webnovel

Part 19

Part 19

Dua tahun berlalu,

kehidupan bisnis Ron berjalan lancar. Ia selalu menyibukkan diri semenjak hubungannya dengan Fabio berakhir. Saat itu pun Ron juga menyerah untuk mencari tahu tentang kondisi Anne. Pasalnya, Layla sebagai asisten sangat menyembunyikan informasi mengenai Anne.

Hingga beberapa waktu lalu, ia sedang jogging di sebuah taman. Ron melihat seorang anak laki-laki bermain dengan Granger. Ya, pengawal kepercayaan Anne itu sedang di sana. Sayangnya, saat Ron menyadari jika anak itu pasti anaknya dengan Anne, Granger menghilang dari sana.

"Mungkin itu hanya halusinasiku," gumamnya.

Lelaki itu terlihat sangat memikirkan wanita yang dulu mengandung anaknya. Semenjak kejadian itu, Ron membayar orang untuk mencari tahu tentang keberadaan Anne.

"Mungkinkah kau masih di mansion itu?" tanyanya pada diri sendiri.

Ron mengacak rambutnya dengan kasar. Ia terlihat frustasi karena sudah satu minggu lamanya, ia tak dapat menemukan anak itu.

"Ron, seseorang ingin menemuimu," ujar Casie.

"Siapa?"

"Entahlah, ia hanya diam saja tak menjawab saat aku bertanya," jelas Casie.

"Baiklah, akan kutemui orang itu."

Ron berjalan menuju ruang tamu. Ya, lelaki itu sedang berada di dalam apartemen elite miliknya. Setelah kepergian Allena, Ron menjual apartemennya dulu, lalu kembali ke apartemennya sendiri bersama Casie.

"Kau," seru Ron yang kini tengah membulatkan kedua matanya.

"Tuan," sapa Allena.

"Bagaimana bisa kau kemari? Ada apa?"

"Maaf, aku hanya ingin mengembalikan uang anda. Uang yang pernah aku ambil tanpa sepengetahuan anda. Aku berniat mencari anda sejak satu tahun lalu, tetapi akuh tak dapat menwmukan anda di manapun. Hingga aku melihat anda di sebuah acara televisi. Dan di sini lah aku sekarang," jelas Allena.

"Kau bisa membawa uang itu, sekarang pergilah! Aku sudah tidak membutuhkannya."

"T-tapi, Tuan!"

Ron tak menghiraukan Allena, ia justru pergi meninggalkan wanita itu untuk masuk ke dalam kamarnya lagi.

Casie yang melihat hal itu menghampiri Allena.

"Siapa namamu?" tanya Casie.

"Nyonya, maaf. Aku tak bermaksud mengganggu suamimu, aku hanya ingin mengembalikan uangnya saja," terang Allena.

"Hahaha, aku bukan istrinya. Lelaki itu sudah seperti adik bagiku. Sekarang kau bawa saja uang itu dan pergilah. Sepertinya aku tahu kenapa Ron menghindarimu," ujar Casie.

"Kenapa?"

"Kau sangat mirip dengan wanita yang dicintainya. Sekarang Ron sedang berusaha untuk menemukan wanita itu."

"Begitu rupanya. Maafkan aku," ujar Allena.

Setelah perbincangan singkat itu, Allena memutuskan untuk pergi dan membawa kembali uang miliknya.

Di dalam kamar, Ron terus memandangi ponselnya. Berharap dapat kabar bagus dari orang suruhannya.

"Kenapa sangat lama?!" gerutunya.

Tak lama kemudian, ponselnya berdering. Di sana tertera nama Yohan, seorang informan yang diutus oleh Ron untuk mematai mansion Evacska.

"Bagaimana?" tanya Ron.

"Mereka masih tinggal di mansion itu, dalam satu minggu sekali seorang anak kecil akan keluar dari sana untuk bermain di taman," terang Yohan.

"Setiap hari minggu?" tanya Ron.lagi.

"Ya, biasanya seorang lelaki akan mengawal mereka."

"Hemm, pukul berapa mereka keluar dari mansion?"

"kisaran pukul sepuluh, Tuan," jelas Ron.

"Terima kasih," ucap Ron singkat.

Senyum Ron mengembang, lelaki itu merasa sedikit senang karna bisa bertemu lagi dengan Anne. Meski dengan cara yang salah.

***

Ron sudah mengenakan setelan untuk jogging. Ia terlihat santai hari ini,dan dengan penuh semangat Ron berangkat menuju taman.

Ron melajukan mobilnya sedikit cepat, agar ia sampai terlebih dahulu dari Anne.

"Sepertinya aku terlalu cepat, masih kurang tiga puluh menit ternyata. Sebaiknya aku jogging dulu," gumam lelaki itu.

Ron mulai berlari mengelilingi taman itu, sesekali ia melihat ke arah jalan raya untuk memastikan kedatangan Anne.

"Kenapa begitu lama?" gumamnya sekali lagi.

Lelaki itu sungguh tidak sabar menantikan pertemuannya bersama Anne. Ia kembali berlari mengelilingi taman, hingga putaran ketiga. Sebuah mobil Range Rover berwarna hitam yang sangat dikenali oleh Ron datang.

Ron menghentikan langkahnya, ia melihat ke arah mobil itu. Tak lama kemudian Granger keluar dari mobil dan membuka pintu mobil bagian lainnya. Seorang wanita yang ia kenal sedang menggandeng anak kecil.

"Anne," ucap Ron lirih.

Lelaki itu menghampiri Anne yang berdiri menatap anaknya. Ia memberanikan diri untuk memanggil Anne.

"Anne," panggil Ron.

Suara Ron sontak membuat wanita itu menoleh. Matanya terbelalak melihat Ron yang sudah berdiri di hadapannya.

"Kau!" seru Anne.

"Apa kabar?" tanya Ron.dengan santai.

"Baik, seperti yang kau lihat, Tuan Ronald."

"Kau terlihat berbeda, atau mungkin karna lama tak bertemu aku lupa dengan gaya berpakaianmu," ujar Ron berbasa basi.

"Kau tidak salah, aku memang sedikit merubah gaya berpakaianku, Tuan Ronald," ujar Anne.

"Ayolah, panggil namaku saja. Kenapa kau begitu formal berbicara denganku ?" tanya Ron.heran.

"Maaf, mungkin karena terlalu lama tidak bertemu," ucap Anne.

"Apakah anak itu," ucapan Ron tertahan.

"Ya, anak itu adalah anakku. Anakmu juga," jelas Anne.

"Boleh aku tahu namanya?" tanya Ron.

"Namanya Abercio Stephan Evacska, kau bisa memanggilnya Cio," jelas Anne.

"Cio," ujar Ron membeo.

Ron tersenyum melihat Cio yang tengah bermain bersama Granger. Sesekali Granger menatap tajam ke arah Ron, ia tahu bahwa Granger memang tidak begitu menyukainya.

"Kenapa kau selalu menghindariku?" tanya Ron.

"Aku tidak menghindarimu, memang sekarang seluruh bisnis di pegang oleh Layla hingga Cio mampu memimpin semua bisnis Evacska," jelas Anne.

"Kau masih gila seperti dulu, anakmu masih kecil untuk mengerti bisnis," protes Ron.

"Kau akan terkejut setelah mengenal Cio. Ia tak seperti anak kecil pada umumnya," jelas Anne.

"Mama," panggil Cio.

"Sayang, sudah selesai mainnya?" tanya Anne.

"I'm done, Mama!" jawab Cio.

"Cio, perkenalkan Papamu, Ronald," ujar Anne.

"Papa? Really?"

Anne mengangguk dan tersenyum. Cio menatap Ron dengan tatapan tajamnya. Anak itu sungguh ingin benar-benar memastikan bahwa ia tak salah orang.

"Papa!" seru Cio yang akhirnya berlari memeluk Ron.

Ron yang terkejut kini mensejajarkan tingginya dengan Cio.

"Hi, jagoan," gumam Ron.

"Papa, i know you. Di kamar mama ada foto papa, sangat banyak," ujar anak berusia dua tahun itu.

Usianya memang masih dua tahun, tetapi Cio tumbuh menjadi anak yang jenius. Namun, meski begitu Cio tetap anak kecil yang selalu memiliki keinginan untuk bermain.

Ron menggendong Cio, ia terlihat bahagia bisa melihat dirinya yang bertubuh kecil. Benar, Cio sangat mirip dengan Ron.

"Nona, sudah waktunya kembali," ujar Granger.

"Kau selalu mengganggu, Granger!" celetuk Ron.

"Baiklah, kita pulang," ucap Anne.

"Apa!" seru Ron.

"Maaf, Tuan Ronald. Aku dan Cio harus segera kembali ke mansion. Kau masih memiliki akses untuk berkunjung ke mansionku jika tak keberatan. Kau bisa menemui Cio, itupun jika kau mau," ujar Anne.

"Baiklah, terima kasih. Akuh akan menghubungi Layla jika ingin berkunjung kesana," jawab Ron.

"Baguslah, sampai jumpa lagi."

Ron hanya mengangguk. Granger mengambil Cio dari gendongan Ron, lalu membawa anak itu menuju mobilnya.

Lelaki itu hanya bisa diam dan berdiri melihat kepergian Anne dan Cio.

"Aku seperti tak mengenalmu sebelumnya, Anne. Kau sangat berubah!" gumam Ron.