3 Pretending to be Okay

"Eunggh!" Nora melenguh kecil mendengar bunyi alarm yang terus-menerus berbunyi benar-benar mengganggu waktu tidurnya.

Ketika sadar jika saat ini pasti sedang menunjukkan pukul tujuh pagi Nora mau tidak mau terpaksa mematikan alarmnya dan bangun dari tidurnya, ia tidak ingin jika sampai Aldrich terlambat sarapan.

Gadis itu mengubah posisi tidurnya menjadi duduk, menyandarkan kepalanya di kepala ranjang dan berusaha mengerjap-ngerjapkan matanya, untuk mengumpulkan nyawa barang sejenak.

Setelah membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh detik untuk mengumpulkan nyawa, kini Nora langsung beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajah sejenak, setelahnya kembali berlalu ke dapur untuk membuatkan sarapan pagi untuk Aldrich.

Tidak sampai membutuhkan waktu hampir tiga puluh menit, kini lasagna buatan Nora sudah masak. Gadis itu pun keluar dari dapur, ia berjalan menaiki undakan tangga untuk pergi menuju kamar Aldrich.

Ia berniat membangunkan pria itu karena sedari tadi Aldrich masih belum bangun, dan jika tidak di bangunkan sekarang Aldrich akan terlambat datang ke kantor, ujung-ujungnya ia yang akan di marahi karena pernah sekali Aldrich terlambat bangun dan Nora takut jika harus membangunkan pria itu, tapi pada saat membuka mata, gadis itu malah di marahi habis-habisan oleh Aldrich karena terlambat melaksanakan meeting.

Nora menghentikan langkahnya ketika telah sampai tepat di depan punya kamar berwarna coklat muda. Tangan wanita itu terulur untuk membuka pintunya tanpa berani masuk ke dalam untuk membangunkannya karena Aldrich pernah melarangnya untuk memasuki kamar pria itu saat Aldrich sedang berada di dalam kamarnya oleh sebab itu Nora hanya berani untuk mengetuk pintu kamar saja.

"Aldrich bangunlah kau akan terlambat datang ke kantor." Nora sedikit menaikkkan intonasi suaranya agar Aldrich bisa segera bangun dari tidurnya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama pintu kamar terbuka, menampilkan wajah bantal Aldrich yang baru bangun dengan tubuh bagian atas yang di biarkan polos.

"Bersiap-siaplah, jika tidak kau akan terlambat. Aku juga sudah menyiapkan makanan di dapur." Nora tersenyum tipis setelah mengucapkan kalimat itu, gadis itu pun segera berlalu dari sana setelah mengucapkan kalimat itu.

Sedangkan Aldrich dengan cepat menutup pintu kamarnya dan langsung bersiap-siap.

***

Aldrich kini sudah bersiap-siap dengan menggunakan pakaian kantornya, pria itu berjalan keluar dari kamar sambil bertelepon dengan seseorang.

"Apa meetingnya akan di sekarang?"

"Tentu saja, cepatlah datang ke sini jika tidak kau akan segera mendapat kerugian besar!"

"Baiklah-baiklah aku akan segera datang ke sana. Tunggu aku lima belas menit saja."

"Itu terlalu lama, cepatlah datang ke sini. Jika tidak, mereka akan membatalkan pertemuannya bersama denganmu. Ini kesempatan besar Aldrich dan kau hanya akan mendapatkan ini sekali seumur hidup. Wanita yang akan menghadiri meeting bersamamu kali ini benar-benar tidak sabaran. Jika kau tidak datang segera maka ia akan langsung pergi tanpa mau bekerja sama denganmu untuk yang kedua kalinya."

"Berhentilah berbicara! Aku akan pergi sekarang!" sela Aldrich cepat dan langsung mematikan panggilannya. Sesampainya di dapur Aldrich meraih sepotong sandwich dan langsung berlalu dari hadapan Nora yang terus saja menatapnya dengan bingung.

Saat Aldrich hendak berlalu dari hadapannya untuk pergi, Nora dengan cepat berdiri dari duduknya dan menahan pergelangan tangan Aldrich.

Hal itu membuat Aldrich menghentikan langkahnya ia menatap datar tangannya yang sedang di genggam oleh tangan mungil istrinya. Merasa Aldrich kurang nyaman karena tangannya yang bersikap kurang aja, Nora dengan cepat langsung menjauhkan tangannya dan menatap Aldrich dengan wajah tidak enak.

"Maaf," gumamnya dengan raut yang benar-benar merasa bersalah.

Alis pria itu menukik tajam, "Apa yang ingin kau katakan." Aldrich berujar dengan nada tenang tapi mampu membuat bulu kuduk Nora merinding. Jika saja saat ini Nora tidak berusaha menguatkan diri, mungkin saat ini ia sudah terduduk di lantai dengan keadaan lemas.

Sungguh Aldrich benar-benar berbeda dari yang dulu, saat mereka masih belum menikah.

"A-pa kau tidak ingin makan lasagna terlebih dahulu?" tanya Nora dengan terbata-bata, melihat tatapan sinis dan tidak suka dari wajah Aldrich.

"Kau menahanku hanya untuk menyuruhku memakan masakanmu?" Aldrich balik bertanya dengan raut wajah tajamnya membuat nyali gadis itu seketika langsung ciut.

"Ma-af bukan itu maksudku, a-aku hanya in-"

"Aku masih memiliki banyak hal yang lebih penting selain memakan lasagna buatanmu itu. Cih! Jangan terlalu berharap! Sepertinya aku akan mencari istri baru setelah ini," gumamnya yang membuat dada Nora tiba-tiba berubah jadi sesak bagai di hujan beribu-ribu jarum.

Wanita itu menatap kepergian Aldrich dengan menggigit bibir dalamnya kuat-kuat. Ia mengepalkan kedua tangannya seolah menyalahkan dirinya sendiri. Ia benar-benar merutuki kebodohannya yang mencegah kepergian Aldrich hanya agar pria itu mau memakan makanannya.

Lihatlah apa yang terjadi sekarang, Aldrich bahkan sepertinya mungkin akan menceraikannya setelah ini. Nora berjalan dengan tertatih-tatih menuju kamarnya, tangannya memeras erat dadanya yang benar-benar terasa sakit.

Drrt ... Drtt ....

Dering ponsel yang terdengar menunjukkan adanya sebuah panggilan dari seseorang. Nora mempercepat langkah kakinya dan berlari menaiki tangga agar bisa segera tiba di kamarnya.

"Mom?" gumam Nora dengan nada heran ketika nama ibu mertuanya terpampang jelas di hadapannya.

Tanpa menunggu lama lagi, tangan Nora dengan cepat terulur untuk meraih ponsel dan menerima panggilannya.

"Hallo, Mom?" sapa Nora dengan suara lembutnya, gadis itu menunjukkan senyum manisnya meski yakin orang tua Aldrich tidak akan mendengar suaranya.

"Nora, bagaimana kabarmu sweetheart?" sapa Rossalia dari seberang sana.

"Aku baik Mom, bagaimana dengan kalian?"

"Kami baik, hanya saja umur kami semakin bertambah," ujarnya di iringi dengan kekehan kecil.

"Oh, iya, dimana Aldrich? Sedari tadi aku menghubunginya tapi ia belum mengangkat panggilannya."

"Dia sedang berada di kantor Mom, sepertinya ia benar-benar sibuk."

"Aku mengerti, suamimu itu benar-benar sangat pekerja keras hingga sampai lupa untuk pulang."

Nora tersenyum tipis.

"Sudah lama kalian tidak berkunjung ke sini. Mom benar-benar rindu dengan kalian."

"Aku akan berkunjung ke sana jika ada waktu, Mom. Tapi mungkin Aldrich tidak akan datang."

"Kenapa?"

"Dia benar-benar sibuk akhir-akhir ini dan mungkin tidak sempat berkunjung bersamaku."

"Ya ya ya, terserah kalian saja, tapi jangan pernah lupa untuk berkunjung kemari."

"Akan aku usahakan," gumam Nora lagi. "Daddy di mana?"

"Dia sedang bersih-bersih. Kalau begitu Mom putuskan panggilannya, Mom mau memasak jika tidak daddy-mu akan mengamuk karena tidak di beri makan."

"Baiklah, Mom." Nora terkekeh geli di sebelah telpon sebelum akhirnya panggilan pun sudah selesai tersambung.

Nora menghela napas panjang dan kembali meletakkan ponselnya di atas meja. Kali ini ia berbohong lagi. Entah sampai berapa lama ia akan terus berpura-pura baik-baik saja?

avataravatar
Next chapter