si cewek sudah mulai mabuk. Safira tertegun menatap lelaki itu.

"Andrian ..."

Bersambung ...