webnovel

22. Tidak Pernah Takut Kehilangannya

"Mbak Shayna, gue minta lo ceraiin Alther. Karena kalau enggak, karir lo bakal terancam."

Wait… apa dia baru saja mengancam Shayna? Mengancam si Independent yang bahkan bekerja untuk suaminya? Untuk menafkahi pria yang katanya menghamilinya?

Dia gila? Berani sekali.

Sagara sampai kaget melihatnya. Tidak menyangka Herlina akan sampai seberani ini.

Shayna yang semula terlihat santai perlahan mulai geram. Ekspresinya yang tenang berubah keruh. Penuh amarah dan dendam.

Setelah reda dari syok nya, Shayna berdiri. "Okay… jadi kamu akan menikah dengan suami saya? Sagara Alther?"

Herlina berdiri di hadapan Shayna dengan wajah angkuh dan sombong. "Oh tentu saja. Alther akan lebih pantas dengan gue daripada sama lo." Matanya menelisik penampilan Shayna dari atas sampai bawah, merendahkannya. Dia tau bagaimana cara menjatuhkan mental seseorang. Sayang sekali dia salah sasaran.

Karena Shayna tidak terpengaruh sedikitpun. Dia justru mengulas sebuah senyuman manis.

"Atas dasar apa kamu bisa bicara demikian?" Suara Shayna yang berat membuat Sagara di sisinya merinding disko.

"Atas dasar apa? Atas dasar gue lebih pantas bersanding sama dia. Bokap gue manager di Najendra Estate. Selain itu, gue S1 sarjana hukum di universitas terbaik Indonesia. Dan juga… pastinya Alther akan lebih memilih gue. Jadi, mendingan lo mundur sekarang daripada urusannya rumit." Herlina mengoceh panjang lebar tanpa tau malu.

Dan itu menggelikan untuk Shayna. Beruntung sekali Herlina karena Shayna sedang tidak memiliki banyak waktu. Setelah ini dia harus ke bandara dan terbang ke New York.

"Sudah selesai bicaranya?" Shayna mengecek jam tangannya, menyambar blazer di atas sofa dan mengenakannya. "Saya gak ada waktu ngurusin gadis kecil seperti kamu. Saya harus ke New York setelah ini. Jet pribadi saya sudah menunggu." Ucapnya.

Herlina tersulut emosi, merasa tertantang. Dia tidak suka saat Shayna mengabaikannya. "Heh! Berhenti ngehalu ya! Jet pribadi, New York… cuman karyawan kantoran aja belagu. Siap-siap lo habis ini nangis-nangis nyari lowongan kerja!" Teriakan Herlina terasa memuakkan untuk Shayna.

Namun terasa lucu untuk Sagara yang sedang menahan tawa.

Shayna yang tidak suka dengan sebuah ancaman, mendekati Herlina. "Kita lakukan tes DNA. Jika nanti bayi itu terbukti sebagai anak kandung dari suami saya, silahkan ambil dia beserta hutang-hutangnya. Karena saya tidak pernah takut kehilangan dia."

Herlina merasa menang. "Gue duga lo gak bakal berani kalau udah bawa-bawa pemecatan." Katanya menyeringai.

Shayna tertawa sarkas mendengarnya. "Tapi jika nantinya tes DNA itu menunjukkan hasil yang sebaliknya… bapak kamu tadi apa kerjanya?"

Sambil mengangkat angkuh rahangnya, Herlina menjawab. "Manager pemasaran. Dan lo… bisa dipecat." Jari telunjuk Herlina berada persis di depan wajah Shayna.

Dengan senyum meremehkan, Shayna membalas. "Oh tidak… dia yang saya pecat. Saya gak tau Sagara cerita apa tentang saya ke kamu. Tapi, saya mau menegaskan kalau saya adalah CEO Najendra Estate. Saya yang menggaji bapak kamu. Nama saya Shayna Majendra. Silahkan tanyakan pada bapak kamu tentang saya."

Shayna menurunkan jari telunjuk Herlina, melirik Sagara. "Kalau begitu saya pergi dulu. Saya ada urusan ke New York." Ucapnya pada Herlina, namun dengab tatapan mata yang menusuk ke arah Sagara.

Gadis cantik itu berjalan anggun di atas heels setinggi sepuluh centimeternya, mendekati Sagara. "Gue pergi dulu Mas. Terserah lo mau pilih siapa. Gue yang biayain lo dan melunasi hutang-hutang lo, atau dia yang pada akhirnya morotin harta lo…"

"Satu hal yang perlu lo tau, Mas Saga… gue gak pernah takut kehilangan lo. Jadi, nikmati kebebasan yang gue kasih." Dia tersenyum, membalik tubuhnya dan meninggalkan Sagara dengan harum sampo yang Shayna tebarkan.

"Hmm bini gue, sexy banget gila. Aw! Menggigit kayak macan." Pria itu mengerlingkan matanya.

***

***

"Mbak gak apa-apa?" Selama di dalam jet pribadi nya, Shayna terus menerus memijat keningnya seorang diri.

Dia terlihat jelas sedang frustasi. Bahkan, di bagian lehernya terdapat sebuah koyo yang terpasang. Sesuatu yang sangat kontras dengan penampilan Shayna saat ini. Dimana dia tampak sangat rapi dengan blazer berwarna maroon, inner berwarna hitam dan celana maroon juga. Tak lupa dengan heels berwarna hitam serta hand bag nya yang berasal dari merk ternama.

Pertanyaan baik-baik saja sepertinya sangat sering Shayna dengar. Namun, tetap saja rasanya aneh untuk dia. "Hm. Mbak gak apa-apa."

Aneh karena pada akhirnya Shayna akan berbohong. Memanipulasi jawabannya sendiri.

"Kok Abi gak yakin ya Mbak? Soalnya keliatan pusing banget. Mau obat Mbak? Atau mabuk udara?" Abi yang penasaran terus saha mencecar Shayna dengan banyak pertanyaan. Dasar sekretaris kepo nya satu ini.

"Mbak cuman pusing aja karena tiba-tiba ada cewek yang dateng dan bilang kalau dia hamil anak Sagara." Jelasnya.

Abi terlihat kaget. "Wah… gimana tuh Mbak akhirnya?"

"Dia anaknya manager pemasaran kita. Tolong dong pecat atau gimana lah. Males Mbak kalau punya bawahan belagu."