9 BAB VIII Wanita Rubah  

Coretan di dinding menandakan hari ketujuh sejak pertama kali Anna dimasukan dalam ruang yang berbentuk seperti penjara oleh makhluk hitam yang tak dikenalnya itu. Di sampingnya gelas yang berisikan sepertiga air dari volume gelas tersebut dan sepotong roti.

Mungkin hari telah malam pikirnya, Anna mengambil potongan roti terakhirnya hari itu dan menggigitnya. Sambil mengunyahnya perlahan Anna menoleh pada lampu yang tergantung di langit-langit ruang itu.

Lampu gantung yang meskipun sudah berhari-hari namun tak pernah berhenti menyala. Begitu juga dengan tiga potong roti dan segelas air yang setiap pagi tiba-tiba muncul entah dari mana saat ia membuka matanya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

Sejak malam itu, makhluk hitam pekat itu tak pernah muncul lagi. Sungguh aneh pikirnya.

Lalu sesuatu yang berbeda muncul, sesuatu yang tak ada di hari-hari sebelumnya.

Itu adalah bunyi derap kaki yang entah ada di mana.

Drrp! Drrp! Drrp!

Suara itu semakin keras terdengar di telinga Anna. Suara seseorang yang berlari mendekati ruangan itu.

"Seseorang ... seseorang! SESEORANG DISANA, TOLOOONG!!"

Drrp! Drrp! Drrp!

"DI SINI!! TOLONG!!"

Dengan sekuat tenaga sambil memegang erat jeruji besi penjaranya Anna mencoba meraih orang tersebut dengan suaranya.

Drrp! Drrp! Drrp!

Drp! ...

Sang pemilik suara itu berhenti tepat di depan jeruji penjara Anna.

Seorang wanita berpakaian hitam langsing seperti ninja mengenakan sebuah topeng rubah yang menutupi seluruh wajahnya.

"Kenapa?"

Wanita itu tiba-tiba bertanya.

"ha . . ?"

"Ku tanya kenapa, kenapa aku harus menolong mu?"

"kenapa? ..."

"Aku tak mengenal mu, tak memiliki tanggung jawab apapun pada mu, dan juga tak akan mendapatkan apapun dari mu. Jadi kenapa, aku harus menyelamatkan seorang gadis kotor seperti mu?"

Bagaikan sebuah pisau tajam kata-kata itu menusuk hati Anna, membuat matanya terbelalak dan mulai meneteskan air mata. Namun, satu-satunya kesempatan di depan matanya itu tak ingin ia lepaskan begitu saja.

Maka Anna membulatkan tekadnya dan mencoba meraih sang wanita dengan kata-katanya lagi.

"Ku mohon, kaulah satu-satunya harapanku. Sudah seminggu aku di tahan dalam ruangan ini oleh seekor makhluk yang tak kukenal. Juga, selama satu minggu ini tak seorang pun bahkan lalat sekali pun datang ke tempat ini. Jadi begitu aku mendengar langkah kaki mu, aku merasakan harapan baru untuk bertahan hidup. Maka dari itu, tolonglah keluarkan aku"

...

"harapan untuk bertahan hidup kah?"

Sang wanita bertopeng rubah itu menengadah ke atas sebelum kemudian berjongkok dan menyetarakan pandangannya dengan wajah Anna.

"Baiklah kalau begitu, begini saja. Bagaimana kalau kita buat kesepakatan?"

"ke ... kesepakatan?!"

"ya, sebagai ganti aku mengeluarkanmu dari tempat ini kau harus melakukan sesuatu untukku. Bagaimana, kau setuju?"

"baiklah, selama aku bisa melakukannya akan kulakukan"

Seketika itu sang wanita menendang pintu penjara jeruji besi itu dan menjatuhkannya.

"Apalagi yang kau tunggu, cepatlah waktu kita tak banyak!"

Kata wanita itu selagi mengulurkan tangannya pada Anna.

"hmp ... !"

Air mata bahagia pun menetes dimata Anna yang meraih tangan itu dengan senyum di wajahnya.

Lalu seketika itu sang wanita mencengkram pergelangan Anna dan menariknya dengan kencang. Tanpa aba-aba apapun ia menarik Anna dan berlari dengan sekuat tenaga menembus kegelapan.

Tak luput pun berkali-kali kaki dan lutut Anna terantuk benda-benda keras yang tak dapat dilihatnya dalam kegelapan itu. Rasa sakit dan nyeri terasa hebat menyerang kaki Anna, terlebih telapak kakinya yang tak beralaskan apapun yang tak lelah menapakan kakinya pada permukaan yang kasar.

Namun Anna terus berlari dan tak mengeluh meskipun wanita itu tak berhenti ataupun mengurangi kecepatannya. wanita itu terus berlari dan berlari dalam kegelapan tak berujung itu hingga tiba suatu cahaya di ujung jalan mereka. Sebuah jalan keluar.

Seketika itu tepat di ujung jalan keluar itu cengkraman kuat yang mencengkram pergelangan tangan Anna itu tiba-tiba dilepasnya. Membuat Anna terlontar karena momentum yang tiba-tiba berubah dan membenturkannya pada tanah.

"Akhh!!"

Darah terhempas dari mulut Anna seperti orang yang batuk berdahak. Namun seakan wanita itu tak perduli ia hanya diam saja sambil menengadah ke atas.

"Syukurlah kita tak terlambat, ..."

...

Anna mengusap darah di mulutnya lalu mencoba untuk berdiri, namun rasa sakit yang masih terasakuat di kakinya tak mengijinkannya berdiri.

"hey, gadis kotor ... lihatlah ke langit, indah bukan?"

"Ekhkk! ..."

Darah kembali Anna hempaskan meskipun kali ini lebih sedikit. Tetapi sang wanita tetap tak memperhatikannya dan hanya terus menengadah dan memandangi langit.

"Malam ini bulan bersinar terang dengan bundarnya, menjadikan malam ini sangat sempurna. Sangat sempurna untuk berburu, bukankah kau sependapat gadis kotor?"

"Berpp ...berburu?"

Anna yang berusaha bicara sekali lagi memuntahkan darah, namun Anna menahannya.

"Sekarang saatnya kau membayar hutang mu, bukankah begitu?"

"Akh!! To ...tolonglah kh! Berikan sedikit waktu Nona"

"Haah? Tidak, ini tak bisa ditunda. Kau harus membayarnya sekarang!"

"Ta ... tapi ... aku masih dalam keadaan seperti ini Nona. ghuuk! Mungkin, aku masih tak bisa melakukan sesuatu yang kau minta"

"hm ... benar juga, kau tak akan bisa berlari dengan kaki yang kesakitan itu"

"berlari? Kenapa kau memerlukan aku berlari Nona?"

Lalu wanita itu mendekat dan mengeluarkan sebuah wadah air dan menuangkan isinya tepat pada luka-luka di kaki Anna.

"HUUAAAAAAA!!!! AAAAAA ... AAAAAAA ... HHUUAAAAAAAAAAAAA!!!!"

"Jangan cengeng, ini hanya alkohol biasa. Dengan ini kau akan bisa berlari lagi tanpa merasakan apapun hi hi hi hi ...!"

Pupil mata Anna seketika mengecil dan air mukanya berubah terancam selagi melihat sang wanita yang membuka topengnya.

Rambut emas panjang terurai dari topeng yang tertutup kain itu. Rambut emas,kulit putih dan juga warna iris mata biru yang hanya bisa dimiliki bangsa eropa bersinar redup memantulkan cahaya rembulan.

"Kau !!"

"Perkenalkan, namaku Vannesia van Pieterzcoon. Putri kedua gubernur jendral Pieterzcoon. Mari bermain sepuas hati malam ini, gadis kotor! Hi hi hi ..."

"Bagaimana bisa, kenapa kau?!!"

"Bagaimana bisa?! Bukankah itu sudah jelas, sejak awal akulah yang sudah mengurungmu di penjara itu. kenapa kau tak bisa menyadarinya?"

"tapi untuk apa?"

"hmm ... katakan saja untuk bersenang-senang? Dengan mengurung orang selama satu minggu di ruangan sunyi itu maka pikiran mereka akan mulai hancur perlahan. Kemudian berikan dia sedikit harapan cerah untuk mengembalikan semangatnya, karena akan menyusahkan kalau semangat orang itu patah sebelum waktunya! Lalu dengan semangat yang tersisa itu, rebut harapannya perlahan."

Seraya mengatakannya wujud Vannesia mulai berubah. Sekujur tubuhnya mulai dipenuhi bulu merah menyala terkena sinar rembulan. Lalu kedua rahangnya mulai menonjol ke depan bersamaan dengan postur tubuh yang semakin berisi dan berotot, bulu bagian belakang kepalanya terus memanjang seperti rambut merah keemasan.

Semakian jelas perlahan wujud Vannesia berganti menjadi Serigala merah dengan taring-taring tajamnya dan kuku hitam yang sedikit tebakar di ujungnya.

"perlahan ..., dan tepat pada titik terujung ... titik di mana garis antara hidup dan mati menjadi sangat jelas"

"tidak!!"

"baiklah, sekarang akankuberikan kau waktu untuk menjauh dan menjaga jarak. Jadi, larilah sekuat tenaga~! HUA HA HA HA HA HA HA HA HA HA!"

Sambil terus menangis Anna segera berlari dengan sekuat tenaga. Meskipun kedua kakinya yang masih terluka dan mengeluarkan darah. Namun, kedua kaki yang tak bisa ia rasakan lagi itu ia paksakan untuk berlari sekuat tenaga dengan napas yang tersenggal-senggal.

Menembus belasan pohon pinus raksasa, Anna berlari sekuat tenaga dari kejaran sang pemburu yang hanya ingin bersenang-senang.

avataravatar
Next chapter