webnovel

My Bad Story

Gue bukan cewek yang mudah jatuh cinta lagi saat ini, trauma gue yang mendalam buat gue adalah pelajaran berharga bahwa status sosial dan status keluarga adalah hal penting dalam hubungan. Sejak bertemu Dion semua berubah awal berbunga-bunga hingga menjadi luka yang berujung Trauma. Kenapa gue gak pantes buat Dion?? Kenapa Trauma itu ada??

Santi_Kristia_s · Teen
Not enough ratings
5 Chs

Bab 4

Pagi-pagi gue udah di meja makan, gue sarapan nasi goreng buatan gue sambil nunggu echa selesai siap-siap.

"Kak ..gimana kerjaan di toko?" Adek gue nanya sambil merapikan riasannya dengan kaca kecil di tangannya.

"Di toko aman cha, cuma di luar toko ahhh...gak tau lah" gue inget kejadian itu lagi.

"Kenapa sihh?" Wajah echa mengerut lihat tingkah aneh gue.

"Gue jumpa sama kelurga dion lagi cha!!"

"Haa?? Laki gila itu?"

"Ia, gak cukup si dion aja sekarang gue harus lihat istri, anak, bapak , sama emaknya juga" gue pukul pelan sendok ke piring sambil manyun-manyun.

"Yaudah sih kak, mereka udah bahagia"

"Ia sih bahagia, tapi kenapa dunia sempit banget"

"Haha..makanya pergi jauh dari kota ini" echa tertawa sambil mengunyah nasi goreng di mulutnya.

"Udahh ahhh..buruan" gue berdiri dan menyuci piring bekas nasi goreng gue.

Selesai sarapan gue turun ke bawah duluan, sambil menunggu echa di mobil.

Gue dengar lagu-lagu di radio pagi itu.

Setelah mengantar Echa, gue melaju lagi di jalanan kota yang cukup ramai itu.

Sambil sesekali gue ikutan nyanyi dan memukul-mukul stir tanda girang.

"Pagi Dita" gue masuk dan gue sapa tu si kasir yang udah senyum manis ke arah gue.

"Pagi Ge"

"Haaa...gue malas banget kerja hari ini" gue jalan pelan sambil menyeret sepatu.

"Ada apa sih?" Dita datang trus senyum ke arah gue.

"Gue males, ehh lu udah jadi nonton?"

"Akhirnya...ayok nanti pulang kerja?" Dita bahagia banget.

"Ok.." gue senyum ke dita tanda kami setuju hari ini kami akan nonton.

Hari ini semua biasa aja, gue yang kerja malas-malasan lebih banyak duduk dari pada ngecek kualitas Roti di toko hari itu.

Sampai sore gue sedikit girang karna Gue bakalan pergi sama Dita buat nonton.

"Ehh...udah siap belum?" Gue nanya Ke dita yang masih sibuk sama make up nya walaupun belum mandi.

"Dihh.. apaan sih pake make up belum mandi..jorok lu"

"Ya gak apa- apa kali, gak ada yang tau jadi lu diam-diam aja kita semprot farfum yang banyak" dita menguyur semua badannya dengan farfum.

"Aduhh" gue menjauh gak kuat sama bau farfum Dita.

"Ayokk"  senyum dita di paksa.

Gak jauh perjalanan ke XXI itu, cukup dekat kami udah di parkiran sambil sesekali bercanda kami melangkah masuk.

Tiket udah di beli, hari ini gue bakalan nonton film bergenre horor kesukaan gue dan dita, jadi sambil nonton gue sama sahabat gue itu bisa teriak-teriak gak jelas.

Gue duduk sambil memainkan Hp di tangan gue, pintu Teaternya belum di buka jadi gue duduk di kursi yang gak jauh dari tempat gue sama dita bakalan nonton.

"Ge..ge..ge" dita mukul tangan gue.

"Aduhh..apa sih sakit tau" gerutu gue sambil mengelus tangan gue yang di pukul dita.

"Itu ge..cowok ganteng yang gue bilang"

"Cowok lagi" gue masih sibuk dan gak mau menoleh.

"Aduh...ganteng banget ge..lihat dong" dita menarik gue biar ngelihat cowok ganteng yang di maksud.

"Astaga!!" Gue terkejut.

"Kenapa? Lu kenal?" Dita nanya ke gue.

"Yang lu maksud yang mana?" Gue nanya karna ada dua laki-laki di sana.

"Yang baju hitam ge...tapi yang baju biru juga ganteng deh" dita senyum-senyum gak jelas.

"Aduhh...kenapa dia harus ke sini sih" gue komat-kamit sambil nutup muka biar ga di lihat laki-laki itu.

"Lu kenapa sih?? Aneh banget"

"Lu tau gak..itu yang baju biru laki-laki yang gue tabrak waktu di restoran" gue berbisik ke dita yang penasaran.

"Wahh...kacau kalau dia ngelihat lu, bisa di tuntut lu" dita tertawa sambil memukul pundak gue.

Dua orang itu menjauh membeli tiket dan cemilan, agak aneh sih..laki-laki nonton berdua aja, yang sering gue lihat laki-laki sama pasangan kenapa ini sejenis atau jangan-jangan mereka...

"Ge..mereka ke sini tu" 

"Aduhh..pindah yok" gue narik tangan Dita yang masih asik senyum ke arah dua laki-laki itu.

"Aduhh sini aja ge" gue di tarik balik.

"Mampuss gue" gue tutup tuh muka gue di meja, biar ga kelihatan sama laki-laki yang gue tabrak.

Meja gue deket banget ke dua orang itu, suaranya jelas gue dengar.

Gue masih sembunyi berharap film yang mau gue tonton cepat di putar.

"Ge...lu apaan sih muka di tutup gitu" dita colek-colek tangan gue.

"Udah..gak apa-apa" gue tetap gak mau buka tangan yang nutupin muka gue, kalau dia tau bisa bahaya kan.

"Haii "

Gue denger dita bilang haii..ke siapa? Gue gak bisa lihat.

Gue masih terus denger dan sesekali gue gerakin tangan gue meraba dita masih di tempat duduk atau gak.

Gue yang udah penasaran coba lirik sedikit sambil terus nutup muka gue pake tangan.

"Astaga ditaa..gilak tu anak" dita udah di meja samping gue, dia udah duduk di dekat laki-laki itu.

"Ge sini deh" gue dengar suara dita manggil gue.

"Ahh..gue ke toilet dulu" gue gak noleh ke arah mereka gue cuma bergerak pelan sambil melangkah kecil.

"Mau kemana sih ..sini" tangan gue di trik dita.

"Ehhh..ehh..gue mauu"

"Sini dulu"

Jlebb..gue di dudukin di dekat laki-laki yang gue tabrak tempo hari.

Rasanya gue mau menghilang atau apalah biar ga ada situasi itu.

"H..aaii" gue angkat tangan sambi senyum pahit.

"Mm..lu bukannya?"

"Hee....maaf soal waktu itu" gue kikuk banget, malu.

"Haha..jadi dari tadi lu tiduran di meja gara-gara lu lihat gue?" Laki-laki itu sok tau, tapi emang benar sih.

"Hehehe" gue cuma nunjukin gigi putih gue.

"Haii..gue Rai" senyum laki-laki berbaju hitam itu.

"GEA.." senyum gue asem.

"Gue Evan" laki-laki berbaju biru itu senyum ke gue.

"Hai" gue masih kikuk dengan suasana yang di ciptakan Dita.

"Maaf..teman gue rada malu orang nya." Dita tertawa.

Gue cuma ngelihat sinis ke dita, rasanya gue pengen nendang tu anak sampe pingsan.

Mereka masih cerita, gue pura-pura sibuk sama Hp gue, padahal gue cuma scroll atas bawah sambil baca-baca hal gak penting sesekali.

"Ahh..ayok tuh pintu udah di buka" gue cepat-cepat berdiri sambil mengambil popcorn di meja sebelah.

"Dita bareng aja sama mereka"

"Haa?" Harapan gue sirna, bayangan gue setelah pintu di buka gue gak bakalan jumpa sama orang-orang itu.

"Ia bareng aja Gea..kami juga nonton film yang sama" Rai senyum ke arah gue yang nampak putus asa.

Gue jalan pelan masuk ke ruangan itu, gue cari tempat duduk yang udah tertulis di tiket.

Untunglah, mereka duduk sedikit jauh dari gue dan Gita.

"Haaa lega" gue membuang nafas panjang.

"Lu kenapa?"

"Ahh..parah lu, nanti lu pulang sendiri,"

"Apa sih ge??" Wajah dita heran.

"Lu ngapain bawa-bawa gue ke mereka? Lu tau gue gak suka dekat sama cowok"

"Udah-udah..gak selamanya lu bisa gitu, lu harus pacaran dan menikah sama cowok ge" wajah dita serius.

"Ahh..apaan sih, tuhh filmnya dah mulai" gue mukul pelan pipi dita ke arah layar.

Sepanjang film gue sama dita teriak-teriak puas, seperti biasa gue bakalan ngeluarin semua amarah gue waktu ninton film apa lagi horor.

Gue gak perduli orang-orang di samping kiri, kanan, depan, belakang gue.

"Haaa..kerenn bangett dit" gue rasanya puas sama film horor itu.

"Ia..keren abiss" dita tertawa.

"Yok..kita makan dulu" gue narik tangan dita biar jalannya cepat.

"Sabar dong ge"

"Buruan nanti mereka ikut lagi"

"Biarin aja kali..biar rame" dita menarik tangan gue.

"Udah ahkk ayokk..." gue narik lagi.

Gue bawa tu si dita keluar dari bioskop, gue lihat kiri kanan apa ada restoran di sekitar situ.

"Kenapa buru-buru?"

"Tau nih gea" dita berhenti dan menjawab Evan.

"Mau makan dulu?" Rai bertanya.

"Gue gak jadi makan, gue balik duluan aja ya" gue senyum ke arah oarang-orang itu.

"Ge..kok lu gitu?"

"Mm..udah jam 9 nih, kasihan adek gue sendirian"

"Ahkk.gak asik lu"

"Dahh...oh ya tolong nanti antar Dita ya" pesan gue ke dua laki-laki itu.

"Yakin ga makan dulu?" Tanya Rai lagi.

"Gue makam di rumah aja" senyum gue.

Langkah gue santai, berakhir penderitaan malam ini.

Gue gak suka terlalu dekat dengan laki-laki, gue takut hal buruk bakalan gue rasa lagi.

Gue gak mau trauma gue semakin parah.

"Haaa...leganya sendiri".

Jalanan malam itu sedikit sepi, mungkin orang-orang sudah di rumah nya karna seharian bekerja.