webnovel

Masa kecil

Aku terlahir di saat musim hujan lagi memulai misinya. Musim yang membuat orang-orang kewalahan, yang membuat orang-orang kesusahan dalam menjemur pakaian dan berpergian. Musim yang di dalamnya sering kita mendengar berita banjir dan tanah longsor. Mungkin musim ini sedikit cocok untukku saat ini.

Aku tak begitu ingat seperti apa masa kecil ku setelah di lahirkan. Tapi di umurku saat ini aku berharap diriku tetap menjadi pribadi yang baik.

#----#

Jam 7 pagi aku sudah siap dengan seragam TK. Berwarna oranye dengan bordir bunga besar di bagian dada. bermotif kotak kotak kecil sebagai kombinasinya. Dan kerudung berwarna kuning yang ada tali di bagaian belakangnya. Aku memakai sepatu berwarna putih. Dan mengangakat tasku ke punggung.

Bunda mengeluarkan sepeda ontel biru milik kakek. Sepeda yang sedikit tua dan sudah lumayan di penuhi karat. Bunda mengecek sebentar angin didalam ban sepeda. Setelah di rasa aman untuk di naiki. Bunda menaikinya disusul aku yang duduk di boncengannya. Untuk saat itu ayah sedang sibuk berkerja dan akan pulang setiap 2 hari sekali.

Di perjalanan menuju sekolah TK aku hanya terdiam. Melihat lalu lalang kendaraan di jalanan. Motor dan mobil masih terbilang jarang melewati desaku. Lingkungan masih terlihat hijau walau sudah banyak rumah yang di bangun. Para ibu ibu yang mengantri membeli sarapan. Entah untuk suaminya atau untuk anaknya atau untuk keluarga di rumahnya. Saling berbincang satu sama lain. Saling bercanda dengan penjual di warung yang di singgahinya. Suasana desa masih terlihat jelas. Berbeda dengan sekarang yang lalu lalang kendaraan sudah banyak.

Tidak jauh jarak dari rumah ku dengan sekolah TK, bisa dibilang seperti desa tetangga. Sesampainya di Tk aku turun dan berpamitan dengan bunda. Sambil mendengar nasihat untuk sekolah nanti darinya. Lalu bunda mengayuh pergi untuk berbelanja di pasar.

Aku memulai kehidupan sekolahku hari itu seperti biasanya. Bermain bersama teman teman. Tapi sayang aku tidak begitu ingat apa saja yang kulakukan ketika masih di jenjang taman kanak-kanak. Tapi aku menjalaninya seperti anak anak lainnya. Menggambar, mewarnai, menyanyi, dan lain-lain. Hingga tak terasa waktu untuk pulang pun tiba. Anak-anak TK mulai berhamburan keluar, dan sebelum mereka keluar dari kelas para orang tua sudah menunggu di depan gerbang. Ada yang menunggu di atas kendaraan dan ada pula yang sudah menunggu di taman kanak-kanak, duduk di atas mainan yang berputar, atau duduk di atas ayunan ayunan. Sambil menunggu anak mereka menghampiri mereka. Seperti biasa, mereka juga saling berbincang-bincang dengan orang tua murid yang lainnya. Hingga anak mereka datang dan mereka pulang ke rumah masing-masing.

Aku menunggu kedatangan bundaku. Sambil bermain di permainan yang ada di taman. Bundaku datang dengan mengendarai sepedanya dan berhenti di depan pagar. Aku melihatnya dari kejauhan dan berlari menuju Bunda. Aku bergegas menaiki sepeda dan membonceng Bunda. Dan berjalan menuju rumah untuk pulang aku berkata kepada bundaku" Bunda, kalau aku punya adik Aku pengen punya adik laki-laki dan nanti namanya Akmal kalau perempuan siapa ya enaknya?" Lalu Bunda Aku menjawab nanti 2 kakak kakak pengen punya adik laki-laki atau perempuan?" Tanya bunda aku kembali.

" Kakak pengen punya adik laki-laki ,Kayaknya seru deh" Bunda tersenyum.

" Kakak berdoa dong biar kakak bisa dapat adik laki-laki" aku hanya mengangguk pelan dan tersenyum senang. Sejak saat itu aku sering berangan-angan memiliki adik laki laki yang di beri nama akmal.

Dikarenakan pada hari itu ada kakak kelas yang bernama akmal. Dia tinggi dan suka bermain. Anak yang ceria dan tertawa bersama teman-temannya. Aku tak begitu tahu seperti apa anak itu. Karena aku hanya bertemu sebentar. Dan dalam Ingatanku aku tidak ingat apakah kami pernah bertemu dan bermain. Satu hal pasti dulu dia termasuk anak yang populer.

#-------#

Suatu hari yang kini aku tak ingat aku hari apa tetapi ingatan tentang hari itu selalu terbayang hingga saat ini.

Siang itu nenek mendapat telfon dari seseorang. Yang ku ingat saat itu sepertinya adalah seorang laki-laki. Kakek berjalan melewati nenek dan mendengar bahwa suara di seberang telefon itu adalah laki-laki, kakek marah dan menampar nenek. Mungkin kakek cemburu karena nenek berbicara dengan laki-laki.

Saat itu telephon masih menggunakan telephon rumah. Hanphone masih jarang dan masih bermodel jadul. Suasana saat itu terbilang panas. Anak- anak mereka mencoba menenangkan kakek. Tapi kakek masih tetap tak mau mendengar apapun alasannya.

Tiba-tiba kakek memarahiku, marah yang benar-benar marah. Aku lupa penyebab kakek memarahiku saat itu. Tapi aku yakin kakek dan yang lainnya memiliki alasan memarahiku. Aku menangis kencang, karena saat itu aku berumur sekitar 5 tahun. Adik laki-lakiku belum lahir. Bunda menyeretku ke kamar yang berada di depan, Tepat berhadapan dengan ruang tamu. Menyuruhku masuk dan mengunci pintunya dari luar. Aku memukul-mukul pintu kamar itu untuk meminta di bukakan. Tapi tidak ada yang terjadi. Semakin aku menjadi-jadi waktu memuku-mukul pintu. Jawaban tetap sama yaitu nihil. Pintu tetap tidak terbuka. Bersyukurnya lampu kamar itu tidak mati.

Lama aku merenung di pojok bagian kamar. Meringkuk memegangi lututku. Sambil menangis sesenggukan. Aku mengingat kembali kesalahanku. Tapi aku tetap tidak mengetahui jawabnnya, dimana letak kesalahanku. Lama, tak kunjung suara langkah mendekati pintu kamar. Aku sudah menyerah untuk meminta di bukakan pintu. Sampai aku sempat berpikiran akan menangis terus hingga aku kelelahan dan mati. jika memang lama tak kunjung di buka, aku akan bersiap untuk mati saja. pikirku saat itu. Aku marah, marah kepada semua orang yang berada di rumah. kenapa? kenapa tidak ada satu orang pun yang membukakan pintu. Kenapa tidak ada satu orang pun yang menanyakan atau mengatakan untuk menunggu sebentar saja. mungkin saat itu aku bisa tenang. lagi-lagi pikiran ku saat itu.

Aku menunggu pintu itu terbuka dengan meringkuk tepat di belakang pintu, agar aku tahu jika pintu itu terbuka. karena daun pintu pasti akan menyentuh punggungku, dan aku akan langsung terbangun. CEKREK... Suara engsel pintu yang di buka. Aku terbangun dan langsung melihat ke celah pintu yang terbuka. terlihat wajah bunda yang bersalah. dan berkata " bunda minta maaf ya kak". aku yang mendengarnya langusng menangis dan bunda langsung memelukku. setelah itu aku keluar sambil digendong bunda. dan suasana rumah sudah kembali kondusif.

hari hari setelahnya aku menjalani hidupku seperti anak kecil lainya.

#-----------#