webnovel

Mr. CEO, Please Love Me

Bagaimanakah rasanya menjadi pegawai paling cupu di kantor, menatap Mr. CEO saja tidak berani! Tapi tiba-tiba di paksa menemaninya ke pesta dansa? Itulah yang terjadi pada Arumi Andriani, gadis 22 tahun dan baru lima bulan menjadi pegawai magang pada perusahaan milik CEO muda, Roland Bramantyo. Hanya mengekor di belakang tak masalah, tapi rumornya Mr. CEO tidak pernah dekat dengan perempuan? Lalu, Apa yang akan terjadi ketika aib lama sang CEO tanpa sengaja terbongkar oleh gadis cupu ini? Ah' malang nasibnya si cupu harus mau dijadikan pacar bayaran atau dia akan jadi buronan Mr. CEO perusahaannya! Hais’ Bagaimana ini? Arumi harus pura-pura jatuh hati dan mengejar-ngejar Bram supaya pria ini ilfil lalu melepaskannya. Bisakah gadis cupu menaklukkan hati sang CEO atau malah berakhir sebagai buronan yang tertawan? Tak hanya itu, dirinya dikelilingi cowok cowok runyam. "Cara cari cowok goodboy gimana?" Tanya Mimi. Danil : "Ke dukun mbak.. InsyaAllah Syariah," Anton : "Aku salah satu contoh cowok good boy," Sultan: "Sayangnya tampang loe, goodbye," Arga : "Njiir, inginku berkata kasar," Jangan lewatkan kekonyolan para lelaki yang ingin menolong Mimi, baca 'Mr. CEO, Please Love Me' INFO : Instagram bluehadyan, fansbase Mr. CEO, Please Love Me

dewisetyaningrat · Urban
Not enough ratings
28 Chs

Anak Ayam Berubah Menjadi Angsa

"Tidak ada pilihan," jawab sang perempuan, "Kamu masih mau berdebat atau menyelesaikan masalah??"

Keduanya baru berhenti tepat ketika Mimi meneguk santai minumannya hingga tinggal setengah saja dan berkehendak untuk menutup pintu kamar indekos dan pura-pura tidak kenal mereka berdua.

Giliran pintu terdorong hendak tertutup seseorang lelaki buru-buru menghalangi gerakan pintu tersebut, telapak tangan Bram menekan pintu.

"Izinkan aku masuk!" perintah Bram.

"ini ruang pribadi saya, di tempat ini saya bukan bawahan Anda pak," Mimi menekan lebih kuat lagi. Tetapi Bram sama kuatnya bahkan mendapat dukungan Sofia. Sebab kemustahilan melawan dua orang sekaligus Mimi merelakan pintu kamarnya begitu saja.

"Bruak," ia tidak menduga keputusannya melepas pintu kamar mengakibatkan dua orang terperosok masuk ke dalam kamar sederhana indekosnya bersama dengan terlontarnya air dari gelas yang terlepas. Zat cair tersebut terbang ke udara sekian detik sebelum mengguyur dua orang yang tersungkur di lantai.

"Apaa..?? Apa ini!!" Bram memekik syok. mengibas-ngibaskan baju dan rambutnya yang tersiram air.

.

.

"Jadi sekarang siapa yang membutuhkan kemurahan hati saya?" ini suara pria bermata abu-abu dengan rambut hitam pekat dan alisnya yang tebal meruncing memberi kesan mengintimidasi.

"saya." Mimi berbicara lemah lembut tak tahu lagi harus bagaimana.

Mendengarkan kalimat pasrah yang terkesan penuh kerapuhan lelaki yang detik ini malah duduk di ranjang kuning norak motif bunga-bunga abstrak, tersenyum samar.

Mimi yang memutuskan izin sakit pada manajer keuangan, akan tetapi ia malah tertangkap basa melakukan kebohongan izin kerja oleh CEO perusahaannya sendiri. sang strata tertinggi dalam perusahaan televisi yang dibanggakan bapaknya.

Gadis ini mendapati dirinya tak bisa mengelak saat lelaki dan perempuan di hadapannya menyodorkan selembar kertas rangkap tiga.

Mereka mengatakan membaca kertas itu dan menyetujuinya bisa menjadikannya naik step dari pegawai magang menjadi pegawai tetap, tapi jikalau sampai enggan bekerja sama kemungkinan besar Mimi bakal diberhentikan sekarang juga. tentu saja 2 orang tersebut memiliki kemampuan untuk menciptakan intimidasi sampai sejauh itu.

"Baca dengan saksama," Sofia mengurai kalimat dengan nada bijaksana. Perempuan ini berada pada mode bertopeng alias menjadi sosok perempuan dari strata sosial tinggi yang diwajibkan anggun tiap saat.

Tangan mungil mimi menjulur meraih satu bandel kertas yang tersaji di atas meja lipat mungil miliknya sendiri.

Jika saat ini Bram duduk pada ranjangnya. Sofia menggunakan kursi belajarnya. Kursi yang menemani mimi semenjak masa kuliah dan belum pernah berubah. Hanya ada satu kursi di ruangan ini. itu artinya dua orang tersebut membiarkan mimi berdiri. Tamu yang tak tahu diri tengah menginfansi lahan mungil gadis lugu tersebut.

"Mengapa saya harus jadi pacar bayaran?" Bram dan Sofia saling memandang satu sama lain selepas pertanyaan meluncur dari bibir Mimi.

" hanya untuk satu malam saja," Sofia berhati-hati menjelaskan.

" mengapa harus saya? Saya yakin bapak punya banyak perempuan yang menyukai bapak, daripada saya yang bisa saja membuat kesalahan?" terbata-bata Mimi berucap sambil meletakkan lembar demi lembar dokumen penawaran dengan dua konsekuensi nyata. Yang satu adalah surat pemecatan dengan dalih mimi ketahuan bolos kerja. Alasan yang klise namun di pakai juga oleh dua orang tersebut dan yang satunya ialah surat pengangkatan karyawan tetap.

Jelas ini tidak main-main, dua orang ini bahkan memahami apa yang ditakuti Mimi termasuk apa yang diinginkan Mimi. Mimi terlihat tengah menekuk bibirnya. enggan menyetujui kesepakatan terkait menjadi pacar bayaran. Walaupun itu hanya satu malam. sebuah malam yang secara implisit menjadi alasan kenapa ia didandani. Mimi jadi paham terkait pesta dansa yang menjadi bahan pembicaraan Sofia dan Bram di awal pertemuan dua orang tersebut dengan dirinya adalah alasan mengapa ia dibawa pergi ke butik sampai uji coba make over dengan berbagai treatment.

Sayangnya, menolak penawaran dua orang yang saat ini menginfansi kamar mungilnya sama artinya dengan kehilangan pekerjaan. dan tidak semudah itu mencari pekerjaan bagi gadis seperti Mimi.

"tidak ada alasan, hanya saja aku Butuh perempuan yang tidak ribet, taat aturan dan polos sepertimu," tampaknya kata polos yang diujarkan Bram lebih tepatnya bermakna 'mudah di manipulasi tanpa banyak protes'

"padahal andai Anda minta tolong, saya mau membantu, tapi.." sepertinya perlahan-lahan mimi menunjukkan keberaniannya.

Celakanya mimi tidak mengenal seperti apa Bram. Pria itu menghentikan kalimat Mimi dengan berkata : "terserah, aku hanya butuh keinginanku dipenuhi. sekarang kamu mau atau tidak?"

***

Lounge pada puncak tertinggi hotel bintang tujuh Djaya Rizt Hotel, salah satu hotel termewah di kota metropolitan yang super sibuk dan sesak.

Malam ini 10 Juni pukul 21.00, pria berwajah tampan dan berotak cemerlang, dilengkapi dengan tata krama yang merupakan syarat utama Bagi para lelaki yang terkategorikan memesona.

Pria itu datang, membawa perempuan bertubuh langsing dengan gaun putih yang menjulur melapisi kulit putihnya yang polos melambangkan kemurnian gadis muda yang baru melihat dunia. tangan gadis tersebut mengalung ringan pada pergelangan lengan kokoh berbalut tuksedo warna hitam pekat.

Bersamaan dengan kedatangan keduanya, cahaya lampu yang lembut tercermin dan memancar di atas lantai hotel. Dari arah panggung, seorang penyanyi jazz menyanyikan lagu My Favorite Things milik John Coltrane diiring saksofon yang sesungguhnya cukup romantis untuk dihayati. Di mana beberapa orang terkenal termasuk para selebriti sedang mengobrol asyik di depan bar cocktail.

Sorot mata beberapa orang yang berada pada bar cocktail, sempat berpindah sesaat. selepas itu dengungan lirih layaknya sekelompok lebah terusik, mengikuti tiap langkah pasangan yang baru datang.

Gadis di pergelangan tangan putra kedua Dicther Grup- perusahaan yang selama 5 tahun terakhir mendominasi bisnis entertainment, sebuah bisnis yang dipimpin oleh perempuan paruh baya selepas presiden direktur Dicther Grup meninggal dunia- tidak diketahui identitasnya.

Tampaknya gadis tersebut bukan dari kelompok arisan kalangan sosialita yang biasanya hadir memenuhi berbagai jenis pesta yang di selenggarakan para konglomerat terutama pada bidang entertainment.

Sutradara, penulis naskah, musisi bahkan komedian termasuk para penggiat seni di strata tertinggi mengisi kebisingan malam ini tidak ketinggalan, gelombang besar para selebriti ternama berseliweran di antara tamu undangan.

Mengetahu dirinya mendapatkan banyak lirikan sedangkan pasangannya yang polos sama sekali tidak memahaminya. Bram memindahkan tangan mimi yang mengalun lembut di lengannya pada genggaman tangan.

Menarik dengan sedikit sentakan kini Bram mendapati tubuh gadis polos tersebut berhadap-hadapan dengan dirinya. Ia mengangkat lengan Mimi naik ke atas, musik berubah, penyanyi Jaz menghentikan kalimatnya. Menyisakan instrumen musik piano yang mengalun indah. Tangan kanan lelaki mendapatkan pinggang perempuan dan menariknya kian dekat.

"Saya tidak yakin," ini kalimat kekhawatiran yang di ucapkan sang gadis.

"Abaikan musiknya dengarkan instruksi dan ketukanku," lelaki tersebut merundukkan kepalanya berbisik hangat di telinga anak ayam yang berubah jadi angsa.