webnovel

Part 44

"Berikan saja lahan itu untuk Ron, katakan padanya untuk membayar sesuai harga yang sudah tertera," ucap Anne di telepon.

"Baiklah."

Sambungan telepon itu terputus begitu saja setelah jawaban terakhir diucapkan seseorang di seberang telepon. Anne terlihat sedang memegang sebuah berkas kepemilikan lahan yang berada di Manhattan. Wanita itu tersenyum kecil lalu tidak lama kemudian ponselnya kembali berdering dan menampilkan nama Ron pada layar kecil itu.

"Ya, Ron?"

"Kau tahu? Lahan itu berhasil aku dapatkan, hanya saja aku tidak bisa bertemu dengan Hunt, aku tidak mempermasalahkan hal itu, setidaknya bisnis yang akan kujalankan bisa berjalan lancar setelah ini," ujar Ron pada Anne.

"Syukurlah, biasanya Hunt memang tidak akan menemui seseorang hanya karena masalah kecil, Ron. Ia menyetujui tawaranmu saja sebuah keajaiban," ujar Anne.

"Ya, aku senang sekali. Kita adakan makan malam bersama Cio. Apa kau sibuk?"

"Tidak, baiklah, kita akan makan malam bersama, kau tentukan restorannya," jawab Anne.

"Oke, jangan lupa untuk memberitahu Cio mengenai hal ini," ucap Ron.

"Tentu saja."

Sambungan telepon itupun terputus. Anne menyeringai, perasaan senang mendengar kebahagiaan Ron membuatnya jauh lebih tenang saat ini. Akhirnya Anne memutuskan untuk segera menyiapkan semuanya, ia menghubungi Layla untuk bertemu dengan Xander, melalui lelaki itu Layla akan memberikan surat-surat lahan yang sengaja masih tertera nama pemimpin Camorra.

"Apapun itu ... aku akan melakukannya karena kau milikku!" gumam Anne.

Selesai dengan pekerjaannya di rumah, Anne beranjak dari sana untuk segera menjemput Cio ke sekolahnya. Seperti biasa, Granger akan dengan setia menemani Anne menuju tempat Cio berada.

"Granger, bisa kita menemui seseorang terlebih dahulu?" tanya Anne pada Granger.

"Baik, Nona."

Granger mengantarkan Anne ke sebuah tempat yang sedikit terpencil, meski tempat itu berada di tengah kota. Namun, jalan masuk menuju tempat itu hanyalah sebuah jalan setapak, yang mengharuskan Anne berjalan kaki sejauh 300 meter. Beruntung wanita itu mengenakan sepatu flat, sehingga ia tidak terlalu lelah saat berjalan kaki.

"Nona, tempat apa ini?" tanya Granger.

"Tenang saja, kau akan tahu setelah ini," ujar Anne.

Mereka sampai di sebuah pintu kayu yang sudah tidak layak, bahkan di beberapa sisi terdapat noda yang terlihat seperti darah. Anne mencoba mengetuk pintu beberapa kali, hingga seorang lelaki dengan bertelanjang dada keluar. Wajah kaku lelaki itu membuat Granger menatapnya dengan tajam. Lelaki itu mempersilakan Anne dan Granger untuk masuk ke dalam rumah reyotnya.

Lelaki itu mempersilakan untuk Anne duduk di kursi kayu yang ada di sana. Ia berjalan menuju sebuah lemari kayu yang terkunci, sebuah berkas diambil dari dalam lemari itu, lalu ia memberikannya pada Anne. Anne menerima berkas itu dan membuka perlahan. Sebuah foto tercetak jelas di sana, foto seorang lelaki yang selalu ia dambakan dan juga selalu ia cinta. Ya, di sana ada beberapa foto Ron dari masa kecil hingga sekarang. Bahkan ada beberapa foto kedua orang tua Ron, mereka berfoto di depan sebuah Mansion.

"Nona, apa maksud dari semua ini?" tanya Granger yang terlihat terkejut.

"Semua data mengenai keluarga Solon dengan valid, kau bisa membuktikannya jika tidak percaya dengan informasi dariku," ujar lelaki itu.

"Aku percaya padamu, kau sudah bekerja dengan keluarga Evacska cukup lama. Terima kasih atas kerja keras ini, Link," ujar Anne.

Anne memberikan berkas itu pada Granger, lalu mereka keluar dari rumah kecil itu dan menjemput Cio.

***

Rasa penasaran kini sedang Granger rasakan, ia menuju kamarnya dan membaca berkas yang Anne berikan padanya. Lelaki itu membulatkan mata, berharap apa yang ia baca tidak seperti kenyataan. Pada berkas itu tertulis sebuah kenyataan yang mengejutkan mengenai kepemilikan Mansion Evacska juga tentang keluarga Solon.

Ron memang tidak pernah menceritakan tentang masalalunya pada siapapun dan hal itu yang membuat Anne harus mencari tahu dengan caranya. Anne sudah lama mencari tahu tentang keluarga Solon karena ada sebuah kejadian yang ia ingat saat masih kecil.

"Tidak mungkin! Kenapa aku baru mengetahui hal ini?" gumam Granger.

Lelaki itu kembali melanjutkan kegiatannya untuk membaca berkas yang ada di tangannya. Ia juga mengamati setiap foto yang ada di sana. Salah satunya ada foto yang memperlihatkan satu keluarga dengan orang tua dan dua anak yang berbeda jenis, laki-laki dan perempuan. Granger sangat mengenali anak perempuan itu, yang tidak lain adalah Anastasya atau biasa ia panggil Sia.

"Nona ... semua ini sangat tidak masuk akal untukku, lalu apa yang akan terjadi setelah ini?" gerutu Grag.

Tidak lama kemudian pintu kamarnya terketuk, seseorang tengah memanggil namanya beberapa kali dari luar pintu. Granger membereskan berkas itu lalu memasukkan berkasnya ke dalam laci meja. Granger berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Kenapa paman begitu lama membuka pintu? Apa paman sedang sibuk?" tanya Cio.

"Ada apa?"

"Apa paman bisa mengantarkan aku untuk mengambil buku di rumah Ryu?"

"Baiklah."

Saat mereka sedang berjalan menuju garasi mobil, mereka bertemu dengan Anne yang baru saja keluar dari ruang kerjanya.

"Abercio, kau mau ke mana?" tanya Anne.

"Buku tugas milikku terbawa Ryu dan aku akan mengambilnya ke rumah Ryu," jelas Cio.

"Baiklah, jangan lupa nanti malam Papa mengajak kita makan malam di luar," ujar Anne.

"Okay."

Granger hanya menganggukkan kepalanya sekilas, lalu ia mengikuti langkah Cio untuk keluar dari dalam Mansion.

Setelah kepergian anaknya, Anne mempersiapkan segala sesuatu untuk acara makan malam hari ini. Ia menyiapkan mini dress yang cantik dengan warna putih berkilau, sementara untuk Cio jas hitam dengan dasi kupu-kupu.

Beberapa menit setelah selesai, Anne mendapatkan sebuah panggilan dari ponselnya. Di sana tertera nama Layla dan wanita itu langsung menekan ikon hijau.

"Ada apa?" tanya Anne.

"Tuan Ron sudah menandatangani suratnya, Nona," jelas Layla.

"Siapa yang menemui Ron? Xander?"

"Bukan, Tuan Carlo."

"Baiklah. Terima kasih informasinya, Layla."

Anne tersenyum bahagia mendengar informasi yang asistennya berikan. Ia segera bergegas dengan membersihkan diri di dalam kamar mandi karena waktu sudah menunjukkan pukul lima sore hari.

"Semua akan terbalaskan dan kau akan mendapatkan kembali apa yang menjadi hak mu, Ron," gumam Anne di tengah kegiatannya.

Wanita itu sangat menikmati kegiatannya hingga tidak mengetahui jika Ron sudah ada di Mansion. Ron yang mengetahui jika calon istrinya sedang mandi, kini ia melepaskan seluruh pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi tanpa mengetuk pintu.

"Kenapa kau tidak mengajak aku saat sedang seperti ini?" Suara Ron membuat Anne menengok kepadanya.

"Ron, kau sudah pulang ... kenapa tidak memberitahu jika akan pulang lebih awal?" protes Anne.

Wanita itu keluar dari bathup lalu melingkarkan tangannya pada leher Ron. Ia mencium lelaki itu dengan lembut, hingga permainanpun berjalan seperti biasa. Setelah puas berciuman, Anne merendahkan tubuhnya, tangannya meraih kejantanan Ron dan tanpa banyak bicara wanita itu memasukkan milik Ron ke dalam mulutnya. Ron terlihat menahan tubuhnya dengan satu tangan menyentuh dinding kamar mandi.