28 The Long Night Aldrich with Nora

"Aldrich. Jangan, kumohon," Nora memohon dengan tubuh bergetar, gadis itu mendorong keras dada Aldrich yang mengukungnya di atas ranjang, berusaha agar pria itu segera pergi dari tubuhnya.

"Ini yang kau inginkan 'kan wanita jalang? Hem?" Aldrich menyahut sinis, menatap Nora dengan amarah yang menggebu.

"Jadi selama ini kau kekurang belaian dari suamimu sampai kau ingin melakukannya dengan banyak pria."

Nora menggeleng-geleng keras, menolak perkataan Aldrich baru saja.

"Aku tidak seperti itu. Aku bahkan tidak mengerti dengan apa yang kau maksud."

"Kumohon Aldrich, menjauhlah dariku." Nora terus berujar lirih. Masih meletakkan kedua tangannya di dada pria itu, menjaga jarak aman.

Aldrich tertawa setengah sadar. Tersenyum miring, Aldrich menunduk pelan menatap Nora dengan tatapan intens.

Nora yang di tatap dengan cepat mengalihkan pandang. Bahkan di situasi-situasi seperti ini jantungnya malah berdegup kencang. Ia tidak pernah sedekat ini dengan Aldrich sebelumnya.

"Kau--" Tangan Aldrich terulur, mengelus pipi merah gadis itu yang tengah menahan tangis.

"Kenapa kau tidak pernah jujur padaku?"

"Aku tidak pernah bermain dengan pria lain di belakangmu. Aku bukan wanita seperti itu.

Aldrich mengangguk, lebih tepatnya mengejek perkataan Nora baru saja.

"Jadi apa yang ku lihat selama ini tidak benar?"

Nora mengangguk-angguk.

Aldrich menatap gadis itu dengan tatapan datar, "Selain mengkhianati kau juga membohongiku."

"Aku-- mpphh!" Nora menggeleng-gelengkan kepala, memberontak ketika Aldrich mencium paksa bibir mungilnya.

"Aku suamimu, jadi sudah seharusnya kita melakukan ini." Aldrich bergumam di sela-sela aktivitasnya.

Kali ini Nora tidak lagi mendengar perkataan Aldrich, gadis itu terus memberontak, melepas diri dari kukungan pria itu.

"No ... Please. Aku belum siap," lirih Nora dengan tubuh yang bergetar hebat.

Tak memperdulikan permohonan Nora, Aldrich kini mencumbu leher gadis itu.

Bibirnya bergerak ke bawah, menghisap kuat-kuat leher Nora. Seakan menyalurkan keinginannya yang selama ini terpendam.

Nora meringis, memegang kepala Aldrich. Berusaha menjauhkan bibir pria itu dari lehernya. Baginya apa yang di lakukan Aldrich benar-benar menyakitkan. Dia tidak suka kekerasan!

Aldrich menggeram, merasa terganggu pria itu meraih kedua tangan Nora dan meletakkan tangan gadis itu di atas kepala. Menahan tangan Nora dengan satu tangan hingga kini gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa selain terus memohon meminta Aldrich melepas dirinya.

Cumbuan Aldrich turun ke bawah, tanpa aba-aba Aldrich dengan cepat melepas pakaian Nora membuat gadis itu tersentak.

Nora menggigit bibir dalamnya, matanya berpaling ke arah lain merasa malu ketika Aldrich terus saja memperhatikan tubuhnya.

Aldrich terkekeh pelan, memberikan kecupan mesra di pipi kanan istrinya yang bahkan tidak pernah di lakukannya semenjak mereka menikah.

"Maaf," bisiknya lembut. Perkataan itu membuat Nora kembali menatap Aldrich, menuntut maksud dari perkataan suaminya itu.

Aldrich melanjutkan aktivitasnya, bibir merah pria itu kembali mencumbu dada Nora yang masih terbungkus penghalang.

Nora meringis tak menikmati perlakuan Aldrich. Gadis itu kini memejamkan mata pasrah karena yakin jika berontak akan terasa percuma. Aldrich sudah benar-benar mabuk dan pria itu tidak akan pernah berhenti melakukan apapun yang di inginkannya sampai keinginannya di tuntaskan.

Aldrich melepas penutup dada Nora, wajahnya menyeringai melihat kedua gunung kembar di hadapannya. Tidak terlalu besar seperti milik para jalang. Namun pas di tangannya.

"Apa ini juga pernah di sentuh orang lain?" tanya Aldrich dengan tangan kanan yang meremas dada gadis itu.

"Sudah ku bilang aku bukan wanita seperti itu!" Nora menyentak di sela-sela ia menahan desahan. Lama-lama ia malah terbuai dengan permainan suaminya.

Aldrich tidak lagi menjawab, ia menekan wajahnya menghisap puncak dada gadis itu.

"Aldrich ...." Lirih Nora merasa kesakitan.

Aldrich tidak mendengar lagi perkataan Nora, nafsu menguasai dirinya ketika melihat dada gadis itu. Aldrich meremas kasar dada Nora tidak sebaran.

"Oh shit!" Aldrich mengumpat kasar, tidak menyangka jika milik istrinya ternyata senikmat ini. Bahkan jauh berkali-kali lebih nikmat dari para jalang yang sudah di gagahnya, meski milik istrinya sedikit lebih kecil dari para jalang-jalang itu.

Puas mencumbu dada Nora, Aldrich kini menjauhkan tubuh, dengan cepat pria itu melepas pakaian yang di gunakan dan melemparnya asal. Tak lupa ia juga melepas gasper celana, menampakkan miliknya yang kini tanpa penghalang apapun.

Nora memanfaatkan kesempatan itu dengan berusaha turun dari atas ranjang.

"Aaaaa!" Nora berteriak sekeras mungkin ketika Aldrich malah lebih sigap meraih tubuh lemahnya kembali. Pria itu meletakkan Nora kembali ke atas ranjang dengan sedikit kasar.

"Jangan memberontak jika kau ingin aku melakukannya dengan lembut!" Suara keras menggema Aldrich dan teriakan minta tolong dari Nora tidak terdengar sampai keluar.

Salahkan saja kamar Aldrich yang ternyata di lengkapi dengan fasilitas kedap suara. Usaha Nora yang terus berteriak minta tolong dengan para pekerja mansion pun tidak akan membuahkan hasil.

"Aldrich ... Jangan." Bibir Nora bergetar kecil ketika mengatakan itu, meksi yakin jika malam ini ia akan berubah status menjadi seorang wanita dan bukan gadis lagi, Nora masih terus memohon agar Aldrich bisa membebaskannya.

Bukan ini yang Nora mau. Ia ingin melakukan ini tanpa adanya dasar pemaksaan dari salah satu belah pihak, terlebih ia tidak ingin melakukan hal ini jika Aldrich tidak mencintainya.

Ya, jika dulu sebelum menikah Aldrich mencintainya, maka sekarang Nora sudah benar-benar yakin jika Aldrich tidak lagi mencintainya.

Mata Nora yang sempat terpejam kini terbuka kembali ketika tidak merasa ada pergerakan apapun dari Aldrich. Deru napas hangat pria itu menyapu wajahnya.

Nora seketika menahan napas ketika Aldrich masih diam memperhatikan wajahnya.

Cukup lama memperhatikan wajah gadis itu. Aldrich menunduk pelan, meletakkan satu tangan besarnya di tengkuk Nora sebelum ciuman hangat Aldrich mendarat di keningnya.

"Aldrich ...." Nora berseru lirih, tangannya mencengkeram kuat punggung pria itu. Ini bukan efek dari kecupan Aldrich di keningnya.

Tapi sesuatu yang berusaha masuk di bawah sana membuat Nora kesakitan. Nora menatap sekilas ke bawah dan kembali mengangkat pandang ketika sadar jika Aldrich tengah memasukkan miliknya ke dalam milik Nora.

Terlalu banyak melamun tadi membuat Nora tidak sadar jika seluruh pakaian terlebih celana telah terlepas dari tubuhnya.

"Sakit ...." Nora meringis, matanya berkaca-kaca, bahkan tidak perduli jika saat ini ia menyakiti Aldrich dengan mencakar keras punggung pria itu.

Sesuatu yang ada di bawah sana benar-benar menyakiti dirinya.

"Jangan menangis. Aku tidak suka wanita cengeng," bisik Aldrich di telinga gadis itu. Nora menggangguk kecil mengiyakan perkataan Aldrich, pria itu benar, dia tidak boleh menangis jika tidak ingin Aldrich semakin membencinya.

Aldrich menghentikan sebentar pergerakan miliknya di bawah untuk menyesuaikan ketika milik pria itu telah masuk sepenuhnya ke dalam milik istrinya.

Aldrich menurunkan pandangan ke bawah ketika merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

Matanya mengerjab beberapa kali saat mengetahui miliknya di lumuri dengan darah.

Ternyata ....

"Kau--" Aldrich menghentikan ucapannya, masih menatap Nora dengan tatapan tidak percaya.

"Aku bukan wanita seperti yang kau ucapkan tadi. Aku tidak pernah di sentuh oleh pria lain." Lirih gadis itu dengan suara kecil.

Nora memejamkan mata, sekarang dia sudah bukan gadis lagi, keperawanan telah tiada. Tapi ia tetap bersyukur karena Aldrich, suaminya sendirilah yang telah mengambilnya.

Dia tidak seperti gadis-gadis lain di New York yang bahkan sudah tidak perawan di bawah umur tujuh belas tahun. Ya, negara ini benar-benar sangat bebas. Mendapatkan wanita perawan seperti Nora bahkan sangat sulit.

"Are you okay?" tanya Aldrich memastikan yang di balas dengan anggukan kepala kecil oleh Nora meski rasa senang yang membuncah menghampiri gadis itu. Ia tidak menyangka jika Aldrich ternyata masih memiliki rasa peduli padanya.

Ya, meski hanya sekarang saja.

Aldrich bahkan tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya.

Setelah memastikan gadis itu baik-baik saja Aldrich pun mulai menggerakkan tubuhnya dengan pelan meski lama-lama gerakan pria itu semakin cepat.

Desahan kini tidak bisa di tahan oleh Nora, gadis itu masih memeluk tubuh polos Aldrich yang mengkilap karena keringat.

Aldrich memejamkan mata, berpacu dalam keringat Aldrich benar-benar tidak menyangka jika milik istrinya senikmat ini.

Kini suara desahan dan geraman memenuhi ruangan kamar pengantin Aldrich dan Nora.

Aldrich menggeram keras dan menghentakkan miliknya dalam-dalam ke dalam milik Nora ketika telah mencapai puncak.

avataravatar
Next chapter