webnovel

Part 8

"Ty, siapkan minuman untuk kami berdua. Berikan yang terbaik!" ujar Anne pada bartender di minibarnya.

Tyson adalah seorang lelaki berusia sekitar dua puluh delapan tahun. Ia sudah bekerja sebagai bartender selama lima tahun di mansion itu. Setiap racikan minumannya membuat Anne kagum dan menginginkannya lagi dan lagi. Lelaki dengan tinggi 175cm, berkulit kuning langsat dan memiliki tatto di leher dan badannya itu adalah salah satu orang kepercayaan Evacska untuk melindungi Anne.

"Nona, anda sudah menghabiskan lima botol siang tadi. Apakah anda ingin saya kena omel Tuan?"

"Apa! Lima botol? Kau gila!" seru Ron.

"Ya dan itu semua karena dirimu!"

"Aku sudah minta maaf padamu!"

"Maaf? Hah ... bahkan aku tak peduli dengan permintaan maafmu!"

"Kau marah?"

"Dengan bodohnya kau bertanya seperti itu."

Tiba-tiba saja Ron mencium Anne. Ron melumat bibir wanita itu sedikit kasar. Tyson yang menyaksikan hanya bisa berkedip dan menelan salivanya dengan kasar. Cukup lama ciuman itu berlangsung, hingga Ron melepaskannya.

"Maafkan aku, aku tak bermaksud membohongimu. Aku hanya ingin memastikan kondisinya karena selama ini ia menghilang begitu saja,"jelas Ron.

Anne menatap iris biru milik Ron, tidak ada kebohongan kali ini. Anne menganggukkan kepalanya, ia menyuruh Tyson untuk menuangkan minuman ke dalam gelas miliknya. Anne meneguk minuman itu dengan sekali tegukan.

"Duduklah, temani aku minum," ujar Anne lirih.

Ron hanya menurut, ia duduk disamping Anne dan meneguk minuman yang sudah Tyson tuang sebelumnya. Mereka hanya diam dan mengisyaratkan pada Tyson untuk menuangkan minuman ke dalam gelas kosongnya. Hingga Anne tak mampu lagi menahan berat tubuhnya, wanita itu jatuh di dalam pelukan Ron. Meski Ron sendiri tengah mabuk, tetapi ia masih bisa menggendong Anne untuk masuk kekamarnya.

Ron merebahkan tubuh Anne diatas ranjang, saat ia akan menegakkan posisi tubuhnya, Anne menarik Ron hingga bibir mereka bertemu. Anne melumat bibir Ron dengan lembut, begitupun dengan Ron yang membalas lumatan itu.

Bibir yang sudah bertautan dengan mata terpejam, satu tangan Ron menopang berat tubuhnya sedngkan tangan lainnya sudah bermain diatas dada Anne. Tangan Ron meremas dad itu dengan perlahan, membuat tubuh Anne menggelinjang. Kini tubuh Ron menindih Anne, ia menggesekkan kejantanannya yang masih terbungkus rapi pada area sensitif milik Anne.

Ron melepaskan ciuman Anne, mata mereka saling menatap. Perlahan Ron melepaskan pakaian Anne hingga terlihat jelas tubuh indahnya. Setelah itu ia juga melepaskan pakaian miliknya.

Ron kembali menindih tubuh Anne, ia kini tengah mengulum puting payudara Anne yang sudah mengeras. Sedangkan satu tangan bermain diarea kewanitaan milik Anne.

"Akh, Ron ... kau terlalu keras di sana," desah Anne.

Lelaki itu tak menghiraukan desahan Anne, ia terus menikmati payudara yang kenyal dan juga menawan itu.

"Aakkhh ... terus, Ron. Yeah,"

Ron memasukkan satu jarinya ke dalam liang kewanitaan Anne. Jari itu bergerak mengaduk di dalam sana. Desahan Anne semakin keras, hingga ia mendapatkan pelepasan yang pertama.

"Aaakkhhh,"

Ron mengeluarkan jarinya, ia kini menggesekkan kejantanannya pada bibir kewanitaan Anne. Kaki Anne meligkar pada pinggul Ron. Perlahan lelaki itu memasukkan kejantanannya ke dalam liang sempit milik wanitanya. Anne meringis merasakan sesuatu yang berusaha menerobos selaput dara miliknya.

"Aakkkhhh ... S-sakit!" pekik Anne yang merasakan kejantanan Ron masuk memenuhi liang miliknya.

Anne mencengkeram lengan Ron menahan rasa sakit pada bagian bawahnya. Ron mencium Anne agar sedikit menghilangkan rasa sakitnya, lalu ia menggerakkan pinggulnya dengan gerakan memompa.

"Akh ... ehemm," desah Anne.

Ron terus memompa tubuh Anne, kali ini ia menambah temponya. Hal itu membuat Anne mendapatkan pelepasannya yang kedua.

Tiba-tiba saja Ron menghentikan kegiatannya. Tentu hal itu membuat Anne sedikit kesal. Ron membalikkan tubuh Anne, ia membuat Anne menungging, menumpu tubuhnya dengan berpegangan pada badan ranjang. Lalu Ron kembali menyerang kewanitaan Anne dari belakang.

Kali ini hanya ada rasa nikmat yang mereka rasakan. Hentakan demi hentakan lelaki itu lakukan, ia tengah menikmati kejantanannya yang terasa terjepit di dalam sana.

"Ouh, Shit! Milikmu sempit sekali, Sayang. Aakkhh ... aku tak bisa berhenti untuk tidak memasukimu lebih dalam," ujar Ron ditengah pompaannya.

Tubuh Ron sedikit membungkuk, kedua tangannya menangkup payudara Anne. Lalu ia kembali menggerakkan pinggulnya.

" Akkh, Ron ... yeah, nikmat sekali," rancau Anne yang merasakan miliknya penuh dengan kejantanan milik Ron

Ron kembali membuat Anne mengeluarkan cairan bening miliknya. Setelah desahan panjang, tubuh Anne melemas. Ron melepaskan kejantanannya, lalu membalikkan posisi Anne.

Ron menaikkan kaki Betj keatas bahunya. Lelaki ituh kembali memasukkan kejantanannya ke dalam liang kewanitaan Anne.

"Aakkhhh," desah keduanya.

"Terus, Ron. Itu sangat nikmat, aakkhh ... jangan berhenti," rancau Anne.

"Seperti yang kau mau, sayang. Milikmu benar-benar nikmat sekali," ujar Ron.

Ron menurunkan tubuhnya hingga menindih Anne dengan intim yang masih bertautan. Ron melumat bibir Anne, lidahnya menjulur menyusuri rongga mulut dan saling bertukar saliva.

Sudah hampir empat puluh lima menit mereka bercinta. Peluh membasahi tubuh keduanya, meski ruang kamar Anne begitu dingin, tetapi suhunya tak dapat mendinginkan persetubuhan panas itu.

Ron mempercepat gerakan pinggulnya, tubuhnya mulai menegang.

"Aku akan sampai, sayang," ucap Ron.

"Aku juga, Ron,"

Ron menghentakkan kejantanannya lebih dalam. Ia mengeluarkan cairan putih kentalnya di dalam rahim Anne. Ron mencium kening Anne, lalu berbaring disamping wanit itu dengn melepaskan kejantanannya terlebih dahulu.

Tanda sadar, Ron memeluk tubuh Anne. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka yang masih telnjang.

"Terima kasih, Ron."

Ron hanya tersenyum lalu memejamkan matanya. Diikuti oleh Anne yang memilih untuk tidur bersama orang yang sangat ia cintai.

***

Keesokan paginya, Anne bangun terlebih dahulu. Ia merasakan nyeri pada bagian bawahnya. Saat melihat kesamping, Ron masih setia dalam tidurnya. Dengan menahan rasa sakit itu, Anne beranjak dari ranjang menuju kamar mandi.

"Akhirnya aku mendapatkanmu, Ron,"gumam Anne sembari berkaca di dalam kamar mandi.

Wanita itu dengan perasaan bahagia membersihkan dirinya dari sisa-sisa percintaan mereka. Meski tengah merasakan nyeri pada bagian kewanitaannya, tetapi hal itu tak membuatnya jera dengan persetubuhan panas yang semalam ia lakukan.

"Rasanya begitu nikmat, meski sedikit nyeri saat milikku sudah ia renggut," gumamnya lagi.

Seketika ia melupakan rasa sakit hatinya kemarin. Ia bahkan sudah tak ingin mengambil pusing dengan hal itu.

"Aku ingin melakukannya lagi," ucap Anne.

Ia buru-buru menyelesaikan kegiatannya, lalu mengenakan kimononya. Saat Anne keluar dari kamar mandi, ia melihat Ron dengan bertelanjang dada menatapnya dan tersenyum hangat.

"Kau sudah selesai? Giliranku untuk mandi," ujar Ron.

Lelaki itu melangkah mendekati Anne. Wanita itu tersenyum saat Ron mulai mendekat, tangannya menyentuh dada bidang milik Ron. Sungguh sebuah pemandangan yang menyegarkan dipagi hari.

"Hei, apa aku bisa mendapatkannya lagi?" tanya Anne pada Ron.

"Hah? Apa maksudmu?"

"Aku menginginkannya lagi," sembari meremas perlahan kejantanan milik Ron.

Ron menatap tajam pada Anne, lalu beberapa detik kemudian senyumnya mengembang. Ron menarik tubuh Anne ke dalam pelukannya.

"Jangan menyesal jika kali ini akan kupastikan kau tak dapat berjalan dengan nyaman, Sayang."