webnovel

Tolak Menolak dan Alasan

Setelah berbicara dengan Wichon sebentar, aku ingin melihat kolong bawah mejaku. Hm? Apa ini? Ada benda tipis? Saat kulihat ternyata sebuah amplop kecil dengan warna pink "Seperti surat cinta saja heh" si Wichon juga ingin mengintip ke kolong mejaku "Wah! Itu surat cinta ya? Beruntung sekali... memang dari siapa?" aku mengangkat pundakku sambil berlagak tidak tahu.

Kuambil lah amplopnya dan kubuka isinya ternyata lebih aneh kukira surat cinta tapi ternyata orang iseng yang nyuruh aku ke atap karena ada urusan mana pulang sekolah lagi "Huft... kukira apa.. ternyata ada urusan pas pulang sekolah, dasar" kataku menghembuskan napas "Urusan apa? OSIS? Dasar.. padahal kau ketua OSIS nya loh, kenapa malah anggotanya yang memberitahu ketua nya?" tanya Wichon dengan sedikit meledekku. Aku langsung memukul kepalanya "Aduh!" teriaknya kesakitan.

Aku mengikuti instruksi dari isi amplop itu dan naik ke atap sekolah. Aku mendengar suara perempuan bernyanyi dengan nada yang bersemangat "Lalala.. hm.. hm.. hm.. aku menunggu dan menunggu.. dan menyanyikan lagu dengan merdu.. hm.. hm.. hm..".

"Siapa disana? Ada urusan apa denganku?" tanyaku sambil membuka pintu "Hm? Oh..? Aku tidak menyangka kau di sini dengan teman mu. Apakah kau takut jika sendirian?" saat kulihat wajah nya ternyata Kima Fumi murid transfer dari Jepang sekaligus ketua kelas di kelas ku, Wichon langsung menahan ku dan menjawab Kima "Oh! Bukan itu Kima, maafkan kalau aku lancang datang bersama dengan nya, ya?" Kima hanya tertawa lalu mengambil sesuatu dari tas nya. Setelah mengambil amplop warna pink, dia mendekatiku.

"Tolong terima ini rasa suka ku ini!" dia berkata sambil berteriak. Wichon kaget karena teriakan nya "Hm? Apa-apaan? Maksudmu rasa cinta ya? Lucu" dia melihat ku dengan penuh harapan "Maaf.. karena aku tidak suka hal yang rumit dan membosankan, makanya.. aku tidak pernah terlibat dalam percintaan apapun dan juga aku merasa cinta itu bisa didapatkan setelah aku dewasa bukan remaja" dia langsung melihat ku dengan tatapan frustasi "Tu-tunggu kau kan belum mendengar penjelasan ku!? Biar ku jelaskan apa maksudnya perasaan ku ini ta-tapi kau baca dulu lewat surat ini!" aku menggelengkan kepala "Maaf, tidak bisa ya tidak bisa, kenyataan itu harus diterima dan tidak bisa diputarbalikan, mungkin juga aku bukan pasangan mu, tapi hal itu mungkin orang lain".

Dia terdiam sejenak dan langsung berlari mengambil tas nya, berlari lagi ke arah pintu dan membuka nya lalu menutup nya dengan keras "Hah.. gara-gara kau dia malah jadi seperti itu loh, William" nasihat Wichon kepadaku "Mana peduli aku? Bodoh amat memikirkan hal sesederhana itu?".

Setelah itu aku dan si Wichon pulang. Sesampainya di rumah ku Wichon memberikan surat yang dibawa oleh Kima tadi "Hey.. yang benar saja dong. Bukannya sudah kubilang aku tidak mau?" dia hanya tersenyum "Sudah lah baca dulu saja, masa baca saja tidak mau? Sekalian beri pendapat mu" aku menghembuskan napas dengan frustasi.

Setelah aku masuk ke rumah aku langsung di sambut dengan si Antarisk dan Miltia "Kau sudah pulang? Mau makan dulu atau mandi?" aku menggelengkan kepala "Aku mau duduk-duduk dulu" mereka hanya mengangguk sambil menatap surat yang kupegang dengan ekspresi dingin.

Aku duduk di sofa setelah nya dan menyalakan televisi sambil membuka amplop itu dan melihat isinya.

Isinya adalah "William, kau tidak pernah terlibat percintaan bukan? Tidak suka hal rumit juga kan? Tapi.. aku ingin mengutarakan perasaan ku kepada mu lewat surat ini. AKU SUKA DIRIMU. Kata-kata yang sangat aneh bukan? Biasanya orang akan bicara aku mencintai mu atau apakah kau ingin jadi pacarku? Benar bukan? Ah, tapi bukan itu yang ingin kubahas aku memang menyukai mu dari kelas 7 saat aku menjadi murid transferan di sekolah. Aku sudah mengetahui masa lalu mu juga karena banyak jadi bahan gosip haha.. itu tidak lucu bukan tapi aku juga sama sepertimu, aku juga yatim piatu. Ayah dan ibuku mati saat aku umur 10 karena insiden kebakaran di sebuah mall untung saja saat itu aku selamat karena ada suara di kepalaku yang memberitahu ku jalan keluar nya. Ehm.. itu.. juga bukan hal yang ingin kubahas sih. Yang ingin ku omongin itu apakah kau mau menjadi kekasih atau pasangan ku? Ahhh... malunya aku, jadi? Apa jawaban mu?".

Aku membacanya dan memberikan jawaban ku lalu menyiapkan barang untuk sekolah besok.

Besoknya, aku memakai sepatu dan siap untuk ke sekolah "Miltia! Antarisk! Kalian jaga rumah dengan benar! Dan jangan lupa! Siapapun yang menghabiskan bahan makan malam akan dihukum!". Tiba-tiba mereka berdua datang "Memangnya, siapa yang menghabiskan nya?" tanya Miltia, aku berdiri setelah memakai sepatu lalu mencubit pipinya Miltia dengan keras "Itu kau dan Antarisk loh, jangan bercanda deh. Kalian pikir uang tabungan ku banyak gitu?" tanya ku sambil terus mencubit pipinya "Bwaiklah, bwaiklah jwangwan mwarah" aku langsung melepas cubitan ku dan melihat pipi Miltia menjadi merah karena kesakitan "Hah.. memangnya kau akan ngapain? Kalau kami menghabiskan nya?" tanya Miltia dengan nada kesal "Oh.. begitu ya? Baiklah, hukuman nya itu. Kalian akan ku salibkan kalian di atas atap kalau kalian melakukan hal itu lagi dan juga energi sihir kalian akan ku serap sampai habis" jawabku dengan wajah psikopat yang sedang ingin mengancam. Mereka ketakutan dan akhirnya melakukan janji kelingking dengan ku.

Sesampainya di sekolah Wichon mendatangi ku "Bagaimana? Apa jawabanmu?" tanya nya "Dasar, langsung pertanyaan itu saja. Kau tidak memikirkan perasaan teman mu ini?" dia tersenyum dan malah memukul punggung ku "Tenanglah nanti kau berikan sendiri sebagai rasa permintaan maaf mu" aku hanya menghembuskan nafas.

Aku ikut sarannya si Wichon dan dan mencari Kima untuk memberikan surat tersebut. Setelah lama mencari nya aku melihat nya sedang bersama temannya mengobrol di taman sekolah, aku mendekatinya dan memanggilnya "Kima! Tunggu sebentar!" dia melihat kearah ku dengan ekspresi kaget dan takut.

Setelah aku berada di depannya aku langsung memberikan surat iku padanya "Ini, sudah ada jawaban dariku, coba kamu baca dulu". Dia menerima dengan ragu dan membuka nya lalu membaca jawaban ku, dia dengan spontan kaget lalu melihat ke arah ku dengan mata berkaca-kaca.

"Terimakasih, aku sudah membacanya jadi kamu boleh kembali" katanya masih dengan mata berkaca-kaca.

Aku langsung kembali ke kelas setelah memberikan surat itu. Dan kalian pasti bertanya-tanya kenapa dia kaget saat membacanya bukan? Itu karena..

Saat aku ingin mengisi jawabannya aku ditelpon oleh si Wichon "Hei, kau isi dengan jawaban ya saja. Bukannya tidak ada pengalaman tentang cinta dan sekarang kau bisa mendapatkan nya tapi malah berlagak seperti orang yang sudah merasakan pahitnya hidup" katanya. "Baiklah, tapi kalau aku tidak mendapat nya kau akan kubuat babak belur, mengerti?" jawabku mengancam nya "Ya, ya aku tahu kok". Jadinya aku menjawab perasaan Kima dengan "Ya, aku menerima nya" seperti itu yang tertulis di kertas surat itu.

Biasanya orang akan tetap konsisten dengan pilihan nya tapi aku ini tipe orang yang susah memilih pilihan kadang suka ini kadang suka itu bisa berganti-ganti, hhh..

Aku masuk ke kelas sebelum bel nya berbunyi "Jadi bagaimana? Apa sudah selesai?" tanya Wichon tiba-tiba "Sudah, tenang saja dan jangan tanya tentang ini itu lagi nanti saat jam pelajaran, mengerti?". Wichon hanya tersenyum dan mengangguk.

"Kringggggg!!!" suara bel yang berbunyi dengan keras pertanda kelas masuk. Tiba-tiba gurunya langsung masuk belum 5 detik padahal. Dan pelajaran langsung dimulai, sampai pulang sekolah. Saat aku ingin pulang bersama Wichon setelah memberi salam ke guru, tiba-tiba Kima menemui ku "Hey.. kau ingin pulang bersama ku?" aku kaget dengan kedatangannya "Uwah! Ja-jangan buat orang kaget seperti itu dong. Baiklah kalau mau pulang bersama" jawabku "Yey! Apakah aku boleh mampir ke rumah mu sekalian?" tanyanya dengan tatapan penuh harapan, aku hanya mengangguk.