webnovel

Soal Cinta

"Perjalanan asmara antara Handzalah dan Jamilah disebut-sebut sebagai kisah cinta sahabat Nabi yang mengharukan karena harus mengutamakan rasa cintanya kepada Allah.

Dikisahkan setelah hari pernikahan Handzalah, ia meminta izin kepada Rasulullah untuk bermalam bersama istinya. Rasulullah pun mengizinkan.

Layaknya pasangan yang baru menikah Handzalah dan Jamilah diselimuti rasa bahagia dengan menyandang status baru sebagai suami-istri.

Akan tetapi suasana kota Madinah saat itu memang tengah mencekam karena isu peperangan. Sejumlah prajurit Muslim banyak bersiaga di berbagai sudut kota.

Meski mencekam, di malam itu juga Handzalah sedang menikmati malam pengantin bersama istri tercinta.

Malam kebahagiaan telah berlalu setelah terbitnya fajar. Handzalah pun melaksanakan salat Subuh namun ia segera kembali ke pelukan istrinya.

Di saat bersamaan terdengar sayup-sayup suara yang menyerukan "Mari Berjihad" sebagai pertanda dari Rasulullah untuk memerintah perang.

Berat sekali pilihan Handzalah kala itu karena harus memenuhi perintah Rasulullah dan meninggalkan istri tercintanya seorang diri tepat pada malam pernikahannya yang pertama.

Namun karena keteguhan hati, pendirian, serta kepatuhannya kepada Rasulullah dan agama, ia pun bergegas memenuhi panggilan perang tersebut.

Begitupun dengan istri Handzalah. Jamilah sangat mendukung suaminya untuk ikut dalam peperangan karena rasa cinta keduanya kepada Allah juga lebih tinggi.

Jamilah hanya bisa memeluk dan menatap Handzalah sebagai tanda perpisahan melepas kepergian sang suami untuk berjihad melawan kaum Quraisy pada Perang Uhud.

Sebuah pedang dibawa Handzalah untuk berperang. Keadaan dirinya saat pergi tidak sempat mandi junub.

Dalam keadaan junub Handzalah segera bergabung dengan para prajurit Muslim Rasulullah, sambil menghadap musuh dari kaum kafir Abu Sufyan.

Pada sesi pertama prajurit Muslim mampu mengalahkan musuh, namun kawanan Muslim kembali diserang dari belakang.

Saat itu juga Handzalah dihantam pedang dan belati oleh kaum kafir Quraisy sambil dilempari anak panah serta tombak. Tubuh Handzalah terbujur dan meninggal.

Setelah peperangan Rasul mulai mencari tahu satu per satu prajurit Muslim yang gugur dalam perang Uhud.

Tidak berselang lama Rasul melihat jasad Handzalah dalam keadaan bersih dari bercak darah. Bahkan rambutnya basah, padahal kondisi Bukit Uhud gersang tanpa air.

Semua yang melihat takjub, namun sahabat Nabi memberitahu bahwa Handzalah baru saja menikah dan ia dalam keadaan junub.

Nabi pun mengatakan, "Aku melihat dia telah dimandikan oleh para malaikat di antara langit dan bumi." Dan Handzalah pun meninggal dengan status syahid yang dimuliakan oleh para malaikat karena keteguhannya dalam membela Islam.

Kabar meninggalnya Handzalah sampai pada Jamilah yang tengah menanti kepulangan suaminya usai berperang.

Rasa sedih mendalam menyelimuti hati Jamilah, ia tidak pernah menyangka akan menjanda secepat itu setelah hari pernikahannya yang baru digelar.

Kepergian Handzalah memang sangat cepat dan mengukir sebuah kisah cinta sahabat Nabi yang mengharukan. Namun Jamilah tetap bersabar serta ikhlas melepasnya ke pangkuan Allah.

Sejak saat itu Handzalah tidak sekadar dijuluki mujahid melainkan mendapat sebutan Ghasilul Malaikah, yakni orang yang jasadnya disucikan langsung oleh para makhluk Allah yang mulia yakni para malaikat." Hanif menutup bukunya sesaat dia nampak tertegun, sepertinya hatinya masih terbawa perasaan dengan kisah cinta abadi dari pasangan sahabat nabi Muhammad tadi.

'Hoh ... semoga aku bisa mendapatkan jodoh yang solihah, baik pekertinya, siap untuk diajak berjuang untuk agama Amin ...!' doa Hanif dalam hatinya, lalu dia melirik ke Naila, nampak gadis cantik itu juga sedang membaca buku, lalu tiba-tiba Hanif menguap, "Huuah!" cukup keras Hanif menguapnya hingga membuat Naila menoleh.

"Maaf Nai aku sudah mulai merasa ngantuk, kamu gak ngantuk?" tanya Hanif.

"Belum, tidur dulu aja kalau memang ngantuk," balas Naila.

"Iya deh aku tidur dulu ya? Kamu jagain aku hehehe ..." tahu kalau dicandain gitu Naila pun langsung menjawab.

"Oke siap bos ..." ujar Naila sambil memutar bola matanya sembari memasang wajah datar.

Tidak lama kemudian Hanif pun benar-benar sudah tertidur, mungkin karena cukup capek dalam tidurnya itu Hanif terdengar mengeluarkan suara alias mendengkur.

"Hih ... nih cowok kok berisik benget ya kalau tidur? Aku kira cuma Mas Hafizh saja yang tidurnya mendengkur," ujar Naila nampak sedikit ngedumel. Tidak lama kemudian bis yang mereka tumpangi itu nampak memperlambat jalannya dan terdengar suara kondektur berseru.

"Lumajang, Lumajang, Lumajang, ayo yang mau turun silahkan turun, bis tidak masuk terminal, cuma berhenti di luar saja," dan memang benar bis Mila jurusan Yogyakarta itupun akhirnya hanya berhenti di pinggiran jalan depan terminal "Minak Kuncar", seperti biasa tidak selang berapa lama terdengar suara pengamen masuk dan langsung beraksi

"Permisi ... greng ... kami kumpulan anak anak jalanan ... numpang nyari rezeki, sebelumnya kami ucapkan terimakasih untuk Bapak sopir dan kondektur bus Mila jurusan Yogyakarta, semoga bapak senantiasa diberi kesehatan, keselamatan dan ramai penumpangnya ..." dan terdengar Pak sopir itupun mengucap lirih "Amin ..."

"Kami kumpulan anak-anak jalanan yang punya bekal pengangguran,

Ke sana kemari kami tawarkan lamaran,

Jawabnya lima juta duluan,

Masa sekolah kami hanya sia sia,

Hanya untuk mendapat kerja,

Maafkan kami bila ganggu nona tuan,

Sebab kami belum punya gawean,

Dan jamannya pembangunan,

Tiap tahun makin marak pengangguran,,

Ini jaman sudah edan,

Kecantikan buat modal beli pulsa,

Ini salah siapa?

Ini dosa siapa?

Mari kita tanyakan pada Teh Botol,

Teknologi bodoh dan tolol,

A aku mirip Anjasmara,

B body kayak Berry Prima,

C calon suami Marshanda,

Nanti bisa tidur beneran,

Akhir kata dari kami kami ucapkan,

Selamat sampai tempat tujuan ..." usai mengakhiri lagunya, dua orang pemuda bertato itu pun langsung meminta uang kepada semua penumpang dan kemudian langsung turun.

Lalu tidak lama kemudian bus Mila jurusan Yogyakarta itupun kembali berjalan dan nampak ada satu penumpang lagi yang naik dari arah belakang, penumpang itu adalah seorang kakek yang sudah memakai tongkat, dia nampak menoleh ke kiri dan kanan mencari-cari barangkali masih ada kursi yang kosong, namun nampaknya memang penumpang lagi full, lalu tiba-tiba Pak kondektur mencolek tangan Hanif yang masih tidur sambil berucap.

"Maaf mas bisa geseran?"

"Oh iya-iya ... silahkan," jawab Hanif terlihat kaget dan gugup, dan kemudian Hanif pun langsung berdiri mempersilahkan kakek bertongkat itu masuk untuk kemudian duduk di tengah.

"Enggak Mas saya tak dipinggir saja," ujar Kakek itu menolak.

'Waduh, gawat ini kalau Kakek ini dipinggir aku jadi berdempetan dengan Naila dong ...?' ucap Hanif dalam hati, karena tidak punya pilihan akhirnya Hanif pun mengikuti saja kemauan kakek bertongkat itu.

Setelah bergeser akhirnya apa yang tidak diinginkan oleh mereka berdua pun benar terjadi, kini Hanif dan Naila pun duduk saling berdempetan, sebagai seorang pemuda yang memiliki hasrat dan nafsu syahwat pasti keadaan seperti itu adalah sebuah awal yang baik seandainya ingin berbuat yang tidak-tidak, terlebih manakala lengan mereka berdua berdempetan seperti itu, maka rasa hangatnya pun langsung dirasakan oleh keduanya,

Hanif terlihat menoleh ke Naila dan nampaknya Naila juga tidak keberatan untuk berdempetan dengan dirinya.

Duduk berdampingan dengan tanpa jarak seperti itu membuat Hanif sedikit gugup, jantungnya berdetak lebih kencang, terlebih dia menghirup aroma harum dari kerudung Naila, entah itu aroma parfum atau bau rambutnya, tapi yang jelas keadaan seperti itu adalah sebuah cobaan untuk Hanif. Apakah dia akan terus menikmati atau memilih untuk menghindar? Dan rupanya iman Hanif sudah lumayan kuat menghadapi ujian nafsu seperti itu, Hanif nampak memilih untuk berdiri dan kemudian keluar dari kursi itu.

"Mau kemana?" tanya Naila.

"Tuh aku ingin duduk di depan saja, dekat pintu samping pak sopir, Kamu gak papa kan disini bareng Kakek ini?" tanya Hanif.

"Iya gak papa," balas Naila sambil mengangguk.

Sedikit membahas tentang sikap Hanif yang mampu menundukkan nafsu syahwatnya meskipun kesempatan untuk memberikan haknya nafsu itu ada, karena Hanif tahu kalau itu adalah tindakan yang sangat tercela yang dia sendiri sudah pernah melakukan, dan kini dia tengah bertekad untuk tidak kembali terjerumus ke jurang yang sama.

Sungguh luar biasa, apa yang telah dilakukan oleh Hanif dalam perjalanannya itu, setidaknya ada dua amal kebaikan yang dia lakukan sekaligus, yang pertama dia mengalah untuk memberikan haknya duduk kepada kakek berkacamata dan yang kedua dia memilih untuk meninggalkan kursi yang menjadi haknya karena takut nafsu syahwatnya berontak hingga menimbulkan dosa.