webnovel

Bab 5

"..."

"siapa yang mengirimu..?" tanya Lancelot dengan dagu agak terangkat menatap wajah yang tak sepantar dengannya.

" Apakah itu penting bagimu..?" balasnya ketus, mata jingga kanannya menyipit kearahnya..

"Apa maumu...?" tanya Lancelot yang sepertinya tidak mau mengambil langkah basa basi ini.

"Kami hanya ingin mengambil sesuatu yang seharusnya menjadi hak kami.." jawabnya ketus

Lancelot menatapnya sesaat, mata biru dan jingga kini kembali beradu pandang.

"Oh.. lancangnya aku.. maafkan aku yang mulia.. perkenalkan namaku Fang, penyihir Oddward Forest."

"Aku tidak peduli siapa dan darimana kau berasal, aku hanya ingin tau siapa yang mengutusmu.." jawabnya acuh

" Oh well, apakah anda tidak tau perjanjian yang ayahmu buat dengan kami..? atau anda hanya berpura pura tidak tau sehingga membuat anda dengan sengaja menyerang kami seperti ini..?"

Lancelot menyeritkan dahinya seolah tertarik dengan kata katanya.

" Omong kosong..! Baroque tidak akan pernah mendatangani perjanjian dengan kalian..!" jawabnya datar

" Hmm.. yang mulia.. mengapa anda begitu naif..? kau tau, kami kemari bukan tanpa alasan. kami sudah memiliki wilayah kami sendiri, jadi untuk apa kami melakukan ekspansi kewilayah terpencil seperti ini.." sahutnya.

" Kalau begitu kalian telah mencoba memasuki sarang singa yang sedang tertidur..." jawabannya menjadi penutup basa basi mereka.

Lancelot mengangkat pedang tipisnya dan melesat kearahnya, jarak 10 langkah bisa ia ambil hanya dengan satu langkah, memang inilah kemampuan yang membuatnya ditakuti oleh lawan lawannya dalam pertempuran, tak sedikit kepala yang tergeletak diujung pedangnya karena dexteritynya yang begitu tinggi. Fang tak mencoba untuk menghindar melainkan mengangkat tangan kosongnya dan membentuk perisai jingga, tepat ketika pedang mendarat kasar di perisai jingga itu, perisai itu pecah dan menciptakan ledakan sihir yang membuat keduanya terpental mundur beberapa langkah. Kali ini serangan balasan, Fang dengan cepat mengumpulkan kekuatan sihirnya yang kemudian mengalir aura jingga dipedangnya dan menembakannya kearah Lancelot.

Lancelot yang melihat adanya sebuah kilatan garis jingga yang melayang cepat kearahnya, segera ia melompat kedepan seperti terkaman singa dan kemudian memutarkan badannya yang tengah melayang diudara, menyisakan cahaya pantulan pedang yang menyilaukan mata. Ia melakukan charge kearahnya dan kemudian menebaskan pedang kearah Fang. Fang dengan sigap mengangkat pedang besarnya, bukan untuk menangkis tapi untuk menebas kepala lawan. Namun sayang, pedang kecil jelas lebih cepat daripada pedangnya, apalagi yang memegangnya adalah salah satu dari para shadow blader. Ia mundur beberapa langkah setelah pukulan itu, ia meringis setelah mengetahui pinggangnya mengalirkan darah segar, tapi tak lama setelah itu luka yang menganga kembali menutup seolah tak terjadi apapun dalam waktu yang begitu singkat.

Tanpa perlu mengagumi kemampuan regenerasi yang hebat dari lawannnya, Lancelot segera melakukan serangan susulan. Ia kemudian melesat membentuk sebuah triangle yang tepat mengurung Fang didalamnya, gerakan itu seolah olah membuatnya menjadi tiga yang masing masing menempati setiap sudut triangle dan menyerang dengan serangan yang begitu cepat. Jelas serangan itu tidak bisa dihindari, ia muncul dari depan, belakang, kanan, kiri lawannya, tanpa perlu memberi kesempatan sedikitpun bahkan hanya untuk melihat kemana orang itu bergerak.

Untungnya sebelum itu terjadi, Fang sudah mengeluarkan sihirnya dan membentuk Athena Shield yang menyelimuti dirinya sehingga memperkecil kerusakan yang ia terima dari serangan itu. Kalaulah itu bukan dirinya maka pasti ia sudah terbelah menjadi beberapa bagian.

Fang meringis, nafasnya tersengal, sihirnya hampir habis hanya karena untuk membuat pertahanan dan serangan yang tak membuahkan hasil. Ia tak bisa berlama lama dalam keadaan seperti itu. Ia harus mengakhiri semuanya, ia kemudian mengeluarkan segenap kekuatan sihirnya, seketika badannya diselimuti aura merah, badannya terasa terbakar, ada sedikit cahaya yang melintas di matanya, dan kemudian ia melesat maju kearah Lancelot, mengangkat pedangnya tinggi tinggi, seolah pedangnya adalah serigala yang hendak memangsa kambing. Menyadari lawan tengah melancarkan serangan ultimatenya, Lancelot tersenyum dan kemudian ia menyatukan dirinya dengan cahaya dan bayangan membuat sebuah ilusi Phantom Shadow, dan membuat serangan menusuk satu arah dengan pedang, cahaya dan bayangannya.

"Shadow Power, Execute....!!!"

Sinar merah dan Cahaya hitam putih bertabrakan, menciptakan ledakan yang menyilaukan mata bagi siapa saja yang berada disekitarnya. Pasukan yang berada disekitar tempat itu reflek mengangkat lengannya, berusaha menutup jarak pandang antara ia dengan cahaya itu. Perlahan lahan cahaya itu memudar dan tampak dua sosok pria ditemani alunan detingan pedang yang seolah sudah menjadi musik yang membuat hati siapa saja berdebar ketika mendengarnya.

Mereka berdua bertarung sambil diliputi rasa heran, yang satu heran mengapa pedang yang begitu besar kini terlihat begitu ringan ditangan lawannya, dan yang satu lagi heran mengapa pedang kecil bisa bersaing dengan pedang besarnya. Mereka berdua melesat kesana kemari, seperti bayangan yang tak bisa terlihat. Hanya satu yang bisa membedakan keduanya, yang satu berwarna merah dan yang lain hanya bentuk seberkas kilauan cahaya. Lancelot kemudian maju mendekat dan melakukan gerakan anggar, gerakannya begitu cepat sehingga seolah olah tangannya seperti mesin jahit, dan Fang kini dalam puncak kekuatan sihirnya, ia mengeluarkan sisanya untuk membuat bola sihir yang digunakan untuk menangkis serangan Lancelot, keringat mengucur diujung dahi dan hidungnya, nafasnya tersengal dan kini kekuatan sihirnya telah habis. Ia dan Lancelot kembali terpental tepat setelah pedangnya menyentuh bola sihir untuk kesekian kalinya, bola sihir itu pecah dan keduanya terpental. Lancelot hanya mundur beberapa langkah, sedangkan Fang terbaring lemah di tanah, pedangnya melayang jauh darinya.

Segera setelah insiden itu, beberapa penyihir mendatanginya dan kemudian membawanya pergi, sebagian dari pasukan Lancelot dan termasuk ia sendiri ikut mengejarnya, tapi para penyihir itu juga berusaha untuk mencegah mereka, salah satu dari penyihir itu mengeluarkan sihir berelemen angin, dan meniup para prajurit yang mengejarnya. Lancelot kemudian menghampiri kuda hitamnya dan menaikinya, ia juga memanggil prajurit yang tersisa untuk ikut bersamanya, ia kemudian memacu kudanya kemudian melaju mengejar kawanan penyihir itu di ikuti oleh para prajuritnya.

Para penyihir itu terlihat bergerak begitu cepat, mereka tidak menggunakan kuda, melainkan menaiki selembar daun besar yang dinaiki beberapa penyihir diatasnya, daun itu melayang yang tentu saja dengan bantuan sihir. tak hanya itu, mereka mengandalkan kekuatan angin untuk mempercepat laju mereka, itu membuat para prajurit sedikit kesulitan untuk mengejar mereka. Tapi disisi lain Lancelot tidak mau menyerah karena ia tau, mereka tidak akan bertahan lama dengan keadaan seperti itu, sedikit demi sedikit kekuatan mereka akan habis, dan itu akan membuka kesempatan besar baginya.

Ia kemudian mempercepat laju kudanya, para penyihir didepannya sudah memasang wajah muram, Lancelot tersenyum ketika melihat wajah wajah itu, ia dengan semangat memacu kudanya, sedikit demi sedikit jarak diantara mereka sudah kian merapat, dan tinggalah waktu yang akan menentukan pertemuan itu.

Tepat ketika jarak antara keduanya sudah sekitar lima atau tujuh langkah, Lancelot yang masih memacu kudanya mulai menarik pedang dan menghunusnya. Tapi sayang, tepat ketika baru saja ia mengeluarkan pedang itu, sebuah dataran hijau membentang dihadapannya, membuatnya reflek untuk menghentikan kudanya, tapi bukan itulah yang sebenarnya membuatnya melakukan itu, tapi karena apa yang berada di dataran hijau itu. Setelah beberapa lama ia mengejar para penyihir di hutan, kini ia menyadari bahwa ia mengejarnya seorang diri, ia baru sadar bahwa prajuritnya tertinggal karena mereka dihalang kekuatan sihir saat dalam pengejaran.

Sesuatu yang membuatnya berhenti, tidak lain dan tidak bukan adalah karena ia berada di markas penyihir itu sendiri, ia memandang sekililing sambil menelan ludah, mencari sosok yang tadinya ia kejar, tapi tak satupun dari mereka yang memiliki wajah yang persis ia cari saat dalam pengejaran. Para penyihir itu mengarahkan tongkat sihir kearahnya, membuat Lancelot mengangkat kedua tangannya dan menjatuhkan pedang yang ada di genggamannya, jarak antara ia dan penyihir itu sekitar 20 meter, adalah suatu tindakan bodoh jika ia menggunakan blinknya untuk mencoba menyerang mereka.

"Jackpot...! lihat siapa yang berkunjung.." kata salah seorang dari penyihir itu.

"Adalah suatu kehormatan bagi kami menerima tamu dari keluarga kerajaan..." sahut yang lain..

Lancelot terdiam ketika kata kata penghinaan berbentuk pujian itu tertuju kearahnya.

Saat itu, tiba tiba munculah seorang pria dengan tongkat sihir dan topi kerucut di kepalanya, ia keluar dari sela sela kerumunan, penyihir itu menatap Lancelot sesaat.

" Tangkap dia, dan masukan dia kedalam kedalam penjara.."

katanya dengan suara yng terdengar tegas, tak perlu menunggu lama beberapa orang dibelakangnya bergerak maju menghampiri Lancelot. Lancelot kemudian turun dari kudanya, tangannya kemudian diikat lalu berjalan beriringan dengan penyihir penyihir itu.

Setelah mereka berjalan melewati kerumunan yang sudah mulai bubar, Lancelot membuja pembicaraan.

" Apa yang sebenarnya kalian cari..?" tanya Lancelot kepada penyihir yang berada didekatnya. Penyihir itu tersenyum kecut mendengar kata kata itu,

" Bukankah seharusnya aku yang menanyakan itu kepadamu....?" jawabnya balik bertanya

" aku hanya melakukan tugasku, dan tidak bisakah kalian menjawab pertanyaan yang lebih dulu diajukan..?" sahutnya..

Penyihir itu kemudian menghentikan langkahnya dan menatap sosok yang sebenarnya ia harus sedikit mengangkat dagu ketika menatapnya.

" Tugasmu..? jadi kau mengatakan kami ini pemberontak..? sayang sekali pangeran hebat sepertimu begitu bodoh sehingga tidak tau apa yang sebenarnya terjadi disekitarmu, kusarankan kau untuk mengurangi waktumu berkencan dengan biduan biduan sehingga otakmu tidak tumpul.." jawabnya ketus, sambil memalingkan wajahnya dan kembali berjalan.

Lancelot merasa seperti ada kotoran sapi yang dilempar kemukanya, kata kata itu sedikit mencubit hatinya, tapi ia tetap diam dan tidak mengatakan apapun, karena memang sebagian besar dari perkataan itu adalah kebenaran, tapi tetap saja, penghinaan tetaplah penghinaan, penghinaan tidak akan membuat seseorang merubah sifat buruknya. Giginya menggertak, dan tangan yang terikat mulai mengepal.

Sepertinya markas mereka bukanlah rumah mereka, karena yang ia kihat disitu hanyalah tenda tenda besar yang berjajar rapi, kemudian pandangan itu berubah ketika mereka memasuki ruang bawah tanah, tempat itu berada diujung perkemahan, lorong yang menjadi tangga untuk memasuki ruangan itupun begitu sesak, karena jalur itu hanya bisa dilewati satu orang bertubuh besar. Ruangan itu tersingkap ketika mereka telah sampai di ujung anak tangga, udara begitu pengap dan banyak nyamuk berterbangan melintasi hidung mereka, sesekali tangan mereka harus mengibas serangga kecil itu. Ruangan itu hanya diterangi beberapa obor, dan ada sekitar enam sel yang saling berhadapan satu sama lain.

Pemandangan itu membuat Lancelot hampir muntah, seisi sel begitu kumuh dan tak terurus.

"Tak akan ada orang yang mampu bertahan selama tiga hari ditempat seperti ini.." kata Lancelot menatap kearah penyihir itu,

" Ternyata kau pintar dalam menebak.." jawab penyihir itu tersenyum..

" Apa..?" matanya membelalak.

" Kau tau..? penjara ini tak hanya tempatnya yang begitu kotor, tapi kami juga sudah memasang berbagai sihir guna menambah penderitaan tahanan sepertimu.." sahutnya ketus

Lancelot kemudian mulai berjalan menuju ke sel,

"Kalian tunggulah di luar biar aku yang mengurusnya" perintah penyihir itu. Mereka tidak langsung pergi untuk memenuhi perintahnya,

" Apa kau yakin..? kau tau kan siapa yang sedang bersamamu..?" sahut penyihir yang lebih muda.

" sudahlah, jika ia mencoba untuk melarikan diri, tentu saja kalian lebih siap untuk menghadapinya diluar sana dari pada didalam tempat seperti ini bukan..?" balasnya meyakinkan.

Mereka terangguj angguk dan menyetujui sarannya

" Baiklah, berteriaklah jika kau membutuhkan kami.." jawab mereka sambil mulai melangkah menuju tangga.

Ia kemudian menatap pria bertopeng dihadapannya sejenak. Tangannya terangkat dan mendarat dikain hitam penutup wajah itu, ia kemudian menarik kain itu kuat kuat, dan menyingkap wajah tampan dibalik topeng itu.

" Oh.. maafkan kelancanganku yang mulia, aku begitu penasaran sehingga membuatku melakukan ini.." katanya sambil menyeringai.

" Kalau begitu kau akan mengenalku lebih dekat." jawabnya ketus.

" Benarkah..? aku tidak sabar menunggunya." sahutnya.

Tiba tiba sebuah tendangan mendarat di pangkal tulang keringnya, membuatnya mundur dan menghantam dinding sel. Mulutnya terbuka hendak berteriak, namun sebuah tangan tiba tiba membungkamnya, tangan itu menekannya dengan keras, sehingga melanjutkannya jatuh kelantai, tapi tetap saja tangan itu tidak mengendur, melainkan semakin kuat menekan. Tangan yang lain tiba tiba terasa mulai merayap di lehernya, dan menekan lehernya sehingga membuatnya kesulitan bernapas. Ia dengan sekuat tenaga melepas tekanan itu, badannya meliuk liuk seperti cacing kepanasan. Tapi usahanya sia sia, tak ada lagu udara yang bisa ia hirup, badannya mulai berhenti bergerak, tangan yang mencengkram cekikan itu mulai mengendur, dan matanya perlahan menutup.

Lancelot menghela nafas, tangannya masih terikat kedepan, ia kemudian meraba saku penyihir untuk mencari pisau guna memutuskan tali yang mengikatnya. Tak lama mencari, segera sebilah pisau berada digenggamannya, tak perlu memakan waktu lama untuk memutuskan tali itu. Kemudian berjalan menuju tangga dan merapatkan dirinya kedinding.

" Hey Kalian...! kemarilah..! cepat, aku membutuhkan bantuanmu..!" teriaknya sambik meniru niru suara penyihir yang telah mati itu.

Suara langkah kaki mulai terdengar menuruni tangga, kemudian salah satu penyihir menghentikan langkahnya ketika melihat sosok yang dikenalnya tergeletak tak berdaya di ujung lorong, ia kemudian berlari kearahnya diikuti tiga penyihir yang ikut bersamanya. Mereka tidak menyadari bahwa Lancelot berada dibelakang mereka dengan bilah pisau teracung ditangannya, tepat ketika penyihir yang terakhir memasuki ruangan, ia segera menangkapnya daei belakang dan meletakan ujung pisau dilehernya.

" Arggghhh..."

penyihir yang berada diujung lorong menatap kearahnya, mereka baru sadar bahwa mereka dijebak.

" satu langkah kalian bergerak, satu nyawa akan melayang " sahut Lancelot, suaranya menyebar keseisi ruangan.

Mereka tak dapat membantu tapi berdiri mematung menunggu nasib, mereka hanya beradu pandang mengikuti perintah Lancelot.

Lancelot menarik dirinya dan penyihir itu menuju tangga, satu demi satu anak tangga mereka naiki. Tepat ketika pintu keluar sudah terlihat, Lancelot menendangnya dan segera menuju ke pintu keluar. Sebuah teriakan dan derap langkah kaki menjadi yang terakhir yang ia dengar dipenjara kumuh itu.

Ia memandang sekeliling dan mendapati seekor kuda berpelana, disebelah sebuah tenda. Menyadari situasi aman, ia dengan cepat berlari kearah kuda itu, melompat menaikinya, dan memacunya secepat yang ia bisa, kuda itu meringkik, mengangkat kaki depannya dan kemudian melaju meninggalkan tempat itu. Namun Lancelot tak tau arah mana yang ia ambil, tapi ia tak peduli, ia terus memacu kudanya menjauh dari perkemahan.

Belum lama ia memacu kudanya, tiba tiba ada sebuah energi yang menghantam punggungnya dan membuatnya terpental, jatuh dari kudanya dan berguling guling. Tak sampai disitu, ia bahkan terperosok ke jurang dan kembali membuatnya berguling guling. Ia tak bisa berbuat apa apa, keputus asaan mulai muncul di hatinya. Tapi akhirnya semua itu berakhir setelah badannya menabrak pohon besar, kini ia berada dipermukaan yang datar. Namun rasa pusing begitu hebat muncul dikepalanya, cairan hangat mengalir diujung dahi, hidung, dan ujung bibirnya.

Dan entah kenapa dunia menjadi gelap.....