webnovel

Mushoku Tensei: Peerless Otherworlder

Dikehidupan pertamanya, dia adalah sosok murid jenius dan berbakat di olahraga. Namun, hidupnya harus berakhir ketika menyelamatkan anak kecil yang hampir tertabrak oleh kereta. Dikehidupan keduanya, dia dikenal sebagai guru besar dari sebuah perguruan ilmu bela diri. Pencapaiannya di kehidupan ini adalah ketika ia berhasil membuat ilmu bela diri yang dikatakan sebagai salah satu ilmu bela diri terkuat dan dengan itu, dirinya bersama murid muridnya membuat kekacauan disemua wilayah hingga disatu titik, ia berhasil menguasai seperempat dunia. Sayangnya, hidupnya harus berakhir ketika ia sedang bertarung dengan muridnya sendiri yang memberontak terhadapnya. Ketika lelaki ini menghembuskan nafas terakhir sambil memejamkan matanya. Dan dalam sekejap, dirinya kini berada disebuah tempat yang asing. Pertanda apalagi ini? ============================ Saya tidak memiliki apa-apa selain ceritanya, dan Mushoku Tensei dan setiap media lain milik pemiliknya yang terhormat. Dan bila kalian suka dengan ceritanya, kalian bisa mengapresiasi saya dengan memberi Power Stone.

Ciryse · Anime & Comics
Not enough ratings
19 Chs

Prolog: Pengkhianatan <1>

Disebuah padang rumput yang terhampar luas dan dikelilingi gunung gunung yang menjulang tinggi hingga puncaknya menembus langit, terlihat sesosok lelaki berumur 50 tahun yang saat ini berhadapan dengan 5 anak muda dengan senjata yang mereka miliki.

"Hmm, jadi ini balasan atas semua kebaikan yang kuperbuat kepada kalian, dengan memberontak terhadapku ?" Ucap lelaki tua dengan nada suara yang tenang. Tetapi, siapapun yang mendengarnya akan tahu jika lelaki tua ini sedang menahan amarahnya lewat pertanyaannya.

"Hah, mau mati saja banyak bertanya !" Sahut salah satu anak muda berambut merah. Terlihat raut kesal di wajahnya ketika mendengar pertanyaan lelaki tua yang dahulu ia anggap sebagai guru besar.

"Apa kalian yakin akan melakukan ini ? akan kumaafkan jika kalian mengakui kesalahan kalian ini." Ucap lelaki tua. Kali ini dirinya tersenyum…layaknya senyuman seorang ayah yang menunggu anaknya mengakui kesalahannya dan berani meminta maaf.

Ketika lelaki tua ini mengucapkan kalimat itu, beberapa anak muda dihadapannya dipenuhi rasa waswas dan perasaan bersalah. Beberapa dari mereka ada yang perlahan goyah dan beberapa yang lain menjadi tidak yakin apa yang mereka lakukan saat ini adalah sesuatu yang benar ataupun sebaliknya.

"Apa yang kalian lakukan?! Kita kan sudah berjanji kalau kita akan menghabisinya !" Sahut anak muda berambut panjang hitam sambil menghunuskan tombaknya kearah lelaki tua didepannya.

"Ah, <<Cloud Severing Spear>> tombak pahlawan dari timur ketika dirinya berhasil mengalahkan penguasa tirani di sebuah kesultanan Münir, sudah lama sekali kulihatnya" Ucap lelaki tua, mengenali salah satu senjata yang dimiliki oleh salah satu muridnya.

Cloud Severing Spear adalah sebuah tombak yang ujungnya bergelombang dan terdapat ukiran awan ini merupakan salah satu tombak legenda, selain itu, bagian pedang tombaknya berwarna abu abu kehitaman dan logamnya inipun juga bukan berasal dari dunia ini, ketajamannya pun mengalahkan senjata yang ditempa oleh blacksmith blacksmith ternama. Dikatakan tombak ini jatuh dan melubangi langit itu sendiri ketika pahlawan dari timur yang pada saat itu masihlah seorang budak dari seorang pemilik tambang emas yang kejam.

"Ingatlah perkataan 'orang itu' ! ini adalah jalan satu satunya agar dunia ini damai." Lanjut anak muda berambut merah ikut menghunuskan pedangnya sambal meyakinkan yang lain.

Ahh, jadi mereka berhasil terbujuk oleh orang itu ya…'ucap lelaki tua itu dalam hati, dan laki laki yang dimaksudnya adalah pemimpin dari sebuah klan yang mereka invasi beberapa waktu yang lalu. Laki laki ini memang tidak terlalu kuat dalam hal bertarung, tetapi kemampuannya dalam menyiasati sesuatu itu yang sangat berbahaya. Lelaki tua ini tak menyangka jika muridnya sendiri terpengaruh oleh ucapan laki laki itu.

"Demi dunia yang damai!" Sahut salah satu anak muda yang awalnya ragu dengan pilihannya untuk memberontak, namun kini dia sudah membulatkan tekad untuk memberontak terhadap guru besarnya sendiri dan tak lama setelahnya, anak muda lainnya yang dalam situasi yang sama sepertinya pun juga membulatkan tekad mereka untuk melawan orang yang sama.

"Jadi, itu jawaban kalian ya." Balas lelaki tua dengan raut wajah sedih.

"Ayo semua serang dia !" Sahut anak muda berambut merah sambal berlari kearah lelaki tua dengan pedang terhunus, yang kemudian diikuti oleh anak muda yang lainnya, melaju kearah lelaki tua dihadapannya.

"Kemarilah." Sahut lelaki tua sambil mengepalkan tangan kanannya, bersiap menghadapi muridnya yang memberontak dihadapannya.

BOOM!

Serangan anak muda berambut merah terhadap lelaki tua itu menandakan pertarungan antara murid dan guru dimulai.

"Ayo semua menyebar ! Serang dia dari segala arah ! selagi salah satu tangannya sedang menahan seranganku !" Perintah anak muda berambut merah kepada yang lain. Dan dalam sekejap, 4 anak muda itu menyebar lalu mengelilingi lelaki tua itu.

"Kita serang bersama sama !" Ucap anak muda berambut pirang, memberi aba aba kepada yang lain. "Ayo sekarang !" Sahutnya.

Woosh !

Keempat anak muda itu, melaju kearah lelaki tua itu dengan senjata masing masing terhunus kearahnya. Setiap anak memegang salah satu senjata yang dipakai oleh para pahlawan dari seluruh penjuru dunia.

"[[[[Scarlet Annihilation !]]]]"

'Hm, Scarlet Annihilation ya? .' Sahut lelaki tua itu dalam hati menyadari serangan muridnya. Dia mengetahui bahwa teknik itu bukan teknik yang ia ajarkan kemuridnya. 'Kemungkinan besar, orang itu yang mengajarkannya kepada muridku.' Lanjut gumamnya sambil memfokuskan sebagian inner ki didalam tubuhnya ke tangannya yang lain.

"[Divine Naraka, Superior Blaze Surge]"

Wooosh!!!

Di tangan kirinya kini muncul Ki yang berputar amat kencang. Dan dalam sekejap Ki yang ditangannya menghasilkan gelombang panas dan ledakan secara bersamaan.

BOOM!!

Superior Blaze Surge, salah satu skill dari '15 skills of Divine Naraka Techniques' dimana penggunanya mengeluarkan gelombang panas yang berasal dari inner ki nya dan diikuti oleh ledakan amat besar yang akan menelan apa saja yang berada di jangkauannya. Skill ini cukup membahayakan penggunanya apabila penggunanya tidak mampu membuat ki barrier yang mampu menahan gelombang panas dan ledakan destruktif dari skill itu. Jika penggunanya tidak sanggup membuat ki barrier tersebut, maka dirinya akan terbunuh oleh skill nya sendiri.

"Semuanya menghindar !"Teriak anak muda berambut merah yang baru saja menyadari dan dengan cepat menjauh dari lelaki tua.

Sayangnya, karena anak muda berambut merah itu terlambat memperingati yang lain, 2 anak muda yang terlanjur melaju kencang dengan mendahului yang lain kearah lelaki tua itu, dalam sekejap termakan oleh ledakan skill dan seketika menjadi abu, bersamaan dengan senjata legendaris yang mereka miliki. Sedangkan 2 anak muda yang dibelakangnya selamat karena jarak mereka dengan teman mereka yang tewas terbilang cukup jauh.

Melihat kedua temannya meninggal didepan matanya, anak muda berambut merah ini hanya bisa terdiam membatu. Saat ini, emosi sedih, kesal, murka bercampuraduk dalam dirinya. Sedih karena harus kehilangan teman seperguruan, kesal karena ia telat memperingati yang lain akan serangan gurunya yang mematikan, dan murka karena temannya harus kehilangan nyawa mereka ditangan gurunya sendiri.

"Padahal…kita berjanji, akan pergi makan bersama setelah semua ini berakhir kan ?"Ucap anak muda berambut merah sambil mengingat janji yang mereka buat sebelum bertarung melawan guru mereka sendiri. Terlihat beberapa air mata menetes darinya.

"Gak kusangka, satu serangannya bisa sedestruktif ini !" Sahut anak perempuan berambut panjang kecoklatan cemas melihat kawah luas yang terbentuk dan mengelilingi gurunya setelah sang guru mengeluarkan salah satu teknik Divine Naraka yaitu [Superior Blaze Surge].

"Bagaimana dia masih sekuat ini?!"Lanjut anak muda berambut panjang orange tidak percaya.

Mereka bertiga tahu seberapa kuat gurunya, tapi lewat serangannya barusan, mereka salah besar. Kekuatan gurunya melampaui apa yang mereka kira. Gurunya memanglah sebuah monster yang terus berkembang seiring waktu dan harus segera dihabisi sebelum terlambat.

Kini, dipadang rumput yang luas ini tersisa 4 orang, yaitu si lelaki tua, anak muda berambut merah dan 2 temannya.

Melihat situasi ini, lelaki tua hanya bisa menghela nafasnya. 'Gak kusangka, aku baru saja menghabisi 2 murid kesayanganku sendiri…' kecewanya dalam hati. Bagaimana tidak? Ia merasa gagal mendidik muridnya sendiri bahkan ia harus menghadapi mereka yang memberontak terhadapnya. Ia terus berfikir, dibagian mana ia salah mendidik hingga murid muridnya menjadi seperti ini? Apa dirinya terlalu keras dalam mendidik mereka atau sebaliknya?

"Apa kalian menyesal karena telah memilih pilihan ini?" Tanya lelaki tua kepada murid murid dihadapannya.

"Tidak, kami bertambah yakin, bahwa ini adalah pilihan yang tepat. Monster sepertimu memang harus dibasmi sebelum terlambat."Jawab anak muda berambut panjang orange yang dibenarkan oleh yang lain.

"Kalau begitu, majulah. Akan kuberikan neraka yang kalian inginkan."Balasnya. Ia tahu, sudah tidak ada jalan lain selain menghabisi mereka. Meskipun semisalnya mereka meminta ampun dan dirinya mengampuni mereka, itu hanya memberi waktu untuk mereka berlatih lebih kuat untuk membunuhnya.

*Dash!

Dalam sekejap, ketiga anak muda tersebut melaju kencang kearah lelaki tua dengan kecepatan yang lebih cepat dari sebelumnya, hingga membuat lelaki tua terkejut sesaat.

"Cepat, gunakan kemampuan senjata legenda masing masing, atau kita akan habis!" Sahut anak muda berambut merah.

"Baik!!"Sahut yang lain sambil menghunuskan senjata mereka kearah lelaki tua dihadapannya. Kemudian, mereka merapal suatu kalimat dalam bahasa lain, terlihat juga senjata keempat anak muda itu bereaksi ditandai dengan cahaya yang muncul di ukiran ukiran senjata mereka.

"Wahai tombak dewa petir, keluarkan kekuatanmu [Javelin Impaler]!" Ucap anak muda berambut merah sambil menombaki musuh didepannya. Terlihat kini senjatanya diselimuti aura dan percikan listrik berwarna keemasan.

"Terselimutilah dengan energi alam, hancurkan apapun yang berada dihadapanku[Elemental Slash]!" Ucap anak muda berambut panjang orange yang diikuti oleh tebasan kuat kearah lelaki tua didepannya.

"Munculah, wahai panah penghancur, binasakanlah atas izinku[Blood Arrow]!"Ucap anak perempuan berambut coklat panjang sambil mengarahkan senjatanya ke lelaki tua. Terlihat 5 anak panah berwarna merah pekat muncul dan melayang di sekitar anak perempuan tersebut kemudian, melaju dengan kencang kearah lelaki tua.

'Witchcraft? Jadi, rahasia mengapa senjata pahlawan berbeda dari yang lain adalah karena ada ilmu witchcraft yang bersemayam.'Gumam lelaki tua dengan raut wajah masih terkejut. Bagaimana tidak, witchcraft merupakan teknik yang sudah musnah 300 tahun yang lalu. Dan kini, ia diberi kesempatan untuk menghadapi suatu teknik yang sudah musnah ratusan tahun lalu.

"Gak kusangka aku akan menghadapi teknik yang hanya muncul di buku kuno."Seringai lelaki tua, adrenalin dan rasa senang entah mengapa menyelimutinya. "Kalau begitu, makan ini [Divine Naraka, Fallen Meteor Firestrike]" Lanjutnya memfokuskan Ki nya ke kedua tangannya yang diikuti oleh pukulan beruntun dengan kecepatan tinggi hingga setiap pukulannya menghasilkan api biru yang menyelimuti serangannya.

BOOM

Ketika serangan mereka mengenai satu sama lain dan beradu, ledakan besar pun terbentuk, menanggapi ini, lelaki tua pun memfokuskan Ki yang tersisa didalam tubuhnya untuk melindungi dirinya.

Bagian satu dari Prolog. Kalau ada masukan, silahkan dikomentar :)

Cirysecreators' thoughts