18 YANG KEDUA KALINYA

Maya menjadi panik, tidak tahu cara menurunkan Edgar yang pingsan dari atas motor. Secara kebetulan Maya melihat Baim keluar dari rumah.

"Baim!! cepat ke sini tolong Edgar!!" ucap Maya masih menahan punggung Edgar agar tidak jatuh dari motor.

Tanpa berkata apa-apa Baim langsung memegangi stang motor juga memegangi Edgar.

"Kamu turunlah dulu Maya." ucap Baim pada Maya dengan wajah serius. Segera Maya turun dari motor kemudian mengambil alih memegangi motor sedangkan Baim memapah Edgar dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Dengan mengeluarkan tenaga penuh Baim membaringkan Edgar di tempat tidurnya.

"Eh Maya...nama kamu Maya kan? aku harus pergi sekarang, aku ada panggilan kerja. Kamu bisa menjaga Bosku kan?" ucap Baim dengan serius kemudian bergegas keluar tanpa menunggu jawaban Maya.

Maya menatap kepergian Baim dengan kening berkerut.

"Bos dan anak buah ternyata sama saja. Sama sekali tidak punya sopan santun! aku belum menjawab mau atau tidak sudah main kabur saja." ucap Maya sambil mengusap tengkuk lehernya menutup pintu kamar Edgar.

"Hem... sekarang apa yang harus aku lakukan untuk membantu Edgar?" tanya Maya dengan pelan mendekati Edgar yang masih pingsan.

"Apa dia demam lagi? tidak mungkin juga kalau dia demam. Tadi terlihat baik-baik saja." ucap Maya seraya meraba kening Edgar.

Kedua alias Maya terangkat, dengan tangan tak bergerak masih di kening Edgar.

"Bagaimana dia bisa demam tinggi seperti ini?" tanya Maya dalam hati kemudian memiringkan tubuh Edgar untuk melihat luka di punggungnya.

Dengan hati-hati Maya membuka perban di luka punggung Edgar.

"Lukanya tidak apa-apa? hanya masih belum kering saja. Tapi kenapa Edgar jadi demam?" tanya Maya dengan kening berkerut.

Masih dengan perasaan heran Maya membangunkan Edgar dengan menepuk pipinya pelan.

"Edgar... Edgar... sadarlah." panggil Maya dengan suara pelan berusaha membangunkan Edgar.

Sudah beberapa kali Maya memanggil Edgar namun Edgar masih tidak membuka matanya.

"Bagaimana ini? apa aku harus melakukannya lagi? tidak!! aku tidak akan melakukannya. Enak di Edgar tidak enak di aku." ucap Maya seraya bangun dari tempatnya.

Dengan perasaan campur aduk Maya berjalan mondar mandir sambil melihat ke arah Edgar.

Hampir setengah jam Maya berjalan mondar mandir dengan perasaan gelisah.

"Sudah hampir setengah jam Edgar belum bangun juga apa yang harus aku lakukan sekarang?" ucap Maya sambil menggigit bibir bawahnya.

"Uhukk... Uhukk... Uhukk"

Dengan cepat Maya menoleh ke arah Edgar saat mendengar suara batuk Edgar yang tanpa henti.

"Edgar!!" panggil Maya mendekati Edgar kemudian mengangkat kepala Edgar agar batuknya berhenti.

"Panas sekali badannya, demamnya semakin tinggi. Aku harus bagaimana?" ucap Maya mulai merasa cemas melihat keadaan Edgar yang menggigil kedinginan.

Melihat wajah Edgar yang pucat dan semakin menggigil kedinginan membuat Maya tidak bisa berdiam diri lagi.

"Aku tidak bisa membiarkan dia mati. Bagaimana pun juga dia sudah beberapa kali menolongku. Aku sudah tanggung beberapa hari hidup bersamanya." ucap Maya sambil melepas seluruh pakaiannya kemudian melepas pakaian Edgar satu persatu.

"Aku harap dengan apa yang aku lakukan sekarang tetap membuatmu lupa kalau kita sudah dua kali ini melakukanya." ucap Maya seraya menindih Edgar dan mencium bibir Edgar dengan penuh kelembutan.

Dengan sentuhan-sentuhannya Maya berusaha membangkitkan hasrat Edgar agar bisa mengimbanginya.

Dalam keadaan setengah sadar Edgar mulai terbawa dalam kelembutan sentuhan nikmat Maya.

Sesuatu rasa yang berbeda yang Edgar rasakan saat sentuhan Maya menyentuh kulit tubuhnya. Edgar mengakui tidak ada sebuah keindahan yang ada di wanita lain selain keindahan tubuh Maya. Dan tidak ada kenikmatan yang luar biasa yang dia dapatkan dari wanita lain selain kenikmatan yang di berikan Maya.

Kedua mata Edgar setengah terpejam mulai tenggelam antara mimpi, khayalan dan kenyataan. Semua terasa begitu nikmat dan indah saat tubuhnya telah menyatu dengan tubuh indah Maya.

"Maya kamu sangat mengagumkan." ucap Edgar dengan tubuh yang sudah berkeringat setelah melepas puncak hasratnya.

Maya mengangkat wajahnya tersadar dengan apa yang sudah dia lakukan. Dengan cepat Maya bangun dan memakai pakaiannya kemudian berbaring memunggungi Edgar sambil memeluk guling.

Perasaan malu dan gugup mulai menyelimuti hatinya saat Edgar memeluk pinggangnya dari belakang.

"Sialan!! apa Edgar sudah sadar sampai bicara seperti itu?? apalagi yang dia lakukan sekarang? seenaknya saja dia memeluk pinggangku! aku harus letakkan di mana rasa maluku ini?" ucap Maya mengutuk dirinya sendiri yang sudah terbawa suasana hingga melepas hasratnya di waktu bersamaan dengan Edgar yang juga sudah pada puncaknya. Sebuah akhir yang tidak dia inginkan, tidak sesuai dengan tujuan awal yang hanya ingin membantu menurunkan demam tinggi Edgar.

"Maya, apa kamu tidur?" ucap Edgar dengan tubuh yang masih berkeringat. Rasa dingin yang dia rasakan sudah menghilang setelah mendapat kehangatan dari Maya.

Maya semakin memejamkan matanya tanpa mampu menggerakkan tubuhnya. Tangan hangat Edgar masih memeluk pinggangnya.

Tidak mendapat jawaban dari Maya, Edgar berpikir Maya sudah tertidur karena kelelahan.

"Terima kasih, dua kali sudah kamu menyelamatkan aku. Bukan menyelamatkan aku saja, tapi kamu sudah memberikan aku kenikmatan yang luar biasa yang tidak pernah aku dapatkan dari wanita mana pun yang pernah bercinta denganku. Kamu sangat hebat, pantas saja pria seperti Anton tidak melepaskanmu. Tapi kamu tenang saja, mulai sekarang aku yang akan menjagamu dari pria-pria seperti Anton." ucap Edgar dengan suara pelan kemudian bangun dari tidurnya dan berjalan keluar kamar untuk membersihkan badannya yang sudah lengket dengan keringat.

Mendengar suara pintu tertutup Maya membuka matanya kemudian menatap ke arah pintu.

Entah kenapa mendengar ucapan Edgar, hatinya merasa tersentuh dan sedikit terharu dengan perhatian Edgar yang akan menjaganya dari pria-pria seperti Anton.

Sebuah senyuman tampak di bibir Maya mengingat pujian yang di berikan Edgar padanya, namun sedetik kemudian wajah Maya berubah menjadi kesal.

"Hem...aku rasa pria mana pun sama saja. Kalau merasakan sentuhan yang baru bisa mengatakan kamu hebat, di bandingkan dengan wanita yang lain yang sudah bersamaku. Coba saja nanti kalau ada yang baru lagi, aku pasti di lupakan begitu saja." ucap Maya berniat bangun dari tidurnya selagi Edgar pergi.

"Ceklek"

"Maya?? kamu sudah bangun?" tanya Edgar tiba-tiba saja membuka pintu tanpa mengetuk pintu.

Maya duduk terpaku di tempatnya tanpa mampu menggerakkan tubuhnya, kedua matanya mengerjap indah sangat terkejut melihat Edgar berdiri tegak di pintu dalam keadaan telanjang dengan handuk yang tergeletak di lantai.

"Aku...aku baru terbangun. Itu kamu...." ucap Maya sambil menunjuk handuk Edgar yang tergeletak di lantai.

"Oouhh!!!" dengan cepat Edgar mengambil handuknya dan menutupi area bawahnya.

Edgar mengusap tengkuk lehernya menjadi salah tingkah, merasa gugup dengan tatapan Maya yang masih menatapnya dengan tatapan tak berkedip.

"Aku mau mengambil sampo, di kamar mandi tidak ada." ucap Edgar dengan cepat mengambil sampo di rak lemari kemudian bergegas pergi.

avataravatar
Next chapter