webnovel

Ch. 12 : Berlatih Kemampuan baru

Rudeus POV ~

Malam hari, aku berlatih kemampuan baruku yaitu "Telekinesis".

Sejujurnya, kemampuan ini agak sulit untuk digunakan karena membutuhkan konsentrasi tinggi untuk menggunakannya. Memang ada beberapa kemampuanku yang menggunakan cara yang sama, namun Telekinesis harus benar-benar fokus.

Aku tidak boleh terganggu oleh hal-hal lain, contohnya desahan Zenith dimalam hari ini.

Oke, lupakan hal itu. Aku serius.

Kemampuan ini mampu mengendalikan objek berupa benda maupun Elemen contohnya Air atau Api, tapi untuk mengendalikan suatu Elemen membutuhkan konsentrasi yang jauh lebih besar lagi.

Kemampuan ini sangat cocok seseorang yang sangat malas untuk bergerak, karena bisa mengambil benda dari kejauhan. Itulah yang kucoba saat ini.

Aku mencoba mengambil Lilin dimeja di depanku.

Aku membayangkan serta berkonsentrasi sampai ke titik dimana aku dapat mendengar detak jantungku dengan sangat-sangat jelas.

Mengatur nafas juga penting, karena ada beberapa orang dalam keadaan konsentrasi penuh tiba-tiba mengalami kesulitan ketika bernafas.

Aku merasakan sesuatu di tanganku seolah aku sedang menggenggam benda. Tanpa basa-basi aku segera mengambilnya dan menariknya ke arahku.

Naluriku bereaksi, aku langsung membuka matan dan melihat lilin yang menyala terbang ke arahku!

Oy, yang benar saja!

Aku melompat dan menghindari lilin tersebut, tapi sayang api dengan cepat membakar kasur kesayanganku.

Aku membayangkan Air dan muncullah sejumlah Air yang kuarahkan Ke kasurku.

Api langsung padam, membuatku merasa lega.

Hampir saja diriku yang bodoh ini membakar rumah. Aku harus lebih berhati-hati saat bermain Api, atau Api itu akan memberiku masalah.

Tapi.. kemampuan ini lumayan berguna dimasa depan. Tidak! Kemampuan ini sangat berguna! Baik dalam peperangan maupun kehidupan sehari-hari.

Aku harus berterima kasih pada suara itu karena telah menyarankan kemampuan ini padaku. Tapi meskipun begitu, suara misterius itu tetap mengganggu pikiranku walau aku mencoba melupakannya.

Yah, mau bagaimana lagi, ini sepertinya sudah ditakdirkan. Lagipula, Dewa itu juga pernah mengatakan bahwa takdir MC di dunia ini sangat malang dan buruk, jadi apapun situasinya, aku harus siap menghadapinya.

Aku harus tidur, biar Bunshin saja yang mengurus latihannya. Sebagai Bos, tentunya aku mendapatkan hak untuk bisa istirahat lebih banyak dari bawahanku.. Meskipun ujung-ujungnya efek sampingnya mengarah kepadaku

---

POV Orang Ketiga~

Somal, Ivan dan Jow berlatih keras di bawah bimbingan Rudeus saat ini. Tubuh mereka penuh keringat, tapi mata mereka mengatakan sebaliknya, mereka masih bersemangat dan ingin terus menjadi kuat.

Rudeus hanya mengamati ketiganya, bersama dengan Sylphette di sampingnya yang juga sedang belajar Sihir. Mereka semua sekarang berteman, tapi Somal dan kedua temannya itu tetap beranggapan bahwa mereka adalah bawahan Rudeus.

Dirinya sudah terbiasa dengan perlakuan ketiga bocah itu, jadi dia dapat memakluminya. Tapi Sylphette... Dia juga ikut-ikutan ingin menjadi bawahannya, yang membuatnya mendesah lelah.

Karena Sylph adalah seorang gadis, dia tidak menyetujuinya dan lebih memilih Sylph menjadi Sahabatnya. Dengan senang hati Sylph menerimanya sebagai Sahabatnya.

Lalu, Sylph memohon agar Rudeus mengajarkannya cara menggunakan Sihir. Dia tanpa ragu-ragu mengajar Sylph cara menggunakan Sihir dan menjelaskan dasar-dasar tentang Sihir.

Rudeus tersenyum memandang pemandangan ini, dirinya juga sudah lama tidak merasakan Persahabatan.. atau belum? Jujur saja, sebenarnya dia sama sekali tidak memiliki teman satupun di kehidupan pertamanya, karena dia selalu fokus dengan tujuannya.

Dia sekarang merasa kasihan dengan dirinya yang dulu karena sama sekali tidak mempunyai teman satupun.

"Oke, cukup! Hentikan kalian bertiga. Latihan kalian sudah selesai. Tubuh kalian sebentar lagi akan sampai pada batasnya. Bisa repot aku jika kalian pegal-pegal dan terus mengeluh kepadaku."

Mendengar sedikit ejekan dari Rudeus, membuat mereka bertiga agak kesal dan bergaya serta memamerkan otot kecil mereka. Mata mereka semakin memancarkan aura semangat tinggi.

Rudeus mendesah, lalu dia dengan lembut menyentuh area punggung Ivan dan seketika Ivan tumbang kesakitan sampai berguling-guling di tanah dengan ekspresi tak terhankan.

"Arhhggg!! Sakit! Apa-apaan ini?! Aakakakakk!!!"

"Itulah batas yang kumaksud. Aku adalah atasan kalian sekaligus Guru kalian. Jika kukatan berhenti ya berhenti, jangan malah sok keren di depanku." Kata Rudeus.

Somal dan Jow memandang Ivan dengan tatapan ngeri, mereka bertanya-tanya di dalam pikiran mereka, apakah sesakit itu?

"Ingat ini. Manusia dilahirkan dalam keadaan yang lebih lemah dari Ras lainnya, bahkan rata-rata Manusia tidak mampu untuk melewati batasan mereka sehingga kekuatan mereka mentok sampai situ saja. Jadi pertanyaannya, bagaianan caranya melewati batasan tersebut?"

"Berlatih?" Jawab Jow dengan nada tak yakin.

"Tepat. Bukan latihan biasa, tapi latihan untuk membiasakan diri dengan kesakitan. Dengan terbiasanya tubuh kalian, secara tak sadar kalian juga semakin kuat setiap harinya dan pada saat itu juga batasan yang menghalangi kalian akan hancur dengan sendirinya."

"Seperti, Ketua."

"Yap. Aku sudah terbiasa melewati batasanku setiap harinya. Mau itu rasa sakit, pegal atau bahkan hampir mati, kalian harus terbiasa dengan perasaannya. Dan beginilah sekarang.. Aku menjadi sangat kuat, bukan?"

"Uwoohh! Ternyata begitu! Aku paham sekarang." Somal merasa bersemangat mendengar kata-kata Rudeus.

"Kalau begitu, istirahat lah sebentar lalu lanjutkan latihan kalian kembali. Aku butuh bawahan yang kuat dan hebat. Jangan sia-siakan satu detikpun waktu kalian untuk terus berlatih."

""Baik, Ketua!"" Hanya Somal dan Jow yang menjawab, sedangkan Ivan masih terus berteriak kesakitan.

---

Setahun telah berlalu begitu cepat. Setahun ini Rudeus habiskan untuk terus berlatih dan mengembangkan semua kemampuannya sampai tahap <Kebangkitan>. Dia juga terus mengumpulkan Koin untuk membeli segala jenis Teknik Kido.

Dan beberapa hari yang lalu, dia baru saja membeli Teknik "Hado no. 90 : Kurohitsugi". Mengapa dia membeli ini? Ini saran dari suara misterius dan... Yah, dia hanya ingin gaya-gayaan untuk pamer kekuatan dimasa depan.

Lagipula, koinnya masih tersisa sangat banyak, jadi tidak apa membeli sesuatu yang mahal sekali.

Dan dia juga membeli 37% Kebangkitan Zanpakuto, sehingga sekarang sudah waktunya untuk Zanpakutonya bangkit dan memberitahu namanya kepadanya. Tapi tidak semudah itu, karena dia harus benar-benar terhubung dengan Zanpakutonya.

Itu sulit. Sama seperti menggunakan Hado. Dia tidak menyangka bahwa dia menghabiskan koin-koin berharganya untuk sesuatu yang dia tidak bisa gunakan sekalipun.

Jika dia menggunakan Teknik Hado #90 saat ini, sudah pasti Energi di tubuhnya terkuras habis karena Energi Reiatsu juga belum memungkinkannya untuk menggunakan Teknik Hado tingkat Tinggi. Jadi itu percuma.

Namun, timbul perasaan tertantang di dalam dirinya yang membuatnya semakin bersemangat untuk berlatih lagi.

Persahabatan antara dirinya dengan Sylphette semakin dekat, mereka kadang-kadang juga bermain di rumah keluarga Greyrat. Tapi si Paul itu salah mengartikan kedatangan Sylph, yang membuatnya kesulitan untuk menjelaskan maksud kedatangan Sylph kepada Zenith.

Karena Zenith sudah merestui hubungannya dengan Roxy, makanya dia tidak senang ketika melihat dirinya main mata dengan gadis lain. Rudeus bingung, kenapa dirinya yang disalahkan. Lagian, dia masih sangat dini untuk melakukan perselingkuhan!!

Dia ingin sekali menjitak kepada Paul saat itu, tapi Lilia dapat diandalkan dan segera memberinya kesempatan untuk menjelaskan. Singkatnya, semua kesalahpahaman sudah diselesaikan.

Somal, Ivan dan Jow juga kadang-kadang sering berkunjung ke rumah Rudeus untuk memberinya salam selamat pagi ataupun mengingatkan Rudeus tentang latihan mereka.

Sejujurnya, Rudeus merasa sangat malu ketika melihat tingkah ketiga bocah idiot itu yang memanggilnya dengan sebutan "Ketua" dengan rasa bangga. Begitu juga ketika ketiga bocah itu memperkenalkan diri mereka ke Zenith.

Tapi akibat kejadian itu, Paul juga ikut membantu dirinya untuk melatih ketiga bocah itu. Jadi, hubungan keluarga Greyrat dengan bocah-bocah kampret itu semakin dekat dan akrab.

Dalam setahun ini, pertumbuhan Rudeus sudah sangat banyak. Mau itu kekuatan maupun pertumbuhan fisik.

Terlihat, beberapa otot sudah mulai menonjol di tubuhnya, tinggi badannya juga naik dan wajahnya semakin tampan setiap harinya. Ini efek dari garis darah Shinigami-nya yang membuatnya semakin bersyukur memiliki garis darah Shinigami.

Rudeus tidak punya kegiatan lain selain berlatih, mengajar dan bermain bersama Sylph. Sungguh, dia bosan dengan kegiatannya ini dan pernah berpikir untuk mencari kegiatan lain.

Meskipun begitu, dirinya memang menikmati hari-harinya yang berlalu begitu cepat. Dirinya tidak sabar tumbuh besar dan bertemu kembali dengan Roxy yang sangat dicintainya. Setelah itu, mereka menikah dan mempunyai anak!

Tapi... Kenyataan memang tidak seindah yang diharapkan. Dia harus menunggu 9 tahun lagi untuk bertemu Roxy.

---

Ding!!

Dentingan pedang terdengar saat Rudeus menangkis serangan Ivan. Dirinya bahkan tidak perlu mengeluarkan tenaga penuh hanya untuk menangkis serangan itu.

"Kau memang berkembang cepat dalam kecepatan ayunan pedang daripada yang lain, tapi tenagamu cukup lemah dibanding Somal dan Jow."

"Tapi, harusnya itu cukup untuk merepotkan lawanku dengan kecepatanku saat ini kan, Ketua."

"Tentu saja, tapi kau bukan apa-apa bagiku, Ivan."

Tanpa dia sadari, Rudeus bergerak sangat cepat kearahnya, membuat tubuh Ivan menegang dan secara refleks mengayunkan pedangnya dalam kecepatan tinggi.

"Masih belum cukup."

Tiba-tiba, Rudeus sudah ada berada dibelakang Ivan dengan Zanpakuto yang memiliki sedikit darah pada bilahnya.

Ivan melihat dadanya yang terluka, lalu dia mengalihkan tatapannya ke pedang ditangannya yang sudah hancur tanpa sepengetahuan dirinya. Rudeus benar-benar hebat dari segi manapun, dia hanya bisa tersenyum pahit melihat ini.

Buk!

Tubuh Ivan terjatuh tak berdaya. Sylph melihat itu memberikan tepuk tangan kepada Rudeus, lagi-lagi Rudeus dapat mengalahkan Somal, Ivan dan Jow dengan cepat.

Benar. Somal dan Jow juga ikut bertarung, tapi karena mereka tidak bisa membaca situasi dan kebanyakan gaya, alhasil mereka dapat dikalahkan oleh Rudeus dengan mudah tanpa perlawanan.

Sedangkan Ivan, dia masih bisa memberikan perlawanan walaupun semuanya menjadi sia-sia dihadapan Rudeus.

Rudeus sedikit puas dengan perkembangan mereka dalam setahun ini, dia tak menyangka bahwa tiga bocah kampret itu bisa berkembang secepat ini dengan menggunakan metode latihan yang dia berikan.

Dan untuk Sylph, Rudeus tentu saja merasa bangga karena Sylph semakin hebat dalam hal Sihir, bahkan Sylph bisa menggunakan Sihir tanpa merapal Mantra seperti dirinya. Bukankah itu sangat hebat?!

Rudeus duduk di batu besar. Sylph membersihkan keringat di wajahnya lalu menawarkannya segelas air dingin, dia mengambilnya dan meminumnya.

"Terima kasih, Sylph." Kata Rudeus.

Sylph hanya membalasnya dengan senyuman, kemudian dia mulai berlatih Sihir kembali.

Sylph memiliki sifat polos, yang membuatnya mudah ditipu oleh orang-orang licik di luar sana. Makanya beberapa akhir ini, Rudeus sering mengajarkannya tentang pemahaman dasar Petualang sehingga Sylph tidak mudah ditipu dan bisa hidup mandiri.

Begitu juga dengan Somal, Ivan dan Jow. Sekarang mereka bertiga sudah bisa berburu dihutan dan memasak makanan sendiri berkat pelajaran yang Rudeus berikan pada mereka.

Orang tua dari ketiga bocah itu juga pernah berterima kasih kepadanya, karena dia sudah melatih tiga bocah itu hingga menjadi sehebat sekarang. Meski masih dibawah Rudeus, namun untuk rata-rata kekuatan anak seusia mereka, mereka sudah jauh melampauinya.

Hidupnya memang tenang-tenang saja, tetapi suara misterius itu muncul kembali dan mengatakan bahwa takdir buruk sebentar lagi akan datang menghantuinya terus-menerus.

Beban pikirannya bertambah. Dia kira, suara itu tak akan pernah muncul lagi, tetapi suara semakin berusaha mencegahnya untuk melakukan sesuatu yang dia ingin coba lakukan.

Jelas ini membuatnya kesal dan berpikir untuk mencari tahu tentang asal usul suara misterius tersebut. Akhir-akhir ini, suara tersebut memberinya saran dan beberapa perkataan untuk membuatnya berkembang menjadi jauh lebih kuat lagi, termasuk membeli Teknik Hado #90 : Kurohitsugi.

Meski ada beberapa saran yang kurang berguna dari suara misterius itu, tapi dia merasa berterima kasih karena berkat suara itu, pembatas yang menghalanginya hancur.

Disamping hal itu, suara itu juga mengatakan bahwa dirinya akan bernasib buruk.. Sangat buruk. Walau dirinya mampu mengatasinya, tapi kemungkinan besar ada beberapa kejadian yang tak terduga menunggunya dimasa depan.

Dia bertanya-tanya, suara ini... Dia baik atau jahat? Jika baik, mengapa dirinya berpura-pura jahat dan mengatakan sesuatu yang kejam seperti, mengatakan nasib buruk tentang keluarganya dan lain-lain.

Namun, jika suara itu ternyata jahat, mengapa suara itu memberinya saran untuk menjadi kuat? Bahkan, ada beberapa latihan yang terbukti efektif dari suara itu.

Hal ini membuatnya bingung. Lantas, apa yang harus dia lakukan kedepannya?

"Haahhh." Rudeus menghela nafas lelah, memandang pohon-pohon di sekitarnya. "Entah apa yang menungguku, pasti itu sangat buruk."

Bila dirinya bisa menjaga kedamaian ini, kehidupannya akan sangat tenang dan bahagia. Yang perlu dia pikirkan hanya mencari uang. Sebatas itu saja.

Tetapi seperti yang diketahui, kenyataan memang tak seindah apa yang dipikirkan.

Dia harus berlatih dan waspada terhadap gerakan apapun di dunia ini. Untungnya dia sudah cepat bertindak dan menyuruh Bunshinnya untuk pergi menjadi Petualang, sehingga dia mendapatkan beberapa informasi penting.

'Ah, bagaimana kalau aku coba gunakan Teknik Hado #90.. tapi, sepertinya tidak mungkin. Ya, coba saja lah, yang terpenting aku kan sudah berusaha untuk bisa menggunakannya.' Saat memikirkannya kembali, Rudeus menjadi kesal karena tidak bisa menggunakan Teknik ini.

Tubuh Rudeus menghilang bersama hembusan angin dari sana.

---

"Nah, mungkin di sini tempat yang cocok."

Rudeus muncul. Dia mengepalkan tangan kanannya dan mengangkat tangan kirinya ke atas, jari telunjuknya dia acungkan ke atas. Seringai lebar muncul diwajahnya karena saat ini dirinya ingin mencoba Teknik mematikan untuk ke sekian kalinya.

"Puncak meresap dari kekeruhan! Wadah arogan dari kegilaan!" Begitu Rudeus memulai Mantranya, suasana terasa lebih dingin dan gelap. Garis-garis hitam tercipta dan membentuk semacam kotak di depannya.

"Mendidih keluar dan menyangkal! Tumbuh kaku dan berkedip! Mengganggu tidur! Ratu merangkak dari besi! Selamanya merusak diri boneka dan lumpur!" Garis-garis hitam itu terus bermunculan dan membentuk kotak hitam seperti peti mati, kemudian suasana menjadi hening.

"Bersatulah! Menangkis! Isilah dengan tanah dan ketahuilah ketidakeberadaannya dirimu sendiri!" Dari kotak hitam raksasa, tumbuh ratusan pedang hitam ke seluruh permukaannya, hingga memenuhi kotak tersebut dengan pedang.

"Hado no. 90 : Kurohitsugi! (Peti Mati Hitam)" Rudeus memuntahkan banyak darah, mengotori bajunya. Tangan kirinya gemetar karena tidak mampu menahan teknik ini, sebentar lagi dia akan tumbang.

Reiatsu di dalam tubuhnya sudah terkuras habis dengan pemakaian teknik ini. Dia kecewa, padahal hanya beberapa langkah lagi dirinya mampu menggunakan teknik ini untuk pertama kalinya.

Tapi, dia memuntahkan darah kembali. Matanya menjadi sayu, pandangannya semakin gelap dan tubuhnya sangat berat.

Buk!

Tubuhnya terjatuh. Dia pingsan.

Salah satu Bunshinnya, langsung cepat bertindak untuk memulihkan Rudeus. Dia pergi bersama dua Bunshin lain ke tempat Rudeus berada sekarang, mereka dengan cepat sampai disana menggunakan kecepatan tak masuk akal.

Melihat tubuh Rudeus tergeletak, ketiga Bunshin itu berpikir bahwa Bos mereka sangat ceroboh. Hanya untuk menggunakan satu teknik saja mengorbankan banyak Reiatsu yang jelas sangat merugikan.

Kemudian, mereka membawa tubuh Rudeus ke tempat lain. Setelahnya, mereka segera memulihkan kondisi si Bos dengan Energi Reiatsu.

---

Rudeus POV~

Aku terbangun, melihat langit-langit kamarku. Tak lama setelah itu, aku duduk dan mencoba mengingat apa yang terjadi.

Beberapa saat kemudian...

Aku mengingatnya.

Ah~.. Aku benar-benar ceroboh. Saking kuatnya keinginanku untuk menggunakan Teknik itu, aku menguras habis Energi Reiatsu di dalam tubuhku yang mengakibatkan tubuhku terluka parah.

Aku belum bisa menggunakan Teknik Hado #90, karena Energi Reiatsu milikku kurang atau belum mampu mencukupi yang seharusnya. Jadi, aku ceroboh saat itu.

Aku melihat jendela. Ternyata malam hari, kukira pagi.

Apa yang harus kulakukan di malam hari begini? Biasanya sih berlatih, tapi untuk kali ini, aku ingin mengistirahatkan tubuhku.

Kuserahkan latihanku pada Bunshinku. Semangat, kalian!

Aku pergi keluar kamar, menuju dapur untuk memakan sesuatu. Tapi ditengah perjalanan, aku melihat- Tidak, lebih tepatnya merasakan hawa nafsu di sekitarku.

Aku selalu merasakan hawa ini saat berjalan melewati kamar Paul dan Zenith, tapi ini bukan. Aku berada di dekat kamar Lilia-san.

Apa yang dilakukannya saat ini? Hawa nafsu ini sangat pekat.

Aku segera mengaktifkan <Mata Mistis> dan menatap ke pintu kamar Lilia-san.

W-Woah~.. pemandangan yang indah...

Lilia-san sedang menusuk-nusuk area sensitifnya, wajahnya terlihat memerah dan nafasnya sangat berat. Badannya mengeluarkan banyak keringat, dan pada saat yang sama hawa rangsangan disekitarnya semakin pekat.

Aku tak percaya melihat ini.

Lilia-san yang tampak dingin dan tenang menjalani kehidupannya, sekarang menjadi wanita terangsang yang ingin berhubungan intim.

Ini sama seperti kejadian Roxy.

Aku melihat kejadian yang sama untuk kedua kalinya. Tentunya aku tidak menolak, bagaimanapun juga pemandangan ini sangat indah dan menggoda bagi kami para laki-laki.

'Beri dia sesuatu untuk menahan rangsangan di tubuhnya.'

Ah, dia muncul lagi. Suara misterius yang menyebalkan.

Tapi, aku sudah terbiasa dengan ini jadi akan kumaafkan kemunculannya kali ini.

'Apa yang harus kuberikan padanya? Ramuan?'

'Tentu saja. Ramuan yang sama untuk mencegah hawa nafsumu. Jika kau tidak melakukannya sekarang juga, perpecahan pertama dikeluargamu akan terjadi dalam beberapa bulan lagi.'

'E-Eh. Benarkah? Ya, baiklah. Meskipun aku tidak mempercayaimu sepenuhnya, tapi aku akan tetap melakukannya. Lagipula, kau juga sudah membantuku berkembang beberapa bulan lalu.'

Aku membuka telapak tanganku. Di sana muncul botol kaca yang berisi air berwarna merah muda. Inilah ramuan yang kugunakan untuk mencegah hawa nafsuku mengendalikan tubuhku.

'Yang bener, nih? Sekarang juga?'

'Ya. Lakukan itu.'

'Um, baiklah.'

Aku berjalan mendekat ke kamar Lilia-san dan mengetuk pintu kamarnya beberapa kali.

"S-Siapa?"

Suara Lilia-san terdengar. Dia panik nampaknya mendengar suara ketukanku.

"Ini aku, Rudeus."

"Tuan Muda! A-Apa yang anda lakukan malam-malam begini?"

"Tidak. Begini.. Lebih baik, aku menjelaskannya di dalam."

"T-Tunggu sebentar."

Sepertinya Lilia akan merapikan pakaiannya dan tempat tidurnya. Tapi, bau ruangan akan tetap tercium oleh indera penciumanku karena aku sudah bukan lagi Manusia biasa.

Ya, memang begitu. Aku ini Shinigami, jadi otomatis semua indera yang kumiliki jauh lebih tajam dari indera manusia pada umumnya.

Pintu terbuka, memperlihatkan Lilia-san dengan wajah memerah. Dia juga sepertinya gugup melihatku datang malam-malam begini.

"Bolehkan aku masuk?"

"Silahkan."

Aku masuk. Saat memasuki kamarnya, hidungku dengan cepat menghirup aroma tak dikenal dan asing.

Hmp! Memang mantap baunya Lilia-san!

Aku berhenti, kemudian berbalik dan menatap mata Lilia-san. Dia segera menutup pintu kamarnya kembali dan membalas tatapanku.

"Lilia-san, begini.. Uhhh, bagaimana mengatakannya, ya.."

Sudah jelas aku bingung saat ini. Jika aku langsung mengatakan tujuanku datang ke sini, sama saja aku bertindak tidak sopan dihadapan Lilia-san.

Meski aku adalah Tuannya, tapi dia jauh lebih tua dariku. Aku harus menghormatinya.

"A-Ada apa, Tuan Muda?"

Dia juga dalam keadaan panik saat ini.

"Ini... Minumlah ini. Aku melihat kondisi tubuhmu akhir-akhir ini mengurang, jadi aku berinisiatif untuk membuat ini. Tenang saja, kok. Aku menjamin tubuhmu di keesokan paginya akan kembali seperti masih muda."

Karena tidak bisa mengatakannya, jadinya aku menggunakan cara lain untuk memberikan ramuan Penahan Nafsu ini.

Lilia-san menerima ramuan dariku, tapi nampaknya dia masih tak percaya.

"Kalau begitu, minumlah. Aku ingin melihat efeknya."

Dengan ragu-ragu, Lilia-san membuka penutup botol dan meminum ramuan tersebut. Tapi aku bisa melihat, Lilia-san masih belum menelan ramuannya jadi aku tetap diam ditempatku berdiri saat ini sambil mengamatinya.

"Minum, Lilia-san."

Glek!

Suara ketika Lilia-san menelannya terdengar.

Aku mengangguk puas dan terus mengamati perubahan disekitar tubuh Lilia-san. Hawa nafsu disekitarnya perlahan-lahan menipis dan menghilang.

"Bagaimana?"

"Ini... Saya, saya merasa lebih segar."

"Uhh, berarti berhasil. Ya, untuk jaga-jaga jika kondisi tubuhmu kurang sehat, aku memberikanmu satu ramuan lagi. Ingat, minumlah ini ketika benar-benar dibutuhkan saja. Oh iya, jangan beritahu Ayahanda dan Ibunda tentang ini, ya. Bisa-bisa mereka khawatir lagi padaku."

Lilia-san mengangguk mengerti sebelum menunduk hormat kepadaku. Dia benar-benar patuh pada Tuannya seperti Anjing.

"Terima kasih atas bantuannya, Tuan Muda."

"Sama-sama. Kalau begitu, aku pergi."

Setelah semuanya sudah beres, aku keluar dari kamar Lilia-san dan memberinya ucapan selamat malam.

Setelah menyelesaikan urusanku dengan Lilia-san, aku pergi ke dapur untuk mengambil makanan. Biasanya, Zenith menyimpan beberapa makanan sisa makan malam untukku.

Ya, khusus untukku. Zenith sudah tahu bahwa aku sering bangun malam. Jadi Zenith khawatir jika suatu malam aku terbangun dalam keadaan lapar.

Sebenarnya, bisa saja aku membangunkan Zenith dan memintanya untuk memasak, tapi... Yah, seperti yang kalian tahu bahwa hal itu tak mungkin jika dimalam harinya Zenith berolahraga bersama Paul.

Maka dari itu, Zenith selalu menyimpan sisa makan malam untukku.

Seperti yang diharapkan dari Zenith. Dia memang Ibu terbaik! Sial, Paul sangat beruntung memiliki Istri sepertinya. Aku iri!!

Kesampingkan soal itu. Aku ingin makan saat ini.

Aku mengambil dua daging dipiring. Kuletakkan di meja dan aku menggunakan Sihir Api untuk menghangatkan daging tersebut. Tidak enak jika dimakan secara dingin-dingin.

Selesai..! Ah, tapi aku lupa mengambil sendok. Tapi itu bukan masalah besar, karena aku memiliki kemampuan Telekinesis!

Ya! Kemampuan bagi orang pemalas. Ini sangat berguna saat ini.

Yang perlu kulakukan hanyalah fokus dan membayangkan. Aku mengangkat tanganku tepat dimana sendok itu berada.

Begitu memulai konsentrasi, aku merasakan benda dalam genggaman tanganku. Aku menarik tanganku sekuat tenaga untuk mengambil benda itu.

Lalu, aku langsung membuka mataku dan menangkap sendok yang hampir mengenai dahiku.

Heh~.. Sudah kuduga.

Aku langsung memakan daging dengan lahap sambil menghubungi Bunshinku yang sedang bekerja sebagai Petualang.

---

POV Orang Ketiga~

Besoknya. Seperti biasa, Rudeus terus berlatih meningkatkan kekuatannya tanpa menunjukkan wajah kelelahan, walaupun badannya penuh dengan keringat.

Kemudian, Rudeus berlatih untuk menghubungkan dirinya dengan Jiwa Zanpakuto, sehingga dirinya dapat lebih dekat dan bisa tahu nama Zanpakutonya. Dia tidak sabar ingin melakukan pelepasan terakhir seperti di Anime, yaitu "Bankai".

Rudeus menancapkan Zanpakutonya di depannya, lalu dia duduk dan bertapa sambil menghubungkan dirinya ke Zanpakutonya.

Dia mencoba menghubungi Jiwa Zanpakutonya dengan konsentrasi tinggi. Meski sudah gagal beberapa kali, tapi dia tidak menyerah dan terus mencoba tanpa ragu sedikitpun.

Keringat menetes dari wajah Rudeus, dia mencoba setenang mungkin untuk menghubungkan dirinya dengan Zanpakutonya.

'Apa kau.. ingin mengetahui namaku, Manusia?'

Suara asing muncul dipikirkannya. Ini bukanlah suara misterius yang dulu, ini suara yang lebih berat tapi memiliki nada tenang serta santai.

'Apa kau Jiwa dari Zanpakutoku?' Rudeus menanggapinya dengan santai.

'Iya. Apa kau ingin mengetahui namaku, wahai manusia?'

'Tentu. Apa aku diberi ujian atau semacamnya?'

'Tidak. Aku tidak ingin melakukan sesuatu yang membuang-buang tenagaku. Hanya saja, ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu.'

'Apa itu?'

'...Apa impianmu?'

Jika ditanya begitu, ya jelas impiannya adalah untuk melindungi Keluarganya dari segala macam nasib buruk yang menimpanya dimasa depan.

'Begitu..'

Bahkan tanpa mengucapkannya sekalipun, Jiwa dari Zanpakuto tahu pikiran Rudeus. Benar-benar sudah terhubung.

'Tapi itu terlalu sederhana.'

'Lalu kau maunya seperti apa? Menguasai dunia lalu menjadi Raja Iblis untuk mengancam semua Ras? Heh, mana mungkin.'

'Hoho, itu menarik.'

'...Tidak, tunggu. Kau serius ingin aku melakukan hal itu demi namamu? Heh, lebih baik aku mengumpulkan banyak koin dan membeli Zanpakuto lain daripada harus memenuhi perkataanmu itu.'

'Sudah kuduga kau menolaknya.'

'Ya, jelas lah!'

'Kalau begitu... Bisakah kau janji satu hal padaku.'

'Apa? Apa itu permintaanmu?'

'Ya. Janjilah dimasa depan kau akan menjadi seorang Dewa.'

'Hah? Itu lebih gila lagi daripada yang tadi!'

'Tidak. Maksudku, jadilah Dewa dimata banyak orang, bukan berarti menjadi Dewa sungguhan.'

'Jadi, kau ingin aku menjadi salah satu 7 Kekuatan Dunia, begitu?'

'Ya.'

Gila. Itulah yang dipikirkan Rudeus saat ini. Permintaan ini bukanlah hal sepele, karena dia sudah mengetahui seberapa kuat Ketujuh Kekuatan Dunia. Dan dengan entengnya si Jiwa ini memintanya untuk menduduki posisi 7 Kekuatan Dunia.

'Kau mau kuhajar, ya? Mana mungkin aku melakukan sesuatu yang gila seperti itu!! Yang kuinginkan hanyalah ketenangan dan kedamaian bagi Keluargaku. Jika aku menduduki posisi 7 Kekuatan Dunia, sama saja aku membahayakan Keluargaku, dasar jiwa bodoh!'

'Itulah yang lemah darimu. Tekadmu untuk melindungi memang kuat. Seperti kata Pepatah "Kekuatan ada untuk melindungi, bukan untuk menyakiti". Tapi apa kau benar-benar percaya bisa melindungi keluargamu dari nasib buruk?'

'Aku bisa melakukannya.'

'Heh. Jawaban yang sama saat menjawab pertanyaan suara itu. Kau bodoh, ya.'

'Aku tidak bodoh, tapi yakin pada diriku sendiri. Aku memang sudah berubah, tapi aku tetap diriku yang sebenarnya.'

'Ingat ini. Kekuatan adalah segalanya di dunia ini, bahkan sekalipun engkau tidak terkenal dimana-mana, asalkan ada kekuatan di dalam dirimu. Kau bisa melakukan apapun sesuka hati layaknya seorang Dewa. Itulah yang kuinginkan.'

'Aku tidak butuh itu. Aku berlatih karena ingin melindungi keluargaku dari bahaya, bukan untuk menjadi yang terkuat. Dengan kata lain, aku ingin hidup normal.'

'Masih mengharapkan hidup normal di dunia ini? Sungguh bodoh. Kau benar-benar bodoh, ya! Meskipun Kakek tua itu mengatakannya padamu, kau tidak bergeming sama sekali.'

'Kau..! Kau bukanlah Jiwa Zanpakuto! Siapa kau?!'

Rudeus baru menyadari hal itu sekarang. Dia merasakan perubahan pada Jiwa Zanpakutonya dan melihatnya membuat dia sangat terkejut.

'Kau pasti tahu siapa aku...'

Seketika dunia berubah menjadi kegelapan. Rudeus melihat sekitarnya berubah menjadi ruangan gelap dan hanya ada satu buah lilin yang menyala. Di depannya, terlihat seorang pria yang amat dikenalnya.

'Kau..! Tidak salah lagi, kau adalah!'

[Bersambung]