webnovel

Percikan

Max keluar dari kamar nya setelah memakai baju, ia belum melihat Rubbi keluar dari walk-in closet milik nya, tapi Max tidak mau ambil pusing. Ia melangkah menuju ruang makan dimana keluarganya sudah menunggu, di rumag kakek nya ini Max lah cucu tersayang kakek nya. 

Semenjak kematian kedua orang tuanya Max memang tinggal dengan kakek nya dan berusaha membantu menjalankan perusahaan yang ditinggalkan mendiang ayahnya. 

"Mana Rubbi? Kau tidak seharusnya mengajaknya kekamar sesiang ini, dia pasti lelah." Ucapan kakek nya itu sukses mengundang tawa seisi ruangan itu.

Tapi hanya satu yang perlu kalian tahu, tidak pernah ada tawa yang tulus dari keluarganya kecuali kakek yang lain nya hanya formalitas.

"Dia sangat cantik, Max." Ucap bibi Anabele. Max hanya tersenyum tipis menanggapinya membuat suasana sedikit canggung. Pasalnya ia tahu siapa bibi nya itu, wanita penjilat yang haus harta.

Suara langkah mengalihkan mereka dari suasana canggung yang sempat terasa di meja makan itu. Terlihat Rubbi yang baru saja turun dengan baju yang sudah berganti dengan  kemeja kebesaran milik Max dan celana jeans panjang yang membalut kakinya.

"Maaf lama manunggu, tadi Max..." Ujarnya dengan senyum malu yang membuat wajahnya memerah. Dalam hati Rubbi terus mengutuk Max yang masih fokus pada ponsel di tanganya. 

"Kami memahami itu, kalian kan baru saja menikah." Ucap kakek.

Rubbi memandang kearah bangku kosong yang tersisa, jarak nya lebih jauh dari Max tapi dekat dengan seorang wanita muda yang sejak tadi melihatnya dengan wajah terpukau.

*Jangan bilang dia penyuka wanita, astaga!* Rubbi membatin.

"Hai, silahkan duduk di sini, apa kau seorang model?" Tanya gadis muda itu penuh minat.

"Terima kasih, oh bukan aku bekerja di perusahaan." Jawab Rubbi sedikit canggung.

"Wah aku berpikir kau seorang model, badan mu sangat bagus dan wajahmu juga terlihat sangat cantik dan seksi." Rubbi tersedak air liurnya sendiri. Ia menggeser sedikit bangku nya menjauh.

"Ah kau berlebihan, aku tidak seperti itu." Balas Rubbi.

"Aku seorang desainer pakaian di negara ini, apa kau mau menjadi model pakaian musim panas ku bulan ini?" Tawarnya yang membuat Rubbi terkejut dan juga senang.

Bagai mana tidak senang, menjadi model adalah salah satu dari cita-citanya yang tidak tersampaikan karena harus mengurus kantor. 

"Tentu! Kapan pun kau butuh model aku bersedia." Jawab Rubbi.

Max yang mendengar itu hanya bisa diam, bagai mana pun ia harus terlihat sangat mencintai Rubbi. Ia menatap Rubbi penuh peringatan namun Rubbi justru tidak merasa di amati oleh Max saking senangnya.

Makan siang itu berjalan sambil diiringi oleh obrolan seputar pernikahan Max dan Rubbi yang sukses membuat keduanya beberapa kali tersedak, terutama saat membahas soal calon penerus. Sial nya hal itu terus di bahas sampai akhir.

***

Pukul tiga  siang mereka memilih pulang. Di perjalanan Max selalu berbicara sengan Jay yang menjadi sopir mereka. Rubbi mati-matian menahan mual di perutnya saat Jay memegang bahu Max mencoba menenangkan pasangan nya itu yang sedang mendapat masalah di kantornya.

"Ehm!! Oh disini panas sekali padahal sudah menggunakan AC." Sindir Rubbi yang membuat Jay meliriknya lalu tersenyum.

"Mungkin karena ini musim panas, mau aku naikan suhu AC nya nona ?" Tanya Jay dengan nada yang terdengar meledek.

"Tidak perlu, cukup kau fokus saja mengemudi dan segeralah sampai!" Seru Rubbi sebal.

"Jangan membuat ulah, aku tahu kau sedang mengganggu interaksi kami." Kini Max angkat bicara. Tanpa menutup-nutupi hubungan mereka membuat Rubbi semakin muak saja.

Bisa kalian bayangkan, kalian dikelilingi pria-pria berwajah tampan bertubuh seksi bak dewa yunani. Tapi sayang nya mereka saling menyukai, dan bukan menyukai ku. Pada akhirnya Rubbi tetap diam disana sendiri, membiarkan pemandangan-pemandangan tidak lazim melintas di matanya.

"Astaga!!! Kalian bisa tidak sih nanti saja bermesraannya disini masih ada orang." Seru Rubbi keras. Max berdecak, ia semakin ingin membuang Rubbi ke jalan saja.

***

Perjalanan berakhir hingga sampai dengan Max dan Rubbi yang saling diam menatap keluar kaca mobil. Jay yang melihat itu hanya bisa memutar matanya jengah, menurutnya Rubbi sedikit mempengaruhi Max.

Rubbi turun terlebih dahulu saat mobil tepat berhenti di depan pintu utama mansion itu, lalu menutup pintu nya dengan keras.

"Hei!! Shit man!! Kau lihat tingkah nya itu, dia sangat menyebalkan." Seru Max. Jay hanya menatap Max diam, reaksi Max sangat berbeda dari biasanya dia lebih peduli dengan segala tindakan yang Rubbi lakukan dan itu sukses membuat Jay menjadi sedikit terabaikan.

Max turun begitu saja meninggalkan Jay, ia berjalan mengejar Rubbi yang berjalan memasuki Mansion itu dengan kaki yang di hentak-hentakan. Max yang geram melihat tingkah gadis itu yang membuat suara gaduh dengan sepatu lancipnya itu langsung menarik lengan Rubbi hingga mereka bertatapan.

Rubbi yang awalnya terkejut berubah senang saat ia melihat Jay yang berdiri di belakang mereka. Perlahan Rubbi meletakan tangan nya di bahu Max, menatap nya dengan penuh minat.

"Apa kau mau sesuatu dariku?" Ujar Rubbi sambil menggigit bibirnya sensual.

"Aku ingin kau menjauh dari ku dan hentikan tingkah bodohmu dengan sepatu runcingmu itu, yang mungkin akan membuat lantai rumahku lecet." Ujar Max dengan datar lalu menepis lengan Rubbi kasar.

Jay yang melihat kejadian itu tersenyum menang, ia juga menggeleng pelan saat tatapan matanya bertemu dangan Rubbi. Rubbi yang melihat itu hanya bisa mengepalkan tanga keras. 

"Kau!! Keterlaluan!!" Serunya sebelum pergi menjauh dari Max, menaiki anak tangga dengan cepat agar cepat bisa menciptakan jarak sejauh mungkin dengan kedua pria itu.