1 PERTEMUAN PERTAMA

"Apa?!" tanya Kriss yang tengah berdiri didepan kaca. Dibelakangnya, Dev berdiri dan tersenyum padanya.

"Terimakasih untuk malam ini baby! sungguh kamu membuatku puas dan senang yang tidak kudapatkan dari wanita lain," ucapnya. Sekarang Dev maju selangkah dan memeluk Kriss dari belakang. Melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Kriss juga memandang Kriss dari cermin yang ada didepan mereka.

Kriss tersenyum dan menatap Dev dari cermin. Ia lalu meletakkan satu lipstik yang baru saja dikenakannya dan memegangi tangan Dev yang berada di perutnya.

"Sama-sama. Aku juga senang jika kamu puas Dev. Itu sudah pekerjaanku bukan?" sambung Kriss. Senyumnya mengembang yang terus bertatapan dengan Dev melewati cermin.

Perlahan, kedua tangan Dev meminta Kriss untuk dilepasnya dari genggaman tangan Kriss. Lalu, bergerak menuju ke bagian atas perut Kriss yang akhirnya sampai di bagian dada Kriss. Membelai dua benda yang menonjol disana dengan lembutnya. Menjadikan Kriss harus menahan semua rasa yang dirasakannya saat ini.

Meminta Kriss untuk berbalik badan, dan betapa senangnya Dev ketika Kriss langsung menuruti permintaanya meskipun kontrak mereka sudah selesai. Wajah indah yang berada tepat didepannya itu, segera Dev dekati hingga ujung hidung mereka bertemu. Bibir mereka saling berpagutan penuh hasrat dan saling mengekspos satu sama lain. Satu tangan Dev yang masih memegangi salah satu bukit di dada Kriss pun semakin kuat dengan permainannya sementara satu tangan lainnya, digunakannya untuk menjaga punggung Kriss agar tidak terjatuh ke lantai.

"Ah sayang, kamu menjadikanku harus meminta lebih lagi!" ucap Dev menghentikan bibirnya yang terus ingin mencium Kriss. Dan, hanya senyuman manis saja yang Kriss berikan. Seolah memberikan akses lebih pada Dev untuk melakukan apapun yang dia mau kepadanya tanpa harus menghitung jam kontrak mereka.

Dan tanpa menunggu apapun lagi, dev langsung menbopong tubuh kecil Kriss keatas ranjang lagi. Menindihnya dengan penuh nafsu. Kembali lagi menyatukan bibirnya dengan bibir Kriss yang ranum dan juga mulutnya yang tengah terbuka. Menjadikan Dev memiliki akses lebih luas lagi pada gadis itu.

Menghentikan aksi kissing panasnya itu, Dev lalu melepas semu pakaian yang dikenakan Kriss.Tidak peduli gadis itu akan menolaknya atau tidak. Yang dia tahu hanyalah hasratnya pada Kriss yang harus terpenuhi.

Bagian tubuh atas Kriss yang begitu indah, seolah menjadikan suguhan termewah bagi Dev. Membelai, menjilat dan bahkan menjadikan dua gundukan besar di dada Kriss sebagai santapan ternikmat yang akan menjadikan dirinya semakin kelaparan jika terus menikmatinya. Hingga dirinya tidak tahan karena masih mengenakan pakaiannya dengan utuh, ia akhirnya memutuskan untuk bangkit sejenak dan segera menanggalkan seluruh pakaiannya. Dan, demi apapun Kriss adalah pesanannya yang melayaninya dengan cara terbaik yang pernah Dev rasakan. Hingga dia perlupun, akan Kriss kontrak dengannya selama-lamanya.

***

"Sekarang aku harus benar-benar bersiap Dev, aku ada satu jadwal lagi dengan tuan Donald." Memakai pakaian yang telah berantakan, Kriss mengatakan itu pada Dev yang masih berada di tengah ranjang dengan tanpa busana apapun.

"Siapa dia?" tanya Dev langsung ketika mendengar perkataan Kriss.

"Dia CEO salah satu perusahaan besar di kota ini. Dia ada meeting dan serangkaian acara eksternal jadi, aku bertugas sebagai istrinya." Kriss sibuk merapikan pakaiannya setelah selesai memakainya semua. Dirasanya sudah rapi, ia lalu melangkah kearah cermin.

"Ooh," lirih Dev tanpa didengar Kriss yang telah mulai merapikan make up wajahnya didepan cermin. "Sudah pernah bertemu dia?" tanya Dev lagi.

"Belum. Aku hanya dikasih kontaknya saja. Mungkin dala waktu dekat dia akan segera menghubungiku."

"Sudah berapa lama kamu menjalankan pekerjaan seperti ini?" tanya Dev lagi.

Kali ini Kriss diam tidak menjawab pertanyaan Dev. Terus sibuk dengan kesibukan diwajahnya itu.

"Kriss?" panggilnya karena pertanyaannya tidak dijawab.

Kriss menghela nafasnya dalam."Kurasa aku kamu tidak perlu mengetahui urusanku sedetail itu Dev. Lagian, apa hubungannya denganmu bukan? Jadi, biarka saja aku urus semua yang menjadi urusanku tanpa harus ada pihak lain yang ikut campur. Masih baik pertanyaanmu tadi kujawab."

Kali ini Ren bingung dengan Kriss. Mengapa jadi menjawab dengan seperti itu? Apakah dia marah?

***

PRAKK!

Kriss begitu terkaget ketika baru saja membuka pintu rumanya. Gelas itu begitu saja dilempar tepat didepannya.

"Dari mana saja kamu Kriss! Paman nunggu kamu sejam yang lalu!" bentak Dani sedeti setelah membanting gelas itu didepan Kriss.

"Maaf paman," ucap Kriss lirih. Menekuk kepalanya karena takut pamannya itu akan menjadi-jadi.

"Nggak butuh maaf kamu! Mana hasil hari ini? Kamu kontrak sama miliarder itu kan?" tukasnya masih terkesan membentak. Menyodorkan telapak tangan kanannya didepan Kriss.

Sesegera mungkin Kriss meroggoh totebag yang dikenakannya lalu mengeluarkan sejumlah uang yang dia dapatkan dari Dev.

"Jangan ada sisa! Paman tahu kamu dapat kontrak lagi kan dua jam kedepan?!" bentak Dani melirik kedalam totebag Kriss yang masih menyisakan beberapa lembar uang.

Kriss menghela nafasnya dalam mendapati perlakuan pamannya itu. Ia tidak memperpanjang permasalahan ini karena semua sudah terlalu biasa baginya dan bukan lagi permasalahan besar untuk hidupnya.

"Sekarang bersihkan pecahan gelas ini, dan pergilah bersiap untuk jadwalmu nanti!" tukas Dani tegas lalu begitu saja berlalu meninggalkan Kriss yang mulai berjongkok dan membereskan bekas pecahan gelas sebelumnya.

Tidak ada perempuan yang tidak menangis etika diperlakukan seperti itu. Juga dengan Kriss. Meski hatinya sekuat baja sekalipun, ketika pamannya itu memperlakukan dirinya seperti itu, dia selalu menangis. Bagaimana tidak, jika Dani itu adalah orang tua satu-satunya yang Kriss miliki sepeninggal ayahnya beberapa bulan yang lalu? Air matanya tidak bisa terbendung saat membereskan pecahan gelas dilantai meskipun isakan itu juga sama sekali tidak akan menjadikan pamannya luluh. Bisa juga, dengan tangisan itu pamannya akan semakin marah dengannya seperti waktu-waktu yang lalu.

***

Tersenyum memandang dirinya sendiri yang telah terlihat sempurna dengan emua yang dipakainya, Kriss lalu menyambar tas yang tergeletak diatas kasurnya.Membuka pintu kamarnya dan terus berjalan menuju ke halaman rumahnya.

Dani mendapati keponakannya itu hendak berangkat untuk tugasnya. Tersenyum bangga dengan Kriss yang bisa diandalkannya disetiap waktu. "Jangan lupa minta yang banyak!" serunya ketika Kriss berjalan melewatinya.

Tidak membalas apapun, Kriss hanya menelan salivanya sulit dan kembali melanjutkan langkahnya.

Dani tidak marah dengan Kriss yang tidak menjawab ucapannya karena itu sudah menjadi hal rutin. Hal rutin yang selalu tidak Kriss jawab ketika Dani mengucapkan itu. Dan, tanpa Dani mengucap itupun pasti hasil Kriss tidak akan mengecewakan ketika pulang nanti. Keponakannya itu begitu handal untuk dijadikannya alat penghasil uang yang begitu instan selama ini.

***

"Heiy! Tolong...." Seorang wanita paruh baya berteriak ditengah jalan setelah sebuah mobil menabrak seorang wanita.

Mobil yang menabraknya barusan langsung berhenti dan sang pemilik keluar dengan wajah yang panik.

"Kriss?" ucap Dev ketika melihat siapa yang baru saja ditabraknya itu. Wajahnya semakin panik karena darah Kriss yang terus mengalir. Ia berusaha mengangkat tubuh Kriss dan membopongnya kedalam mobinya.

avataravatar