webnovel

Ten

Keysha tidak bisa berkata apa-apa. Ia sampai terdiam mematung di depan pintu rumah Alvin ketika melihat rumah Alvin yang mewah. Tidak, ini sangat-sangatlah mewah.

"Sayang, ayo masuk. Kenapa diam saja?" Alvin menarik tangan Keysha untuk memasuki rumahnya.

"Ha? Oh iya." dengan mengikuti langkah Alvin dan melihat ke sekeliling.

"Mulai sekarang rumahku adalah rumahmu, begitu juga sebaliknya."

"Iy--- HAH?"

"Iya, mulai sekarang kamu harus tinggal disini."

"APA???? Aku gak mau, Vin."

"Bisa gila aku kalau lama-lama tinggal serumah dengan Alvin." batin Keysha.

"Kenapa?" ucap Alvin sambil mendekati tubuh Keysha dan membelai pipinya.

Seketika bulu kuduk Keysha merinding. Ia mundur selangkah. "Ehem... Nanti gimana sama rumah Tante aku? Terus apa kata tetangga kalau rumahnya kosong?" ucap Keysha sambil berdeham sebentar untuk menghilangkan ketakutannya.

"Itu semua biar aku yang urus. Kamu hanya perlu tinggal disini."

"Gak mau, Vin. Aku susah adaptasi sama lingkungan baru, nanti aku gak bisa tidur." alasannya.

"Kan ada aku yang bakal nungguin kamu sampe kamu tidur, sayang." Alvin menarik pinggang Keysha sampai Keysha menubruk tubuh Alvin. Ia hendak mencium Keysha, namun Keysha memalingkan wajahnya.

"Apaan sih, Vin. Pokoknya aku tetap gak mau tinggal disini."

Alvin langsung menarik Keysha tanpa mau menjawab perkataan Keysha.

"Eh, mau kemana Vin?"

Keysha dibawa menuju ke lantai dua dan Alvin tidak menyaut pertanyaan Keysha. Ternyata Alvin membawanya menuju ke sebuah ruangan yang diyakini Keysha itu pasti kamar Alvin. Keysha hanya pasrah. Ia tau Alvin tidak bisa dibantah.

Ketika Alvin membuka pintunya, yang Keysha lihat adalah kamar dengan nuansa hitam putih yang cocok dengan sifat Alvin yang bossy. Keysha terkejut ketika Alvin langsung mendorongnya masuk dan menutup pintunya dan tak lupa ia juga mengunci pintunya.

"Vin? Kamu kenapa? Kok pintunya dikunci?" keringat dingin mengucur dari dahi Keysha.

Ia mundur perlahan karena Alvin maju perlahan mendekati dirinya. Ia takut jika Alvin melakukan sesuatu yang aneh. Apalagi rumahnya sangat sepi. Ia harus meminta tolong kepada siapa? Sekarang hanya dirinya sendiri yang dapat menolongnya dari amukan Alvin.

"Oke oke. Aku bakal tinggal disini sesuai mau kamu, Vin."

"Tanpa kamu jawab pun, aku sudah tau jawabannya." dengan cepat Alvin berjalan menuju Keysha dan mendorong Keysha ke ranjangnya.

Ia langsung mencium Keysha dengan kasar tanpa mau melepaskan Keysha. Keysha berusaha untuk mendorong Alvin, namun usahanya sia-sia.

"Hah... Vin... Aku gak bisa nafas." ucap Keysha dengan nafas yang tersendat-sendat.

Alvin pun melepaskan bibirnya dari bibir Keysha dengan terpaksa. Sebenarnya ia belum puas menciumi Keysha, tapi ia juga tak ingin wanitanya mati perlahan karena kehabisan oksigen.

"Makanya jangan suka ngebantah. Aku paling gak suka sama orang yang gak nurut sama aku." ucap Alvin sambil memeluk Keysha dengan erat.

Keysha hanya diam dan tidak menghiraukan Alvin. Ia memandang langit-langit kamar, ia berpikir sekarang hidupnya pasti tidak akan berjalan sesuai dengan kehendaknya. Semuanya sekarang sudah musnah, rencananya untuk bersenang-senang bersama teman-teman dan orang yang dicintainya. Sekarang sahabatnya pun sudah masuk rumah sakit karena dirinya. Ia merasa bersalah karena melibatkan Jesslyn dalam semua masalahnya. Sekarang dia harus mandiri dan menyelesaikannya tanpa harus melibatkan orang lain. Untuk sekarang dia harus cari cara agar Alvin mengizinkannya untuk menjenguk Jesslyn.

Melihat Keysha yang diam dan hanya memandang langit-langit kamar, membuat Alvin menghela napasnya. Ia pun memandangi wajah Keysha dengan teliti mulai dari dahi, mata, hidung dan juga mulutnya. Semuanya begitu sempurna, ia menyukai semuanya yang ada pada diri Keysha.

"Apa yang kamu pikirkan, sayang?"

"Aku..." Keysha memiringkan tubuhnya agar ia dapat melihat mata Alvin.

"Jangan bilang kamu mau kembali kerumahmu?" tatap Alvin penuh selidik.

"Bukan itu, Vin."

"Jadi?"

"Aku khawatir sama Jesslyn. Boleh gak kalau aku menjenguknya?" tanya Keysha ragu-ragu.

"Untuk apa? Bukankah dia sudah ada dirumah sakit? Maka dia pasti baik-baik saja, Key. Mau kamu datang kesana ataupun tidak, tidak akan mengubah apapun."

"Tapi aku hanya ingin memastikan bahwa ia baik-baik saja."

"Aku bisa menyuruh seseorang untuk melihat keadaannya tanpa kamu harus datang kesana."

"Itu beda ceritanya, Alvin. Aku ingin menjenguk sahabatku dan melihatnya dengan mata kepalaku sendiri."

"Itu sama saja menurutku. Apa yang orang lain lihat juga sama dengan yang kamu lihat nanti saat melihat keadaan Jesslyn."

Keysha menjadi geram sendiri. Alvin selalu ingin menang sendiri, seperti tidak ada kata kalah dalam kamusnya bahkan ia tidak mau mengalah untuk wanita yang dicintainya.

"Terserahlah." ucap Keysha sambil melepaskan tangan Alvin yang berada dipinggangnya. Ia segara turun dari ranjang dan berjalan kearah pintu.

"Mau kemana kamu, Key?" tanya Alvin sambil merubah posisinya menjadi duduk.

"Mau minum. Aku haus." balas Keysha sambil menekankan kata haus.

"Mana kuncinya?" sambung Keysha.

"Sebentar." Alvin segera berdiri sembari mengeluarkan kunci dari kantong celananya dan berjalan kearah Keysha. Ia menggandeng tangan Keysha dan membuka pintu.

"Aku bisa jalan sendiri lagian juga aku bukan anak kecil lagi." tegas Keysha sambil menghempaskan tangan Alvin.

Alvin tidak berkata apa-apa dan hanya mengikuti langkah Keysha. Ia akan membiarkannya untuk kali ini. Ia suka melihat Keysha yang ngambek begini, menurutnya wajah Keysha sangat lucu kalau sedang ngambek.

Sesampainya di lantai satu, Keysha berhenti berjalan dan memutarkan tubuhnya ke belakang untuk menatap Alvin. Alvin pun ikut berhenti dan melihat Keysha.

"Dapurnya dimana ya Vin?" tanya Keysha sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Alvin mengarahkan kepalanya ke kiri, seperti memberi kode bahwa dapur ada di sebelah kiri. Keysha pun segera kesana, sedangkan Alvin memilih duduk sambil menonton TV. Lagian pikirnya Keysha tidak bakal lama di dapur, toh ia hanya ke dapur untuk minum.

Keysha sudah sampai di dapur dan ia pun langsung meraih teko dan menuangkan air ke gelas. Sebenarnya ini hanya alasannya saja agar bisa lepas dari pelukan Alvin. Ia juga masih memikirkan cara supaya Alvin mengizinkannya menjenguk sahabatnya. Ia masih termenung di dapur dengan tangan yang masih menuangkan air ke gelasnya.

"Sayang, air kamu sudah penuh tuh." tiba-tiba sebuah tangan terasa melingkari pinggangnya yang membuat kesadarannya kembali.

Keysha terkejut. Tangannya goyah, untung saja Alvin langsung memegang teko dan gelasnya. Kalau tidak, bisa dipastikan teko dan gelas itu akan pecah karena jatuh ke lantai. Namun dikarenakan air di gelas yang penuh dan tangannya tadi yang goyah, membuat air sedikit mengenai baju Keysha.

Alvin segera menaruh teko dan gelasnya di meja. Ia melihat Keysha yang memengangi bajunya yang basah. Ia pun berjalan mendekati Keysha dan memeluk Keysha dari belakang.

"Kamu sebenarnya lagi mikirin apa sih, sayang?"

"Aku cuma lagi mikirin Jesslyn."

"Bukankah tadi kita sudah selesai dengan pembicaraan mengenai temanmu itu?"

Dengan perlahan Keysha memutarkan tubuhnya menghadap ke arah Alvin, ia mengalungkan tangannya ke leher Alvin dan tangan Alvin yang masih setia berada di pinggang Keysha. Hanya ini satu-satunya cara agar Alvin bisa luluh, pikirnya. Alvin sedikit terkejut dengan tingkah Keysha, namun ia segera menetralkan kembali ekspersi wajahnya.

"Vin, sekali ini aja izinin aku lihat keadaanya Jesslyn." ucap Keysha selembut mungkin sambil menatap wajah Alvin.

"Hmm...." Alvin membuat wajah seperti sedang berpikir.

"Kamu sayang gak sih sama aku?"

"Aku sayang sama kamu, Key. Makanya aku gak ngizinin kamu ke rumah sakit."

"Kenapa? Beri aku alasan yang jelas Vin."

"Karena aku takut kamu bakal ninggalin aku, Key. Gimana nanti ketika aku ngizinin kamu kerumah sakit, lalu tiba-tiba kamu menghilang?"

"Gak mungkin lah aku ngilang gitu aja, Vin. Lagian juga aku masih sekolah disini."

"Tidak ada yang tidak mungkin, sayang."

Keysha tidak tau lagi harus menjawab apa. Ia bingung bagaimana lagi agar Alvin luluh. Tidak mungkin kan ia harus berjanji agar tidak meninggalkan Alvin? Ia tidak mau sampai harus berjanji seperti itu. Bukannya terbebas dari Alvin malah ia akan terkurung selamanya bersama dengan Alvin.

"Kamu janji Key gak bakalan ninggalin aku?" sambung Alvin.

"Aku... Aku... I..tu." Keysha menurunkan tangannya dari leher Alvin. Ia berniat melepaskan pelukan Alvin. Namun Alvin malah tambah menarik tubuh Keysha mendekat. Jarak mereka kini begitu dekat. Jantung Keysaha berdegup kencang.

"Aduh.... Kenapa aku gugup gini?" batin Keysha

"Sayang, tatap aku. Aku mau janji kamu." ucap Alvin sambil sebelah tangannya mengarahkan wajah Keysha menghadapnya dan satu tangannya lagi masih berada di pinggang Keysha.

"Aku... gak bisa janji Vin."

"Kenapa?"

"Aku takut gak bisa nepatin janji."

"Berarti kamu berencana buat ninggalin aku? Kalau gitu aku gak ngizinin kamu buat jenguk temanmu itu." tegas Alvin sambil melepaskan tangannya dari pinggang Keysha dan berjalan menjauh dari Keysha. Keysha kelimpungan, dengan cepat ia mengejar Alvin dan menarik tangan Alvin.

"Vin jangan kabur gitu. Aku belum selesai bicara."

"Apa lagi yang mau kamu bicarain, Key?"

"Gimana kalau aku bakal nurutin semua permintaan kamu Vin?"

"Semua permintaan aku?" ulang Alvin.

Keysha mengangguk.

"Berarti termasuk juga kan yang janji gak bakalan ninggalin aku?"

"Kecuali itu Vin."

"Itu berarti bukan semua permintaan aku, Key."

"Lagian aku juga gak bisa ninggalin kamu kan Vin? Kamu selalu aja ngawasin aku jadi gimana aku bisa pergi ninggalin kamu?"

Alvin membenarkan perkataan Keysha dengan mengangguk-nganggukan kepalanya.

"Jadi maksud aku permintaan lainnya, Vin." sambung Keysha.

"Lainnya?"

"Ya, pokoknya apapun kecuali itu Vin."

Alvin hanya menaikkan alisnya mendengar perkataan Keysha. Keysha sudah cukup bersabar menghadapi tingkah Alvin yang terus bertanya. Ia tidak tau lagi harus berbuat apa, padahal ia sudah mengatakan akan menuruti semua permintaan Alvin. Namun Alvin masih saja belum luluh, malah ia diserbu dengan berbagai pertanyaan dari Alvin. Ia pun mendapatkan ide untuk mencium Alvin, mungkin saja Alvin akan luluh.

Dengan cepat ia menarik tangan Alvin mendekat dan sedikit berjinjit untuk mencium Alvin. Hanya sebentar dan Keysha langsung melepaskan ciumannya. Keysha sangat malu dan wajahnya sudah merah. Alvin tersenyum melihat tingkah Keysha.

"Perasaan tadi aku belum minta apa-apa loh sayang. Kok udah main cium aja?" ucap Alvin. Ia berniat mengerjai Keysha yang wajahnya sudah semerah tomat.

"Ak... Aku... Udahlah gak tau lah." dengan cepat Keysha langsung berlari menaiki tangga menuju ke kamar Alvin.

"Baju kamu basah, sayang. Jangan lupa ganti baju atau mau aku yang gantiin?" teriak Alvin yang tidak disahut oleh Keysha. Keysha hanya menghentakkan kakinya kesal sekaligus malu. Alvin tertawa melihat tingkah Keysha. Ia merasa Keysha benar-benar orang yang istimewa baginya, Keysha selalu memberikan kejutan-kejutan tak terduga dengan tingkahnya yang diluar dugaan Alvin. Alvin berjanji tidak akan pernah melepaskan Keysha. Ia akan selalu mempertahankan Keysha disisinya.