webnovel

6. Menantu Ibu

Perjalanan yang begitu melelahkan akhirnya sampai jam 6 sore ke kampung halaman Sira, dimas heran melihat perkampungan sira, rumah-rumah di sana masih terlihat jelek rata-rata mengunakan bangunan kayu, begitu juga rumah sira lantainya mengunakan semen dinding kayu, sira mengeluarkan kopernya dari bagasi, mata dimas masih fokus melihat sekelilingnya.

orang tua sira heran melihat sira tiba-tiba pulang tanpa mengabari dahulu, lebih kaget lagi sira datang bersama laki-laki.

dimas di persilahkan duduk di atas tikar tanpa kursi atau sopa seperti di rumahnya.

"siapa" tanya ibu sira di dapur, sedangkan dimas duduk di tengah bersama ayah, abang sira.

"menantu ibu lah" jawab sira senyum sambil membuat minuman.

"beneran", ibu melihat wajah sira

"iya bu", membawa minuman ketengah.

"udah biar ibu aja, kamu duduk di sana, ayah kamu juga pasti rindu melihatmu". ibu sira mengambil minuman dari tangan sira.

Raut wajah kedua orang tua sira terlihat bahagia, sira tidak pernah melanggar aturan orang tuanya. Sira hanya boleh membawa satu laki-laki ke rumah itu pun bakal suaminya, dan hari ini sira membuktikan itu, bagi sira kehormatan kedua orang tua lebih berharga.

"yaa, begini lah nak rumah kami, jauh dari kata mewah" ucap ayah sira kepada dimas.

"hemm" hanya senyum yang dapat di jawab dimas.

"ikut aku" bisik sira pelan ke dimas

"yah, bu, kami sebentar ke mobil ada yang tinggal" sira dan dimas keluar menuju mobil, orang tua sira hanya tersenyum tanpa mencurigai.

"saya tau maksud kamu menikahi ku"

"ngapain kesini sih, banyak nyamuk" dimas menepuk-nepuk kakinya berusaha menghalangi nyamuk menggigitnya.

"bagus lah" jawab dimas ketus.

"saya bisa aja menghentikan pernikahan ini, dan membuang kamu kesana" tegas sira menunjuk hutan yang gelap tidak jauh dari rumah, "jadi berbicara sopan lah kepada orang tuaku" sira kembali masuk

"owh, berani ya". dimas tersenyum sadis.

"dasar nyamuk gila" dimas memarahi nyamuk yang ingin menggigitnya. terlihat dimas mendengarkan kata-kata sira, dimas pun mulai berbicara sopa menjawab dan bertanya.

Dimas bangun menghirup udara segar pagi hari di kampung sira yang masih penuh dengan pohon-pohon. Sira sibuk membantu ibunya memasak untuk sarapan pagi. sedangkan dimas menghampiri ayah sira sambil ngopi, terlihat mereka akrab terkadang tertawa. ayah sira juga menceritakan bagaimana sira diwaktu kecil dan sekarang akan membina kehidupannya sendiri bersama suaminya. sekali dimas menatap sira kebelakang sibuk membantu ibunya, seperti dimas mengagumi sira yang pekerja keras.

Setelah selesai sarapan sira meminta untuk jalan-jalan ke ladang bersama dimas, dimas menolak untuk ikut, sira membujuk dimas harus ikut, dimas yang melihat wajah sira seperti nenek sihir ingin menerkamnya, akhirnya mengiakan untuk ikut. mereka berjalan kaki ke ladang sejauh 100 meter. dimas yang mau pingsan di jalan tidak sanggup lagi melangkah, sira memintanya untuk istirahat sejenak.

"bisa-bisanya sejauh ini kamu minta jalan kaki" ketus dimas ngos-ngosan.

"masa kalah sama cewek, ibuku juga udah duluan jauh tuh", ejek sira.

"kamu kan ratu hutan"

"udah belum kalau gak ku tinggal ini, di hutan banyak bintang buas, ular, ulat bulu, iii seram" menakuti dimas, sira bangkit melanjutkan perjalanan, dimas kemudian menarik sira terduduk di sebelahnya.

"ih.. lepasin" dimas tidak mendengarkannya, dan menutup matanya. sira berusaha menarik tangannya tetap dimas tidak melepaskannya, akhirnya sira tenang menunggu beberapa menit lagi.

perjalanan kembali di mulai setelah 10 menit duduk istirahat. biasanya sira dan ibunya sampai ke ladang hanya 25 menit. Sekarang setengah perjalanan pun belum sampai. Sampai di ladang angin berhembus kencang menghilangkan lelah, ibu sira menawarkan buah naga yang di petik sendiri. Dimas menyukai suasana di ladang sira.

jam lima sore mereka kembali ke rumah, perjalan pulang, dimas menikmati perjalanan pulang.