6 Treatment Mengerikan

Tidak akan ada yang mampu memprediksi hasil dari sebuah treatment kecantikan pada 'gadis biasa' yang ujung kukunya saja tidak pernah mendapatkan bantuan orang lain untuk dipotongkan. 

Dan hari ini, secara tiba-tiba jemari kukunya dijerat seorang ahli perawatan kuku.

Kukunya dipotong, digosok, dikikir, hingga dilukis. Warnanya jadi bening bahkan wajahnya bisa bercermin di ujung-ujung kuku yang tiba-tiba saja menjadi runcing, lentik, dan berkilauan. Hal tersebut dikarenakan serbuk-serbuk glitter ditaburkan layaknya rinai hujan yang melekat pada permukaan daun-daun segar, tak ubahnya seperti kuku-kuku polos yang secara ajaib berubah jadi gemerlap indah.

Selepas kukunya berubah, kini giliran bulu matanya mendapatkan treatment eyelash extension. Sedangkan bulu kakinya menerima treatment Waxing. 

Gadis lugu ini baru tahu ada sebuah treatment yang lebih menyakitkan daripada akupuntur yang ia terima semasa SMA, ketika tanpa sengaja lantai yang baru saja dipel ibunya ia lalui sembarang dan berakhir terjungkal. Sebab, selasar yang basah menjadikan kakinya hilang kendali.  Dan disanalah ia berakhir, seorang dukun pijat yang juga ahli dalam pengobatan tradisional yang berasal dari negeri Cina tersebut. Punggungnya di tusuk-tusuk jejeran jarum mengerikan. 

Kembali pada kesialannya hari ini, dia dihadapkan pada treatment yang namanya Waxing. Perawatan tersebut lebih mengerikan daripada jarum-jarum besar yang diselipkan di sela-sela daging punggungnya dulu. 

Jadi tidak usah membayangkan bagaimana gadis itu berteriak kesetanan. Bukan karena melihat setan. Melainkan karena ia baru mengerti, ternyata para pekerja salon yang tadinya terkesan luar biasa bersahabat tersebut, kini menjelma jadi sosok bengis dibalik senyuman manis yang mereka suguhkan. Mereka punya sisi raja tega.

Kumpulan bulu tercabut tanpa aba-aba. Belum usai teriakannya membumbung –lepas ke udara,  secara bebas dan puas. Para pekerja salon yang memasang wajah penuh senyum dramatis itu berhasil membuatnya berteriak lagi, mencabut bulu di kakinya. Berkali-kali teriakan itu terdengar hingga suaranya habis, seolah-olah pita suara gadis malang tersebut akan putus. 

Treatment ini ternyata belum seberapa. Ada perawatan lain yang lebih menegangkan. Memacu adrenalin. Bahkan dada gadis itu sempat sesak —kesulitan bernafas, dan tubuhnya menggigil ketakutan. 

Selepas kuku-kukunya dilukis, kemudian bulu matanya dipaksa memanjang, serta bulu kakinya dicabut tak bersisa. 

Salah seorang dari karyawan klinik kecantikan tersebut membawanya ke sebuah ruangan berwarna putih. Dan dia ditawari sebuah helai transparan, helai benang yang harganya super mahal. 

Gadis tersebut sontak bangkit dari duduknya. Si lugu meraih handle pintu, dan hampir berhasil melarikan diri. Akan tetapi para perawat lebih cekatan menangkapnya. Ia dipaksa duduk, kemudian diceramahi panjang kali lebar yang isinya seputar dagu tirus —yang bisa diciptakan oleh benang super magic tersebut. 

Dirinya dilarang menolak treatment ini. Para perawat di klinik kecantikan tersebut berkilah, dagu Mimi terlalu cabi. hanya butuh sekali tarikan berenang maka seluruh dagunya bakal tirus dan menawan, layaknya dagu Angelina Jolie. 

Bahkan kalau dia beruntung, seseorang yang mengenakan baju ala dokter memberinya penawaran bahwa bibirnya pun bisa serupa Angelina Jolie. 

Mimi linglung seketika. Sebesar apa kesalahan yang dia buat? Bagaimana dirinya terjebak dalam situasi aneh bin mengerikan ini. 

Dia hanya mengatakan satu kalimat yang berawal dari kesialan, karena tidak berkenan menyebutkan ukuran penyangga dua lingkaran di dadanya. 

Kalimat tersebut sekedar 'Mr. CEO, Please love Me' tidak butuh 1 menit mengucapkannya. Bahkan 10 detik pun belum tentu. Akan tetapi efek kalimat itu benar-benar jadi sebuah penyiksaan nyata. 

Bisa-bisanya CEO itu menghukumnya begitu kejam. Sampai bulu-bulu kakinya rontok semua. Kukunya tidak bisa lagi digunakan untuk makan masakan Padang menggunakan tangan telanjang. Matanya terasa berat, gara-gara bulu mata tambahan yang terpasang menjadikannya kesulitan untuk sekedar mengerjap secara leluasa. 

Sepertinya Mimi sedang dikutuk karena salah bicara. 

Dan kesabarannya habis detik ini. Ia memberontak, turun dari ranjang perawatan yang memastikan dirinya bakal ditusuk dengan benang. Gadis itu berlarian di lorong, dan berakhir kejar-kejar dengan sang dokter kecantikan. 

"Kau bakal lebih cantik! Percayalah, hai.. jangan lari," dokter yang tertangkap tak lagi muda tersebut, sampai membungkuk bertumpu pada lututnya -rukuk-, lelah mengejar Mimi. 

Dan gadis yang sama lelahnya berupaya waspada, menoleh ke belakang sambil berlari. Hingga dia tanpa sadar menabrak seseorang. 

"Mimi, ada apa?" Sungguh sial nasibnya. Ibu manajer -Sofia- sekaligus seseorang yang jadi biang kerok keanehan-keanehan yang terjadi pada Mimi —yang detik ini harusnya dia hindari, malah mendekapnya erat-erat. 

"Sofia," dokter itu mendekati langkah Mimi yang terhenti dalam dekapan Sofia, dan spontan membuat gadis tersebut bersembunyi di balik keberadaan managernya. Dia menyembunyikan dirinya di belakang punggung perempuan yang membawanya larut dalam kesialan hari ini. 

"Masak!" Suara dokter kecantikan naik turun. Beradu lelah selepas berlarian, "Dia tidak mau dipasang benang," telunjuknya menunjuk-nunjuk Mimi yang memunculkan separuh wajahnya dari punggung Sofia, "Mana ada, perempuan yang tidak mau di pasang benang kecantikan dari dokter profesional sepertiku!!" Ia menggerutu. Suaranya ditekan pada kata profesional. 

"Tenang-tenang, jangan marah. Nanti benang di dagu mu, bisa putus," jawab Sofia menenangkan.

Mendengar kalimat tersebut, dokter yang masih terlihat berapi-api berusaha menurunkan tensinya, mengibaskan rambutnya berusaha kembali  terlihat elegan. 

"Dia tidak membutuhkan benang mu," suara Sofia, setelah mengamati dengan seksama dan memutuskan bahwa dokter tersebut kini lebih tenang. 

"What??" Suaranya memekik,   matanya melotot. Sungguh berlebihan reaksinya. 

"Yes! Kali ini–" tangan Sofia menarik lengan, lalu mendorong Mimi supaya berdiri di sisinya. "–gadis ini benar-benar masih muda, lihatlah!" anak mata perempuan tersebut melirik keberadaan gadis lugu korban kesialan. Dan dokter di hadapan keduanya memicing. 

"Jadi, Bram–" sang dokter belum menyelesaikan kalimatnya. Ketika dengan seksama Sofia mengangguk, lalu membelai rambut Mimi dan menyelipkannya di belakang telinga. 

"Ini akan jadi gosip paling menarik," wajah sang dokter terlihat kecewa, bahunya terangkat sejenak. Kemudian menatap Mimi lamat-lamat. 

"Yeah! Kamu harus menyebarkan informasi hebat ini," Sofia membalik tubuhnya, sekilas terlihat kibasan rambut yang berputar hebat, layaknya iklan shampo. Detik berikutnya ia merangkul lengan kanan Mimi sebelum berjalan meninggalkan sang dokter kecantikan sendirian, tentu saja diikuti gadis yang terjerat lengannya. Terhanyut mengikuti langkah sang manajer. 

.

.

Ia benci menunggu.

Bramantyo meremas gelas plastik tipis dan menjatuhkannya ke keranjang sampah. Selepas bangkit dari duduk panjang yang membuatnya hampir frustasi. 

Bau harum yang menyengat dari bahan-bahan produk kecantikan mengingatkannya pada seseorang. Ingin rasanya dia keluar dari tempat ini. Meninggalkan dua makhluk yang membuatnya duduk berlama-lama di kursi sofa tanpa melakukan apa-apa. Membuang-buang waktu sama dengan membuang-buang banyak hal tentang kebermanfaatan. 

Sambil mengumpat pelan, Bram berjalan menuju sebuah tempat yang terlihat lebih segar, gemericik air di sudut ruangan. Dia mengamati ikan koi yang berenang pada kolam air buatan di dalam showroom kecantikan. 

Bersedekap dan berdiam diri, Bram layaknya manekin yang tengah menawarkan produk branded. Pria yang didukung tinggi badan diatas rata-rata, bahu kokoh proporsional dan balutan setelan jas menawan, amat sangat mengganggu konsentrasi customer salon kecantikan. 

Suara-suara lirih samar terdengar, untung saja sebelum berkonsentrasi terhadap ikan-ikan koi yang berenang buyar. pundaknya mendapatkan sentuhan. Otomatis lelaki tersebut terbalik. Gadis yang didorong punggungnya oleh Sofia tampak menurunkan pandangannya. Berdiri enggan di hadapan Bram. 

Bukannya terpesona, Bram malah terfokus kepada alas kakinya. Mimi tidak mengenakan sepatu yang ia pilih. Selebihnya ketika mengangkat tangan kanannya, dan jari telunjuknya mengarah kepada kaki gadis lugu yang tengah mengenakan sepatu kets. Gadis tersebut mengangkat wajahnya, dan Bram baru tahu perubahan signifikan yang terhampar di hadapannya. 

Rambut Mimi yang awalnya lurus memanjang, poni yang menutupi hampir separuh alisnya. Ditambah kacamata bulat yang tidak proporsional pada wajah kecilnya. Menjelma menjadi rambut bergelombang yang tidak begitu panjang. Poninya tersingkap. Kacamata bulat itu menghilang. Menjadi mata cemerlang dengan bulu mata lentik yang menantang langit. Ketika ia mengerjap, gadis tersebut sudah menjelma layaknya boneka Barbie. 

"Bagaimana?" Sofia tersenyum puas. Semua yang melekat pada tubuh Mimi adalah rekomendasi darinya. Gadis itu menjelma 180 derajat lebih glowing dan tentu saja sangat berbeda. 

Yang paling Sofia sukai ialah, proporsi bentuk tubuhnya. Baju longgar dan terkesan kebesaran tersebut telah menghilang, digantikan dress dengan dua utas tali pada bahu. Membuat Mimi meringkuk beberapa kali sebab canggung. Akan tetapi pakaian tersebut berhasil menunjukkan keindahan lekuk tubuh gadis lugu yang ternyata lebih dari menawan. 

Sayangnya tanggapan Bram standar, tidak sesuai ekspektasi Sofia termasuk para pegawai salon yang merasa hasil kerjanya untuk mengcover gadis tersebut telah berhasil. 

Pria itu menatap sekilas, lalu memimpin langkah. Dia berjalan keluar dari klinik kecantikan, selepas membayar biaya yang dikeluarkan dua perempuan tersebut. 

Masih tak berkata-kata, ketika dia dengan tergesa-gesa berjalan menuju mobilnya di ikuti langkah kaki dua perempuan yang membutuhkan dirinya. 

.

Sayangnya langkah kaki salah satu dari ketiganya dihentikan oleh sekelompok pemuda. Sejalan dengan pemuda-pemuda lain yang berhamburan dari dalam mobil. Secara serentak mereka seperti tengah membuat formasi. Menarik lengan Mimi kemudian menyelipkan gadis tersebut diantara berdirinya mereka. 

"Ada apa ini?" para pemuda yang merasa bertanggung jawab atas kesialan Mimi saling memandang satu sama lain. 

"Harusnya saya yang bertanya ,ada apa dengan anda?" Sekian detik sempat hening. Akhirnya satu diantara pemuda tersebut memberanikan diri berjalan mendekati Bram. 

"Ada apa denganku?" Dahi Bram mengerut menyajikan tiga buah garis di antara alisnya. 

"Cih!" Anton mendecih. Sedangkan yang lain —kecuali Daniel, membujuk Mimi masuk ke dalam mobil mereka, secara otomatis langsung disambut gadis tersebut. 

"Bos besar, membawa gadis lugu —temanku! untuk didandani!" Tampaknya Anton akan meledak, tangan dengan berani menunjukkan ke arah Bram, mata berkilat, giginya mengerat. 

Daniel yang menyadari hal tersebut buru-buru menarik bahu Anton. Bisa gawat kalau mereka semua mendadak dipecat karena ucapan Anton  tak terkontrol.

"Mimi datang bersama kami, saya tidak tahu tujuan anda apa. Saya juga tidak peduli. Lebih elegan jika anda mengizinkan Mimi pulang bersama kami, sebab kami yang membawanya, Mimi harus datang dan pulang dengan selamat," Pemuda yang biasanya malas bicara tersebut tiba-tiba saja menghadirkan susunan kalimat bijak. 

Selepas memundurkan langkah kakinya, sambil sekilas menatap Bram. Para pemuda itu membawa Mimi pergi bersama mobil pak Yosan. 

Sekian detik Bram membatu, tercengang oleh tindakan sekelompok pemuda tim talks show ForYou, acara reality show di bawah naungannya.

"Mengapa aku merasa diriku dipojokan?" Bram memicingkan mata menatap Sofia. 

Sofia mengumbar tawa ringan, lalu berjalan mengitari separuh badan mobil lelaki yang masih berdiri terpaku. Membuka pintu lalu duduk pada kursi penumpang. 

"Mengapa mereka mengatakan; Mimi harus datang dan pulang dengan selamat? Memangnya aku mau ngapain?" Bram menutup pintu mobil dengan kasar. suara 'Brak' dari pintu mobil tak berdosa tersebut tak bisa terhindarkan. Sepanjang perjalanan Bram menggerutu tiada henti. 

Awalnya Sofia menanggapinya secara standar, lama kelamaan ia merasa terusik "Kamu mau tahu?" 

"Tentu saja!" 

"Mereka menganggapmu mesum dan akan–" 

"Hai' aku bukan orang seperti itu pada anak kecil!" 

Keduanya berdebat, sepanjang perputaran roda mobil menapaki lalu lintas padat ibukota. 

***

.

.

KOMEN YANG BANYAK 😘😁

POWER STONE DI LEMPAR-LEMPAR JUGA MAU BANGET 🥰😅

avataravatar
Next chapter