1 Telur dalam cangkang

Malam ini aku berniat untuk membuat makanan seblak, yaitu makanan favorit aku dan keluargaku. Entah mengapa kami sangat menyukai jajan itu, padahal itu hanya kumpulan kerupuk yang direbus dicampur dengan bumbu bumbu.

Aku dan kakakku mulai mencicipi seblak itu, tapi sepertinya ada yang kurang. Kami berdua berusaha memikirkan apa yang sebenarnya kurang dari seblak tersebut.

"aha! Kakak tau apa yang kurang, beli telor naj" kata Nabila kakakku

Dia kakakku, umurnya hanya beda 1 tahun denganku karena itu kita paling dekat dibandingkan yang lainnya, tapi kami juga sering kali berantem. Terutama soal barang yang kami sukai, entah itu baju,kado dan yang lainnya. Kami sering dibilang berbeda, seperti bukan seorang adek dan kakak. Aku juga merasa kami sangat berbeda, entah itu dari wajah dan juga sifat kami. Bahkan kami sering kali dikira teman, namun beberapa orang setelah mengenal kami lebih dalam, dan lebih sering bertemu dengan kami, banyak yang bilang kami semakin lama menjadi mirip. Entah lah

"ish. Emang kenapa gak kakak aja sih yang beli?" tanyaku

Hanya bisa pasrah dan langsung beranjak pergi ke warung terdekat untuk membeli telur satu setengah kilo, cukup untuk melengkapi seblak. Tapi sepertinya aku juga akan membeli pembalut karena hari ini aku sedang menstruasi, hal yang paling menyebalkan adalah membeli pembalut di warung. Karena penjual warung di rumahku bapak bapak, hahaha

Dalam perjalanan aku berdoa dan berharap semoga yang menerimaku bukan seorang bapak bapak, meskipun membeli pembalut hal yang wajar. Tapi siapa yang tidak malu jika penjualnya laki laki?

Setiap Langkah demi Langkah aku mengucapkan dalam hati " ibu please ibu,, tolong saya,, tolong jangan suami ibu"

Saat tepat di depan pintu warung, aku sangat senang ternyata ibu itu yang menjaga warungnya saat ini. dengan gembira aku langsung berlari menuju sang ibu untuk memesan telur dan juga pembalut.

"ibu.. aku mau beli tel-" ucapanku seketika terhenti karena suara hujan yang sangat deras.

Tiba tiba saja hujan turun begitu deras, sungguh ini tidak mungkin. Bagaimana bisa aku terkurung di warung malam malam begini.

"aaaaa" dan munculah berbagai spesies lelaki yang baru saja pulang dari masjid sehabis sholat maghrib.

Aduh bagaimana ini, banyak sekali lelaki yang berdatangan, tapi untungnya saja ada ibuwarung. Aku hanya berdiam melamun melihat setiap tetesan air hujan yang berjatuhan dari atas atap warung. Tiba tiba saja lamunanku terhenti

"dek? ini jadinya beli apa?" tanya sang ibu warung kepadaku

"oh iya bu, ini mau beli telur sama pembalut" aku menjawab dengan suara yang paling kecil sekecil mungkin, karena banyak sekali laki laki yang menumpang untuk berteduh di warung.

"huh, jadi ini mengapa perempuan tidak boleh keluar keluar saat maghrib." Batinku

Tapi malam malam hujan, sambil menyantap seblak itu sangat cocok sekali. Tak sabar rasanya untuk mencoba seblaknya nanti.

"bu? Udah belum telurnya?" tanyaku

"berapa ya?-"

JGERR *suara petir*

"astaghfirullah pecah petir" ibu warung tersebut tersontak kaget sehingga kambuh latahnya muncul secara tiba tiba.

"ibu,, kita numpang disini beberapa menit yaa, sekalian beli pop mie deh" kata seorang laki laki berbaju putih

"oke sebentar ya mas" kata ibu warung

Bukannnya melayani aku dulu yang sampai lebih awal, ibu warung malah kebelakang untuk mengambil pop mie dan air panas. Aku yang melihat hal itu sangat kesal, namun berusaha untuk sabar. Aku sekilas menatap laki laki itu dengan sinis.

"bisa bisanya, nyalip" batinku

Sang ibu warung tengah membuka bungkusan pop mie dan menyeduh air panas untuk pop mie. Mencium aroma bumbu pop mie yang terkena air panas adalah hal yang paling melemahkan. Terlebih aku sangat menyukai mie instan, cobaan apalagi ini ya allah.

"ibu? Sudah jadi pop mie nya?" laki laki itu mendatangi sang ibu warung, aku reflek menengok kearahnya.

Tunggu, itu bukannya 'dicky' ?? teman TK ku dulu. Iya benar, sudah lama sekali aku tidak bertemu degannya. Dan sekarang bertemu di warung, Sudah 7 tahun lamanya kami tidak bertemu.

Padahal, dicky rumahnya sekomplek denganku, tapi rumahnya agak jauh denganku. Terlebih lagi, semakin aku besar aku menjadi anak rumahan, jadi tidak akan pernah sempat melihat lingkungan sekitar. Aku juga tidak mengerti apa yang aku lakukan di rumah setiap harinya.

Aku menatap nya agak lama, lalu mungkin ia sadar kalau kau menatpnya, dan ia juga menatapku dengan ragu ragu. Aku yang merasa saat ini sangat akward, segera menyadarkan diriku dan berbalik arah.

"dek maaf ya tadi bikini pop mie dulu buat dia, soalnya kasian kehujanan" kata ibu warung itu

"haha iya bu gapapa" aku menjawbanya dengan sedikit kencang supaya dicky mendengarnya

"Dia fikir cuman dia yang laper." dumelku

Dan tiba tiba saja aku ingat dengan hal pembalut. Astaga! Aku lupa belum mengganti pembalutnya lagi sejak siang tadi. Aku pun langsung panik dan ingin rasanya buru buru pulang dan membatalkan semua belanjaan.

Aku takut tiba tiba saja bocor dan terlihat oleh laki laki dibelakangku.

"apalagi dek? selain telur"

Yang benar saja! Kenapa ibu ini cepat sekali lupa. Huh padahal tadi udah dikasih tau kalau aku akan membeli pembalut. Masa aku harus mengucapkannya lagi.

"Pembalut bu" kataku

Lalu ibu itu mencoba mencari pembalut yang inginku beli.

"oh iya, kamu sekarang sekolah dimana?" tanya ibu itu

"aku bu?" tanya ku ragu ragu

"iya"

"di Al husna"

"loh gak bareng lagi sama dicky?"

Aku hanya diam seribu bahasa karena malu untuk menjawab. Sebenarnya dicky teman TK pertamaku yang paling baik sebaik baiknya. Aku hanya merasa malu karena sudah lama sekali kami tidak bertegur sapa, 8 tahun lamanya.

Dulu kami satu sekolah di TK Yasmin, letaknya sangat dekat dengan perumahan komplek kami. Maknya setiap berangkat sekolah kami selalu berangkat Bersama. Biasanya yang selalu nyamperin untuk berangkat itu aku, karena aku gak terlalu sabaran orangnya kalo pergi bareng temen.

Saat awal masuk TK, aku merasa sedih karena hanya aku yang belum memiliki teman main. Dan juga hanya aku yang memakai kerudung saat TK, jadi aku merasa dibedakan sama temen yang lain. orang tuaku sejak aku masih kecil, sudah mengajarkanku untuk selalu memakai jilbab Ketika keluar, meskipun terkadang aku menagis kegerahan, tapi itu caranya agar aku terbiasa saat besar nanti.

Pertama kali masuk TK, aku ingat sekali kami masih belum saling mengenal satu sama lain. bahkan setelah perkenalan masing masing, aku langsung keluar untuk bermain sendiriran. Bukannya bermain dengan teman yang lain aku justru menyendiri di tempat bermain.

Aku bersenandung di panjat panjatan, Tiba tiba saja ia mendekatiku Bersama satu temannya, namanya maul.

Merasa sedikit risih, aku menjauh darinya dan berjalan menuju perosotan untuk bermain sendiri

Tapi, dia dan temannya malah mengikutiku ke perosotan, aku semakin risih dengan kehadirannya. lalu aku meninggalkannya lagi setelah merosot dari perosotan. Yang benar saja, mereka juga ikut merosot, setelah aku merosot dan aku malah menunggui mereka karena kesal di ikuti terus menerus.

Dan tiba tiba saat ia merosot, ia jatuh terpeleset dari perosotan itu. Aku yang saat ini mengingat kejadian itu rasanya ingin tertawa terbahak bahak dan menceritakan memori ini kepadanya, entah ia masih ingat atau tidak.

Tapi kenapa dulu aku malah mendekatinya dan memanggil ibunya? Baik sekali diriku.

Setelah aku memanggil ibunya, bukannya diobati justru ia malah dimarahi karena tak hati hati dalam bermain. Sungguh menyedihkan dirinya. Kufikir dia akan diobati jika aku memanggil ibunya.

Keesokan harinya dan seterusnya, kami mulai menjadi teman dekat. aku tak menyangka bahwa laki laki yang jatuh dari perosotan itu adalah teman pertamaku.

"dek? ini totalnya 22.000" kata ibu warung yang telah memotong lamunan ku

"eh- Oo baik bu makasih"

Mumpung air hujannya udah mulai mereda, aku segera pergi pulang dan berjalan sambil menunduk agar menjaga tidak eye contact. Saking malunya berada ditengah gerombolan laki laki.

Saat sudah sedikit jauh dari warung, aku baru ingat kalua aku belum membayar belanjaannya. Tapi aku sangat malas sekali untuk balik ke warung, jadi aku terus berjalan saja dan berniat untuk aku simpan jadikan utang.

Tapi hal itu gagal karena tiba tiba saja 2 laki laki meneriaki aku dari warung. "woi! Belom bayar woi! Gak halal itu barangnya"

Aku yang sangat kesal dengan ucapannya, dan juga sedikit malu, karena takut orang orang yang mendengarnya akan salah paham, aku pun langsung berbalik arah dan kembali lagi ke warung untuk membayar.

"ini bu, maaf tadi lupa bayar" kataku selagi memberikan uang kepada ibu warung

"haha, iya gapapa grogi yaa banyak laki laki disini"

Aku kaget dengan ucapan ibu itu, memang benar apa yang dikatakannya tapi bagaimana aku membalasanya agar tidak menimbulkan ke akward-an lagi. Jadi aku hanya membalasnya dengan tertawa.

Tiba tiba saja ada seoang laki yang sepertinya salah satu temannya, mnimpali.

"grogi gara gara ada dicky tuh,,"

"hah aneh banget sih itu orang, kenal juga enggak. Sok kenal banget deh" batinku kesal

Setelah pulang dari warung, aku langsung beranjak untuk masuk karena tidak sabar untuk menicipi masakan favoritku, seblak.

"kak, ini telurnya udah sampe" kataku

"kemana aja telurnya, kok baru sampe?" tanya kakakku

"hmm,, itu tadi lama gara gara banyak cowok"

"tapi seblaknya udah abis" kata kakakku

"HAH?? Yang bener oi! Udah berjam jam nunggu ujan reda akhirnya ga makan seblak juga?"

Kakakku dan keluargaku ternyata sudah menghabiskan seblaknya, hanya tinggal sedikit saja yang tersisa. Sekarang aku sedang bingung akan makan apa. Aku teringat cowok ngeselin yang menyelakku tadi. Benar, pop mie aja deh.. mumpung di lemari masih ada pop mie, aku segera menyeduh pop mie di dapur

Namun aku Kembali teringat kejadian tadi, dicky terlihat semakin berubah. Dulu ia berbadan mungil dan tidak terlalu tinggi tapi kenapa sekarang aku yang menjadi sangat kecil saat tadi berada disampingnya.

Tak sengaja aku tersenyum saat aku memikirkan tentang hal itu.

"idih, napa lu senyum senyum" tanya abangku yang trnyata sejak tadi tengah melihat diriku.

"gapapa" kataku sambil Kembali senyum senyum

Setelah lumayan mengembang mienya, aku membawa se cup pop mie tersebut dan menaiki tangga untuk menuju kamar.

Aku mengambil sebuah buku diary, yang berisi setiap luapan amarah kesedihan dan juga Bahagia. Jujur saja aku lebih nyaman meluapkan perasaanku melewati tulisan dibandingkan harus bercerita dengan seorang manusia, karena aku fikir jika meluapkan kepada manusia itu tidak akan lega.

Di dalam diary itu banyak sekali kisah kisah yang memang selalu aku alami, mulai dari TK, SD, hingga aku sekarang SMP. Namun setiap tokoh dalam kisah tersebut pasti selalu berganti setiap tahun.

Aku mulai membaca buku diary itu yang sekarang keadaan bukunya sudah berdebu. Ku buka bukunya, dan yang terpampang jelas pada halaman awal adalah namaku dan para teman teman yang mengetahui isi buku ini.

Kubaca satu demi satu nama, dan ternyata aku melihat nama dicky disitu. Kufikir aku salah lihat.namun itu benar nyatanya, aku lupa seberapa dekatnya aku dengan dia. Sepertinya dulu aku sangat dekat. Kubaca Kembali satu persatu nama yang ditulis disitu, dan aku mulai mengingat setiap momen dan kisah yang pernah aku alami bersama semua orang itu.

Jujur saja, ini buku diary yang paling terjaga, tidak pernah terbaca oleh orang orang yang memang belum dekat denganku. Karena terkunci dengan besi yang dikunci.

Buku diary seharga 35.000 berwarna coklat itu kubeli sendiri di dekat rumah, bagiku sangat berharga meskipun murah. Aku sibuk membuka halaman satu persatu, mengingat Kembali perjalanan kisah sedih,Bahagia dan juga buruk yang pernah kualami.

Bahkan banyak sekali cerita yang membuat diriku sendiri pun malu. Saat TK tokoh utama dalam buku itu adalah dicky, dia selalu muncul setiap halaman. Tak kusangka ternyata dulu aku sangat terobsesi dengannya

Lebih tepatnya menyukainya, karena aku juga perempuan biasa yang bisa jatuh cinta. Hahaha

Setalah keluar dari sekolah TK aku mulai memasuki sekolah dasar, aku dan dicky tidak satu sekolah.

Karena sekolahku bayarannya terlalu mahal, aku dengar sendiri percakapan antara ibuku dan ibunya dicky tentang sekolahku. Awalnya ibunya juga ingin menyekolahkan dicky denganku disekolah yang sama.

Namun aku disekolahkan ditempat dimana ayahku bekerja yang memang bayarannya sangat mahal. Sungguhh sedih rasanya berpisah dengan teman pertamaku. Tapi, awalnya kami masih suka bermain Bersama setelah pulang sekolah. Entah itu bermain sepeda atau hanya menulis buku diary ini. tapi jelas buku ini sudah sangat bertahan lama.

Karena Tulisan di buku ini sangat beragam, ada yang seperti ceker ayam, ada juga seperti ular melingkar diatas pagar, dan beragam jenis lainnya.

Saat mulai masuk sekolah SD, aku tetap semangat karena aku berfikir akan memiliki teman yang lebih baik dibandingkan dicky. Ya benar saja, aku langsung mendapat teman. Namanya Mutiara, dia perempuan. Saat aku berteman dengan Mutiara, Aku berfikir akan memperkenalkannya pada dicky. Karena jika aku memperkenalkan pada dicky, mungkn ia akan tertarik untuk berteman dengan Mutiara.

Tapi dicky, ternyata semakin jarang bermain setelah masuk sekolah dasar, aku fikir aku telah melakukan kesalah padanya. Makanya ia menjauhi aku, tapi setelah dipikir piker lagi, selama ini kita baik baik saja.

Lama kelamaan aku semakin lupa dengan keberadaan dicky, pdahal dulu ia tokoh utama dalam buku ini. tapi sekarang dia menghilang ditelan bumi.

Mulailah kisah baru, orang baru, juga pelajaran baru. Saat SD ini semakin banyak masalah yang selalu menimpa diriku, aku tidak tahu apakah aku sanggup untuk menceritakan kisah ini lagi atau tidak.

" nanti adek masuk ruangan itu uterus duduk dikursi yang ada tulisan nadia ya dek" kata ibu ku menjelaskan

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban

Berjalan Langkah demi Langkah menuju kelas untuk masuk sekolah dasar kelas 1 hari pertama. Ibuku menatapku dari luar jendela sambil melambai lambaikan tangannya sebagai tanda bahwa ia akan pulang ke rumah.

Aku awalnya merasa nyaman saja, dan tidak terlalu memikirkan keberadaan ibuku. Namun lama kelamaan kenapa semakin membosankan. Aku merindukan teman TK ku, seperti itulah isi hatiku saat itu.

Berawal dari kata 'bosan' , dan berakhir 'aku ingin pulang'.

Aku keluar kelas, tanpa sepengetahuan ibu guru. Dan mulai menjelajahi setiap ruangan kelas, dan mulai mencari cari ibuku.

"umi,umi, umi dimana?"

Lalu secara tidak sengaja, aku bertemu dengan kepala sekolah yang sedang berkeliling.

"eh,, kamu kenapa di luar kelas sayang?" tanya kepala sekolah

Aku yang sedikit takut karena belum mengenali orangnya, aku hampir saja menangis.

"mau salim sama umi, belum salim" kataku dengan bohong

"Uminya udah pulang sayang"

Lalu aku dibawa Kembali oleh ibu kepsek tetrsebut untuk ke kelas. Tapi setelah balik dari kelas, aku tetap tidak percaya dan terus mencari umiku. Saat itu aku hanya butuh teman pembimbing, karena aku belum memiliki teman.

Aku tetap berjalan menyusuri setiap pintu pintu kelas yang tertutup. Sekilas aku melihat banyak sekali anak anak yang sedang bermain Bersama sama, aku masih tetap belum berhasil menemukan ibuku.

Sampai aku berhenti pada pintu yang berada paling ujung. Dengan keberanianku aku membuka pintunya dengan percaya diri, saat aku membuka pintunya aku melihat ibuku disana Bersama kepala sekolah.

Aku pun langsung lari kearah ibuku, aku bisa melihat bahwa pasti mereka syok dengan keadaanku. Jujur saja, aku bingung mengapa hanya ibuku yang berada di ruangan ini.

"umi, temenin aku dikelas" kataku sambil memeluk ibu

Tapi ibuku hanya berdiam dan tidak menjawab. Justru aku malah di ajak bicara oleh ibu kepala sekolah itu.

"nadia, kamu ke kelas yuk,, main sama temen temen" kata ibu kepsek

"aku maunya ditemenin umi, gamau kalau umi pulang" kataku sambil menyilangkan tanganku di perut

Lalu ibuku menuruti permintaanku, ia menemani ku untuk pergi ke kelas. Setelah sampai dikelas aku tetap saja tidak jauh jauh dari ibu, karena aku masih malu untuk bermain dengan teman yang lain. karena teman teman disini jauh lebih banyak.

Ibuku terlihat sangat Lelah, tapi ia tetap menemaniku. "dek, main deh coba sama dia" kata ibuku sambil menunjuk kearah seorang perempuan.

Aku menggeleng. "enggak mau" kataku

Lalu ibuku menarik ku dan mengajak aku untuk ikut bermain dengan sekelompok perempuan yang sedang bermain masak masakan. Awalnya aku menolak, tapi aku terpaksa dan sedikit kasihan dengan ibuku.

Setelah beberapa menit aku berkenalan dengan teman yang lain, aku mulai ikut bermain dengan mereka. Sampai aku lupa jika ibuku masih menunggu.

Lalu aku berniat untuk memberinya botol minumanku yang disiapkan tadi pagi, kubuka tas berwanra pink bermotif bunga. Ku ambil botolnya dan aku berlari menuju tempat dimana ibu duduk.

Tapi kenapa ibu tidak ada disini?

Aku sibuk mencari keberadaan ibu lagi, hampir saja aku menangis. Lalu aku ingat dimana aku pertama kali bertemu ibu. Akhirnya aku berjalan lagi mnuju ruangan kepala sekolah.

Saat aku lihat, yang benar saja. Ibuku ternyata tidak ada disitu

Tidak kusadari ternyata air mataku jatuh. Aku mulai menangis sambil berdiri di dalam ruangan kepala sekolah, padahal tidak ada satupun orang yang sadar jika ada aku yang menangis.

Lalu suara tangisanku semakin terdengar, aku semakin berteriak mencari ibu.

"umi,,umi,," kataku sambil menangis

Tentu saja ibu kepala sekolah menyadari jika ada aku didalam ruangannya, lalu ia berjalan kearahku dan berjongkok didepan ku.

"uminya lagi ke wc nak, kamu ke kelas aja ya" kata ibu kepsek

Lalu aku segera keluar dari ruangan itu dan bukannya balik kekelas, aku justru melihat sepatu sepatu didepan yang berjejer, tidak ada satupun sepatu milik umi. semua sepatu asing dimataku

Sudah pasti ibu pulang, lalu aku Kembali menangis diluar ruangan itu. Dan mulailah banyak guru yang berdatangan untuk menenangkan diriku. Tapi tidak ada satupun yang berhasil, hingga kejadian ini dijadikan sebagai kisah gosip-an guru guru disekolah setiap harinya.

Keesokannya, aku ternyata dipindahkan dari kelas yang awal aku masuki. Katanya ibu kepala sekolah mengira aku tidak bisa berteman dengan orang orang dikelas itu, jadi dipindahkan ke kelas sampingya. Padahal aku hanya butuh waktu untuk berteman dengan orang baru.

Tapi aku bersyukur, dikelas baru ku aku memiliki teman. Namnya salwa, dia memiliki kepribadian yang sama denganku. Kami sama sama receh atau bisa dibilang tingkat humornya sangat rendah. Dan otak kami juga sama sama kesusahan menerima ilmu. Hahaha

Bedanya, hanya di fisik aja, Aku pendek dia tingi seperti tiang, padahal saat masih kelas 1 kami tingginya sama tapi kenapa saat besar aku selalu lebih kecil. Kalo kata orang, kita kayak ibu sama anak soalnya tingginya mewakili banget. Dan dia juga pertner bermainku sampai sekarang.

Setiap harinya kami selalu main berdua, ga ada yang bisa ngelepasin kita. Bagaikan lengket dikasih lem, dan juga dulu kan masih kelas 1 jadi kami belom sama sekali punya masalah satu sama lain. Masih suci dan polos

Beberapa hari kemudian, belom seminggu gak ada angin gak ada hujan tiba tiba ada petir aja nongol. tiba tiba saja aku dipindah lagi kelasnya, padahal udah nyaman banget sama suasana kelas dan teman teman dikelas ini. Tapi emang ini suruhan kepala sekolah, jadi mau tidak mau aku ikut aja.

Pindahlah aku ke kelas samping, aku fikir bakalan beda lagi kelasnya. Makanya saat malam hari sebelum sekolah aku nangis didepan ibuku. Aku cerita kalo dikelas sebelumnya aku udah punya temen yang banyak. Jadi aku takut gak punya temen lagi kalo pindah kelas

Tapi ternyata hal yang aku bayangkan itu semuanya ga benar. Jauh sekali dari fikiran anehku, banyak sekali yang menerima ku dengan baik. Salah satunya Mutiara, dia teman yang paling baik dari awal aku masuk sekolah.

Dulu sebelum masuk sekolah ini, kami pernah bermain Bersama setelah tes , aku udah kenalan sama dia dan ternyata kami gak sekelas. Aku sempet sedih dan ternyata kami dipertemukan lagi sekarang. Aku sangat senang tapi juga sedih karena tidak sekelas lagi sama salwa.

"naj kenapa dulu kamu bisa dipindah pindah kelasnya?" tanya Mutiara

Mutiara bertanya padaku, dan ku abadikan pertanyaan itu dalam buku diary coklatku.

"kata umiku.. aku dipindah 2 kali, pertama kalinya karena aku gak betah sama kelasnya dan kedua kalinya karena ada anak baru, yang juga gak betah sama kelasnya jadi aku dipindah"

saat aku mulai mengingat semua memori itu aku bertanya padanya kenapa aku bisa dipindahkan kesana kemari. Dan itulah jawabannya, terlebih lagi ayahku seorang direktur disekolahku pastinya juga mendapatkan izin darinya untuk dipindahkan kekelas lain.

jujur saja aku sedikit malu memiliki memori itu dalam hidupku, bahkan semua guru setiap bertemu denganku selalu selalu saja meningatnya tentang hal itu. Menangis ditengah keramaian karena ditinggal pulang.

Tik tok tik tok..

Astaghfirullah baru ingat! Pop mienya sejak tadi belum sempat ku makan. Untung saja alarm hapeku berbunyi, tapi jam berapa sekarang aku harus cepat cepat makan.

Saat ku lihat layar hapeku, yang benar saja sekarang sudah jam 12 malam padahal besok senin hari pertama aku masuk sekolah SMP. Buku diary ku menghipnotis, bahkan dari tadi aku tidak merasa lapar dan ngantuk sekalipun.

Setelah aku selesai memakan pop mie, aku langsung bergegas wudhu untuk tidur. Sedikit takut dan Bahagia karena besok akan masuk ke dalam lembaran baru, kisah baru, yang akan kutulis setiap harinya dalam diary.

Saat ingin mejeamkan mataku, aku tetap saja tidak bisa tidur, karena sibuk memikirkan tentang esok hari.

Toktoktok.. *suara pintu

"dek, udah tidur belum?" tanya seseorang yang masuk kedalam pintu.

"oh,, ternyata ibu" kataku

"kok belum tidur? Udah makan kan"

"udah bu" jawabku

Ibuku lalu berjalan menuju Kasur dimana aku sedang tidur, ia duduk tepat disebelah ku. Lalu ia mengelus ngelus kepalaku. Aku merasa aneh sekali, ibu jarang memperlakukanku seperti ini.

"bu, kenapa? Ada masalah? kok tiba tiba kesini?" tanyaku sedikit heran

"engga, kasihan aja kamu tadi gak dapet seblak" kata ibu sambil mencubit hidngku

"hahaha gapapa lah bu, udah makan pop mie kok"

"yasudah, cepat tidur besok kamu sekolah"

Lalu ibuku mencium keningku dan langsung mematikan lampu kamar agar aku tidur dengan nayaman.

Saat pagi harinya,, untungnya saja aku tidak bangun telat meskipun tidurnya terlalu malam. Untung aku semalam ingat bahwa hari ini aku akan sekolah H-1, kalau tidak pasti aku akan begadang dan akan dimarahi oleh ayahku.

Setelah sholat subuh aku langsung beranjak mandi, dan kini aku sudah siap berangkat hanya tinggal sarapan. Tapi saat kulihat meja makan tidak ada satupun makanan yang ada. Akhirnya aku berjalan menuju lemari, berharap ada sesuatu yang dapat kumasukkan kedalam perut.

Tapi itu kosong, yang benar saja semalam aku hanya memakan pop mie dan sekarang aku tidak sarapan. Benar benar asupan hari pertama sekolah yang menyedihkan.

"ngomong ngomong temen temen udah pada berangkat belom ya"

Aku pun mengecek grup whatsapp aku dan teman temanku di Hp ibuku, aku memang belum memiliki Handphone sendiri, karena aku masih kelas 7 SMP, keluarga kami bertekad akan diberikan HP jika sudah masuk umur 16 tahun.

Memang sedih sekali, karena disaat semua teman sudah memiliki HP aku sendiri yang belum punya. Kata ayah dan ibuku, bukannya mereka tidak mampu untuk membelinya tapi, kalau sejak kecil aku sudah dibiasakan untuk memegang hape nanti aku tidak bisa jauh darinya.

Dan aku bersyukurnya, setiap main ke rumah teman atau jalan jalan. Mereka menghormati keberadaanku, tidak selalu menatap layar HP masing masing dan lebih memilih bermain Bersama dibanding dengan HPnya. Memang itulah tujuan kita berteman, untuk saling menemani satu sama lain.

Aku berangkat ke sekolah dengan ayahku, yang juga seorang guru di sekolah ini. sejak dari kelas 1 SD aku selalu disekolah yang sama, Bersama kakak ku dan juga ayahku. Aku tidak mengerti kenapa ayah bekerja disekolah yang aku sekolahi, entah itu karena ingin selalu memata matai anaknya agar selalu bersikap yang ia mau atau yang lain.

Dalam perjalanan aku sibuk merapihkan jilbab segitiga yang tidak mau rapih sejak dirumah. Karena aku terbiasa dengan jilbab bergo (langsung-an) jadi sedikit rusuh saat pertama kali memakainya. Ditambah setiap detik tertiup angin sepoy saat di atas motor.

Sesampainya di sekolah, aku berdiam bingung di depan motor. Ini sebenarnya tempat yang sama, tapi aku sedikit ragu karena memang sekolah SMP keinginanku awalnya bukan disini, awanya aku Ingin menambah pengalaman dengan cara bersekolah di Pesantren namun karena teman dekat SD ku bersekolah disini juga, aku akan ikut. dan ayahku sepertinya tidak menyetujuinya jika aku dipseantren. Apalagi pakai jilbab segitiga saja tidak bisa, bagaimana jika aku hidup di pesantren tanpa bantuan kakak dan ibuku.

Dengan gugup aku berjalan mengikuti kakak ku yang berjalan lebih dulu dariku. Kakaku kelas 3 SMP, aku kelas 1 alias anak baru yang akan mengikuti LDKS hari ini.

Semua orang sudah pada berlari lari menuju lapangan, karena hari ini akan upacara untuk H-1 sekolah. Lalu aku langsung panik dan berlari untuk menaruh tas milikku ke kelas, tapi aku belum tahu kelasnya, jadi aku sedikit bingung dan juga kakakku tidak memberi informasi sedikit pun tentang posisi kelasku.

Untung saja ada kakak kelas yang baik menarik tanganku dan menyuruhku untuk segera pergi ke lapangan saja. Lalu aku pergi dan berbaris di belakangnya. karena aku bingung dimana barisan kelasku. Sepertinya aku telat, harusnya tadi ada waktu untuk sedikit perkenalan dengan teman kelasku. Padahal tadi aku sudah bangun pagi sekali, malu sih lumayan tapi aku kasihan dengan ayahku yang statusnya di SMP ini sebagai wakil kepala sekolah.

Aku tidak mau memalukan ayahku. Kasihan ayah, saat itu hanya ayah yang kupikirkan. Aku mencoba mencari ayahku di balik semua orang berbadan tinggi yang berbaris didepanku.

"huff,, ayah dimana sih" kataku

Kakak yang tadi, langsung menengok ke belakang tepatnya ke arahku, Ia baru menyadari kalau aku berada dibelakangnya.

"loh, kamu kenapa disini? Barisan kamu yang mana?" tanya dia

"gatau kak hehe" kataku canggung

"ooh yaudah gapapa disini dulu aja"

Setelah ibu kepala sekolah selesai sambutan dengan speech nya, semua anak kelas 2 dan 3 SMP di persilahkan untuk Kembali ke kelasnya. Kecuali kelas 1, karena kami akan melaksanakn LDKS dan juga penerbangan Balon sambutan anak anak baru.

Saat semua kakak kelas sudah pergi, aku mulai panik karena sedikit demi sedikit orang yang berada di barisanku pergi.

Semua

avataravatar